BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan pada dasarnya terbentuk melalui sejarah yang panjang,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang kemudian menjadi elemen pokok bagi jati diri suatu kelompok atau bangsa. Contohnya adalah negara Indonesia yang kaya akan warisan budaya baik budaya fisik (tangible) maupun nilai budaya (intangible) yang jika ditelaah satu persatu, warisan budaya tersebut ternyata berasal dari kebudayaan lokal masyarakatnya yang sangat beragam. Indonesia adalah negeri yang multikultural, kaya akan kebudayaan yang tersebar dari ujung barat sampai ujung timur. Berbagai macam suku, ras dan adat istiadat mengenai ragam budaya Indonesia mencerminkan pula ekspresi kebudayaannya. Setiap daerah di Indonesia memiliki ragam budaya, yang telah menjadi warisan budaya dari masa kemasa. Jika kondisi ini dibiarkan, generasi penerus bangsa tidak memiliki kepedulian terhadap warisan budaya yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal, niscaya bangsa Indonesia secara perlahan-lahan pasti akan kehilangan satu-persatu warisan budaya Nusantara. Keadaan tersebut diatas tidak boleh dibiarkan karena yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain, antara lain warisan budayanya. Dengan dasar itulah upaya-upaya yang mengarah pada pelestarian warisan budaya harus didukung oleh semua pihak, termasuk kaum akademisi, khususnya mahasiswa. Salah satu diantaranya yaitu busana daerah, ciri khas dalam busana daerah yaitu dilengkapi dengan kain-kain yang khas, motif hias dan menjadi warisan budaya yang sangat memukau. Perbedaan sumber kehidupan masyarakat turut mempengaruhi keanekaragaman jenis busana dan ragam hiasnya. Unsur lingkungan telah

2 menghasilkan keragaman teknik, jenis-jenis, bahan, serta penciptaan peralatan yang pada akhirnya turut pula mempengaruhi hasil akhir busana. Kain tenun menjadi dasar utama dalam busana daerah. Dalam kain tenun terdapat nilai-nilai, kepercayaan, unsur-unsur ragam hias pada kain merupakan salah satu bentuk ekspresi pengakuan terhadap keberadaan, keagungan dan kebesaran Tuhan Sang Maha Pencipta, sehingga pada sehelai kain tersirat makna tentang arti kehidupan. Keragaman dan keunikan pada ragam hias pun tercermin pada unsur pemujaan terhadap leluhur dan kebesaran alam. Dalam sebuah kain yang dihasilkan, terlihat betapa tingginya kemampuan seni hias pada kain yang dimiliki oleh berbagai daerah maupun suku bangsa di Nusantara ini. Keragaman kain tenun Nusantara ini berakar dari kebudayaan lokal. Beragam wujud kain tenun ini memperkaya warisan budaya lokal dan memberi kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal. Vakumnya kearifan lokal dewasa ini dihiraukan oleh kalangan generasi muda Indonesia ada kecenderungan diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan. Bahkan sehingga tidak heran ditemukan kenyataan warisan budaya menjadi lapuk dimakan usia, terlantar, teabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya. Sebagian bangsa Indonesia yang kaya dengan warisan budaya justru mengabaikan asset budaya. Kita sebagai bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang sehingga kaya dengan keanekaragaman budaya lokal harus melestarikan warisan budaya yang ada. Bagi bangsa Indonesia tenun, tradisional merupakan aset budaya lokal sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Budaya lokal menurut Edy Sediawati (2007,183) merupakan Kebudayaan yang hidup dan berkembang pada suku bangsa disetiap daerah disebut kebudayaan lokal. Kebudayaan lokal disebut juga sebagai kebudayaan nasional, biasanya diambil dari puncak-puncak kebudayaan daerah yang dikumpulkan dan menjadi kebudayaan nasional. Budaya lokal ini memiliki nilai nilai, adat, tradisi, kearifan, norma-norma luhur yang berlaku.

3 Hal tersebut berarti nilai-nilai adat, tradisi, kearifan atau norma-norma luhur yang berlaku, merupakan komponen penting bagi kebudayaan lokal. Karena mencerminkan nilai-nilai luhur, yang telah teruji. Oleh karenanya dengan memahami kebudayaan lokal diharapkan generasi muda mampu menggali potensi kekayaan seni tradisional sekaligus melestarikannya. Dalam upaya pelestarian budaya lokal di Indonesia, dihadapkan pada adanya suatu perubahan dalam masyarakat. Pada dasarnya, setiap masyarakat didalam kehidupannya akan mengalami perubahan. Kecenderungan tersebut dilihat dari hakekat perubahan dapat dimaknai sebagai bentuk upaya meningkatkan kualitas hidup, peradaban (civilization) dan kesempurnaan hidupnya, pada sisi perubahan sosial yang menimbulkan dampak negatif, kain tenun sebagai budaya lokal dan bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya Nusantara menghadapi masalah. Begitu halnya dengan perubahan pada budaya adat suatu daerah. Pengaruh perkembangan zaman turut pula mempengaruhi hal tersebut, sehingga dewasa ini dapat diketahui banyak kebudayaan lokal itu berbentuk tenun tradisional. Banyak budaya yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat pendukung. Bahkan, ada yang sudah parah karena pengaruh budaya global yang mempengaruhi budaya lokal. Kebudayaan lokal yang memperkuat kebudayaan nasional yaitu tenun Nusantara yang terdapat di daerah Sumatera Selatan yaitu tenun Songket Palembang. Tenun Songket Palembang di percaya mengandung makna fungsi dan makna simbolis yang berhubungan dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat Palembang. kain tenun ini telah menjadi jati diri bagi eksistensi masyarakat Palembang. Sentra pembuatan dan penjualan kain Songket ini terdapat di Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir barat Palembang. Dahulu pembuatan dan penjualan Songket hanya ada disatu tempat sekarang berkembang menjadi satu perkampungan. Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya (kini Pemerintah Kota Palembang) lewat

4 Surat Keputusan (SK) Walikota madya Palembang pada tahun 1996 memutuskan kawasan 30 ilir, bersama Kelurahan 32 Ilir, 12, 13, 14 Ulu menjadi Sentra Industri Kerajinan Songket. Kain Songket merupakan warisan seni dan budaya yang terkenal dengan ciri khasnya apabila tidak dijaga dan dilestarikan maka akan hilang, atau dicuri bangsa lain. Malaysia telah mengklaim motif kain Songket Palembang sebagai hasil karyanya. Kain Songket tidak boleh diklaim sebagai produk khas sebuah bangsa di Asia Tenggara khususnya wilayah pesisir termasuk Malaysia. Sejak puluhan abad kain ini menjadi milik seluruh bangsa yang ada dipesisir Asia Tenggara (Arifin, 2006:4). Sebanyak 22 motif tenun Songket Palembang telah ditetapkan sebagai warisan budaya rakyat Palembang, Sumatera Selatan. Motif-motif tersebut memperoleh pengakuan sebagai warisan budaya rakyat Palembang dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Beberapa diantaranya adalah motif bungo intan, motif lepus pulir, motif paku berkait, motif limar berantai dan motif nampanemas(http://regional.kompas.com/read/2011/03/30/0546196/29.songket.pale mbang. jadi.warisan.budaya/). Songket mempunyai bermacam-macam motif tenun, dalam setiap motifmotif ini mengandung makna-makna simbolis. Salah satu makna motif tersebut berhubungan dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat Palembang. Salah satu ragam hias yang berkaitan dengan fungsi sosial budaya yaitu dalam setiap kegiatan ritual keluarga atau agama, sepotong kain tenun menjadi bagian yang sangat penting. Kain tenun ini dilambangkan sebagai penghormatan terhadap leluhur mereka. Menurut Arifin, Songket begitu berharga dan syarat makna, karena orang Palembang menempatkan kain Songket sebagai bagian penting dari tradisi mereka. Dulu tak sembarang orang boleh mengenakan Songket, karena kain tenun ini ditempatkan pada posisi yang tinggi (Arifin, 2006:41).

5 Perubahan fungsi kain Songket mengalami pergeseran akibat perkembangan zaman. Kepercayaan simbolis kain tenun sudah semakin berkurang dikarenakan, zaman. Nilai-nilai sakral yang terkandung didalamnya seolah-olah ikut memudar tergerus arus globalisasi mode. Globalisasi ini menjadikan kain ini menjadi proses desakralisasi dan menjadi pakaian sehari-hari (Syahrofie, 2007:35). Saat ini sebagian pengrajin masih tetap menjaga nilai-nilai keaslian dari Songket itu sendiri, terutama dalam penggunaan peralatan, bahan benang, warna, motif dan teknik pembuatan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi dikhawatirkan sebagian pengrajin ini akan terbawa arus globalisasi sehingga terjadi pergeseran nilai. Dahulu motif-motif Songket bersifat sakral dan mengandung simbol-simbol tertentu sekarang mulai diabaikan. Motif-motif yang diproduksi tidak lagi mengutamakan hal yang simbolik tetapi lebih cenderung kepada seni dan keindahan. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai tenun Songket dengan alasan sebagai berikut. Pertama pentingnya pengelolaan dan pelestarian warisan budaya kini sudah semakin tinggi. Bahkan, warisan budaya ini merupakan pusaka bagi Sumatera Selatan. Artinya, sumber daya warisan budaya ini mempunyai kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu dan melindungi Provinsi Sumatera Selatan dalam menapaki jalan ke masa depan. Sebagai pusaka, warisan budaya harus tetap dijaga agar kekuatannya tidak hilang dan dapat diwariskan kepada generasi penerus tanpa berkurang nilainya, karena warisan budaya adalah sumberdaya budaya yang tak-terbaharui (nonrenewable), terbatas (finite), dan khas (contextual). Kedua, saya sebagai warga sumatera selatan merasa tertarik dan ingin mengkaji, mengamati serta meneliti perkembangan Songket Palembang. Ketiga, sebagai generasi muda harus memiliki ide atau gagasan bagaimana mengembangkan dan melestarikan warisan seni dan budaya Songket kota Palembang ini agar dapat

6 tetap eksis dan diwariskan dari generasi secara turun dan temurun. Arah pengelolaan warisan budaya ini diarahkan pada aspek pelestarian dan pemanfaatan. Keempat, kaitannya dengan pembelajaran sejarah penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber penunjang materi pelajaran sejarah di Kelas X dengan Standar Kompetensi memahami prinsip dasar ilmu sejarah adapun kompetensi dasar yang sesuai adalah mengidentifikasi tradisi masyarakat Indonesia pada masa pra aksara dan masa aksara. Berdasarkan pemaparan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian guna mengkaji mengenai seni tenun Songket, pada Masyarakat Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat dengan mengambil judul Tenun Songket Palembang 1980-2000( Kajian Sosial Budaya Tentang Warisan Budaya Masyarakat Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat II Palembang) 1.1. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, dalam pengkajian dan penelitian rumusan masalah ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian perumusan sebagai berikut: Bagaimana latar belakang lahirnya seni tenun Songket Palembang? Bagaimana persepsi masyarakat terhadap proses desakralisasi simbol pada motif Songket Palembang? Bagaimana upaya Pemerintah Kotamadya Palembang dalam melestarikan dan mengembangkan kain tenun Songket Palembang? Apa kendala yang dihadapi oleh masyarakat Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat Palembang dalam melestarikan nilai-nilai tradisi Songket Palembang tahun 1980-2000? 1.2. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:

7 1. Mendeskripsikan latar belakang lahirnya seni tenun Songket Palembang. 2. Mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap perubahan simbol pada motif Songket Palembang yang dulu bersifat sakral dan mengandung simbol-simbol tertentu sekarang mulai diabaikan. 3. Menjelaskan upaya Pemerintah Kotamadya Palembang dalam melestarikan dan mengembangkan kain tenun Songket Palembang. 4. Menjelaskan kendala yang dihadapi oleh masyarakat Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat Palembang dalam melestarikan nilai-nilai tradisi Songket Palembang 1980-2000. 1.3. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia memperkaya wawasan guna mendapatkan nilai tambah ilmu pengetahuan dalam khasanah tenun nusantara. 2. Bagi akademisi, sebagai wacana ilmiah dalam pengembangan teori-teori perkembangan kebudayaan dan penggunaan metode dalam bahasan ilmu sejarah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan kajian teoritis yang mendukung penelitian lebih lanjut agar terjadi kesinambungan dan saling melengkapi. 3. Bagi masyarakat tenun Songket Palembang dapat terus dilestarikan dengan nilai nilai keaslian dari Songket itu sendiri dan kerajinan tradisional dapat terus diwariskan dari generasi secara turun temurun. 1.4. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Metodologi adalah seperangkat asas, dan teknik penulisan metodologi dalam penulisan ini adalah metodologi sejarah. Menurut Sjamsuddin, metodologi sejarah adalah seperangkat sarana/sistem yang berisi asas-asas atau norma-norma, aturan-

8 aturan dan prosedur metode dan teknik yang harus diikuti untuk mengumpulkan segala kemungkinan saksi mata (witness) tentang suatu masa atau peristiwa, untuk mengevaluasi kesaksian ( testimony ) tentang saksi-saksi tersebut, untuk menyusun fakta-fakta yang telah diuji dalam hubungan-hubungan kausalnya dan akhirnya menyajikan pengetahuan yang tersusun mengenai peristiwa tersebut, sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Ismaun, 2005: 28). Dalam Metode Penelitian Sejarah, menguraikan beberapa tahapan, diantaranya heuristik, kritik baik intern maupun kritik ekstern, interpretasi dan terakhir historiografi 1. Heuristik, kegiatan mencari, menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah baik sumber primer maupun sumber sekunder, atau sumber lisan dan sumber tulisan. Dalam proses mencari dan mengumpulkan sumber-sumber ini, penulis mengunjungi perpustakaan kota dan perpustakaan lainnya yang ada di Bandung. Setelah mendapatkan sumber-sumber yang relevan dengan kajian penulis, disamping membaca dan menelaah sumber- sumber yang diperoleh, penulis juga mencatat hasil wawancara dari para narasumber 2. Kritik sumber merupakan tahapan penulisan dalam menyelidiki dan menilai secara kritis. Pada tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap sumber yang diperoleh baik berupa buku, artikel maupun dokumen/arsip yang berkaitan dengan Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang Warisan Budaya Masyarakat Kelurahan 30 Ilir Palembang). Penulis melakukan dua hal dalam masalah kritik sumber baik itu sumber lisan maupun sumber tulisan. Pertama kritik eksternal yaitu cara pengujian aspekaspek luar dari sumber sejarah yang dipergunakan. Kedua adalah kritik internal, yaitu cara pengujian yang dilakukan terhadap aspek dalam yang berupa isi dari sumber tersebut.

9 3. Interpretasi merupakan tahap untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul yang telah dikritisi dengan merujuk dari beberapa referensi yang mendukung dengan permasalahan yang dikaji. Dalam tahap ini penulis mencoba menafsirkan setiap peristiwa yang berhubungan Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang Warisan Budaya Masyarakat Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat II Palembang) 4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis, dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Hasil penelitian tersebut memuat Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang Warisan Budaya Masyarakat Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat II Palembang). Sebagai upaya untuk mempertajam analisis terhadap masalah yang akan dikaji, penulis membahas dengan menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan ini digunakan untuk melihat sesuatu peristiwa dari berbagai segi, dengan harapan semua aspek perkembangan masyarakat tersebut dapat ditampilkan secara menyeluruh atau holistik (Sjamsuddin, 2007:203). Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah yang dibahas baik keluasan maupun kedalamannya semakin jelas. Pendekatan interdisipliner dan multidimensional maksudnya ialah dalam menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarah menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya. Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial ini akan memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah itu, baik keluasan maupun

10 kedalamannya akan semakin jelas (Ismaun, 2005: 198). Penulis menggunakan beberapa ilmu bantu dalam melakukan penelitian, yaitu Sosiologi, Antropologi, Geografi dengan memecahkan permasalahan penelitian. Teknik- teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan dan menganalisis materi dari berbagai literatur yang relevan untuk memecahkan masalah penelitian. Penulis juga membandingkan antara literatur satu dengan literatur lainnya supaya mendapatkan data yang akurat. Dalam mengkaji beberapa literatur, penulis harus mencari dan membaca bahan-bahan yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian. Setelah itu penulis menganalisis setiap sumber yang diperoleh dengan membandingkan antara sumber satu dengan sumber yang lain, sehingga diperolehlah data-data yang penulis anggap otentik, kemudian data-data tersebut penulis paparkan dalam bentuk naratif yaitu skripsi. 2. Wawancara yaitu mengumpulkan informasi secara langsung antara si pencari sumber ( interviewer atau information Hunter) dengan sumber informasi (interviwee) dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Secara sederhana interview diartikan sebagai alat pengumpul data dengan mempergunakan Tanya jawab antara pencari informasi dengan sumber informasi. Penggunaan wawancara dimaksudkan untuk mencari sumber primer. Wawancara dilakukan kepada masyarakat kelurahan 30 Ilir, data-data yang diperolehnya diharapkan sesuai dengan peristiwa yang terjadi. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini maka disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut :

11 1. Bab I Pendahuluan Pada bab ini, berisikan tentang beberapa sub bab yaitu mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, berupaya menjelaskan masalah-masalah yang melatarbelakanginya dengan mengungkapkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Selanjutnya dikemukakan rumusan masalah, yang merupakan persoalan-persoalan penting yang memerlukan pemecahan. Dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian yang memuat maksudmaksud dari pemilihan masalah tersebut. Selanjutnya dilanjutkan dengan metode dan teknik pengumpulan data, dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi, terakhir dalam bab ini dituliskan mengenai sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini merupakan landasan teoritis berisikan pemaparan terhadap beberapa sumber kepustakaan yang dijadikan sebagai rujukan bagi penulis dalam mengkaji permasalahan yang diangkat yaitu mengenai tenun Songket sebagai warisan budaya yang terancam punah. Fokus kajian dalam bab ini adalah mengenai Songket Palembang sebagai warisan budaya dan usaha pelestarian kebudayaan lokal di Indonesia. 3. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini, menguraikan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu metode historis yang terdiri dari beberapa tahap : Heuristik yang merupakan proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian skripsi ini, kritik yaitu pengumpulan data sejarah sehingga menjadi fakta yang reliable dan otentik, interpretasi yakni penafsiran sejarahwan terhadap faktor-faktor dengan menggunakan pendekatan dan metode penafsiran tertentu, serta historiografis yaitu proses penulisan fakta-fakta sejarah agar dapat dinikmati dan dikomunikasikan

12 pada orang banyak. Selain menjelaskan metode historis dalam penulisan skripsi ini disampaikan pula beberapa pendekatan yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu pendekatan interdisipliner 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji pada rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam bab I, yaitu memuat kajian mengenai latar belakang seni tenun Songket Palembang dan penyebab terancam punahnya tenun Songket Palembang serta upaya pelestarian dari Pemerintah Kotamadya Palembang, maupun dari para tokoh tenun Songket serta pengaruhnya terhadap sosio kultural masyarakat Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat Palembang, dengan menggunakan sumber-sumber yang penulis cari. 5. Bab V Penutup Pada bab ini, merupakan bab terakhir yang menguraikan rangkuman atau kesimpulan dari permasalahan yang penulis kaji dalam pembahasan skripsi ini. Kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap maslah-masalah secara keseluruhan setelah pengkajian pada bab sebelumnya. 1. Daftar Pustaka Pada bagian ini, memuat sumber-sumber rujukan yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi. Sumber rujukan ini bisa berupa buku, arsip, narasumber, jurnal, media cetak, dan lain-lain. 2. Lampiran-lampiran Pada bagian ini, berisi semua dokumen dan dokumentasi berupa fotofoto, arsip, dan lain-lain yang merupakan sumber atau data temuan yang bertujuan untuk menegaskan dan memperjelas bab hasil penelitian dan pembahasan.