STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh : Drs. Nuruddin PBS, M.Or.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber

Keterampilan tertutup merupakan motorik yang terjadi dalam lingkungan yang relatif stabil dan penggerak biasanya menguasai pelaksanaan gerakan.

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dari rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN. (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI GAYA MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN SMP NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

TRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JAMANI Oleh : Drs. Nuruddin PB, M.Or. A. PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan salah satu pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian perlu adanya guru pendidikan jasmani yang mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk mengampu pelajaran pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani yang memiliki kewenangan dan kemampuan tersebut dihasilkan oleh berbagai jenjang pendidikan dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan seperti IKIP dan FKIP yang memiliki Fakultas atau Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. ebenarnya cukup banyak lulusan guru pendidikan jasmani dari LPTK tersebut, tetapi kondisi Negara yang kurang baik belum bias menempatkan mereka bekerja sebagai guru. Oleh karena itu masih banyak guru yang bukan bidangnya mengajar pendidikan jasmani. Hal ini diperarah lagi dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang menunjang pelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Kendala lain adalah cara mengajar pendidikan jasmani yang berorientasi pada olahraga prestasi, sehingga kurang melibatkan partisipasi gerak dan tingkat perkembangan siswa. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus dapat mengakomodasi nilainilai pendidikan. elama ini peran pendidikan jasmani sebagai bagian dari system pendidikan dirasa masih belum optimal. elain faktor sarana dan prasarana yang kurang memadai, masih banyak faktor lain yang perlu dibenahi dalam mengoptimalkan peran pendidikan jasmani di sekolah, seperti kurikulum kualitas guru dan strategi pembelajaran. Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 11

ebagai bagian integral dari pendidikan maka tujuan pendidikan jasmani harus sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang istem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. edangkan tentang pendidikan jasmani terdapat dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 Tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di ekolah, Bab VI Pasal 9, yang berbunyi : Pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan kepada segala jenis sekolah. Baik dari tujuan pendidikan maupun pendidikan maupun pendidikan jasmani keduanya mengacu pada pendidikan anak seutuhnya yang harus meliputi kesatuan jasmani dan rohani, pertumbuhan jiwa dan raga menuju keselarasan untuk menghindari pendidikan yang hanya mengarah kepada intelektualisme. Tujuan pendidikan dan pendidikan jasmani yang tercantum dalam Undang-undang sifatnya sangat umum. Untuk mencapai tujuan yang sifatnya umum tersebut diperlukan pentahapan yang dirancang dan dapat dilaksanakan sebagai tujuan yang sifatnya khusus. Tujuan pendidikan mencakup tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Untuk pendidikan jasmani perlu ditambah dengan ranah fisik/jasmani (Annarino dkk., 1980:65). Ranah kognitif mencakup tujuan yang berkaitan dengan intelektual, berpikir, pengetahuan, dan pemahaman. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, perasaan, emosi, minat, dan apresiasi. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan gerak, sedangkan ranah fisik berkaitan dengan tujuan berfungsinya dengan baik sistem tubuh, seperti meningkatkan kekuatan, kecakapan, daya tahan, kelentukan, dan sebagainya. Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 12

B. PENGAJARAN PENDIDIKAN JAMANI Memilih strategi mengajar yang tepat merupakan salah satu unsur penting dalam pengajaran pendidikan jasmani. Ketepatan dalam memilih strategi mengajar akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan mengajar. Keberhasilan dalam mencapai tujuan mengajar kan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan. Keputusan yang dibuat oleh guru disebut sebagai perilaku mengajar, sedangkan keputusan yang dibuat oleh siswa disebut perilaku belajar sehingga proses pembelajaran yang dulu kita kenal sebagai proses belajar mengajar adalah interaksi antara perilaku guru dan perilaku siswa. Pola-pola keputusan disebut gaya mengajar (teaching style), sedangkan kerangka kerja yang menopang gaya-gaya mengajar disbeut spectrum gaya mengajar. pectrum mengidentifikasi struktur setiap gaya mengajar dengan menggambarkan keputusan-keputusan yang diambil baik oleh guru maupun siswa. pectrum menggambarkan bagaimana cara pergeseran atau pergantian keputusan yang tepat dari guru ke siswa, karena pergantian dari satu gaya mengajar ke gaya mengajar yang lain. pectrum juga menggambarkan pengaruh tiap gaya mengajar terhadap siswa dalam ranah kognitif, afektif, social, fisik maupun moral. Mengajar merupakan kemampuan berperilaku dalam cara yang tepat dengan menggunakan gaya mengajar yang sesuai dengan tujuan. Mengajar yang terampil adalah kemampuan untuk mengganti secara tepat dari satu gaya mengajar ke gaya mengajar yang lain, karena tujuan mengajar selalu berubah dari satu episode mengajar ke episode mengajar yang lain. Dalam kesempatan yang singkat ini akan dibahas mengenai aspek-aspek yang mendasari strategi mengajar yang sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. Aspek-aspek tersebut meliputi spectrum gaya mengajar, anatomi gaya mengajar dan pelaksanaan penerapan gaya mengajar. Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 13

C. PEKTRUM GAYA MENGAJAR Tujuan spectrum gaya mengajar adalah untuk memberikan pengetahuan yang kongkrit tentang alternatif dalam aktivitas mengajar bagi guru dan mengajak mereka untuk melaksanakannya bersama siswa guna mencapai tujuan tertentu. Rumusan spectrum gaya mengajar yang mendasar adalah bahwa mengajar diatur dengan proses penyatuan pengambilan keputusan. etiap aktivitas mengajar yang baik adalah dari keputusan sebelumnya. Membuat mengajar, misalnya : bagaimana mengorganisasikan siswa, pokok bahasan, siswa, memilih perilaku verbal, menciptakan susunan social-afektif atau menyelenggarakan hubunganhubungan kognitif dengan siswa. Mengidentifikasi keputusan-keputusan utama dan memahami kombinasi keputusan yang memungkinkan, akan membuka pandangan yang luas untuk melihat hubungan guru dan siswa. etiap pilihan dalam hubungan guru dan siswa memiliki struktur keputusan tertentu yang dibuat oleh guru dan siswa. pectrum gaya mengajar mengidentifikasikan pilihan-pilihan atau gayagaya mengajar, struktur keputusan, peran khusus guru dan siswa dalam setiap gaya mengajar dan tujuan yang ingin dicapai. truktur spectrum terdiri dari : 1. Aksioma (The Axion) eluruh struktur spectrum berasala dari premis sebelumnya yang menyatakan bahwa perilaku mengajar adalah suatu rangkaian pengambilan keputusan. Tiap aktivitas mengajar yang tepat adalah hasil dari keputusan sebelumnya. 2. Anatomi Gaya Mengajar (The Anatomy of Any tyle) Anatomi gaya mengajar terdiri dari kategori-kategori keputusan yang mungkin yang harus diambil dalam transaksi belajar-mengajar. Kategori ini dikelompokkan kedalam tiga tahap, yaitu : Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 14

(1) Pra Pertemuan (Preimpact set) Keputusan-keputusan yang harus dibuat sebelum transaksi belajarmengajar berlangsung. (2) elama Pertemuan (Impact set) Keputusan-keputusan yang berhubungan dengan inti transaksi belajarmengajar. (3) Pasca Pertemuan (Postimpact set) Mengidentifikasi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan evaluasi transaksi belajar-mengajar. 3. Pembuatan Keputusan (The Decision Makers) Baik guru maupun siswa dapat membuat keputusan-keputusan dalam berbagai kategori-kategori yang disajikan dalam anatomi gaya mengajar. Jika semua atau sebagian besar keputusan dalam kategori menjadi tanggung jawab guru misalnya, maka guru tersebut memiliki tanggung jawab pembuatan keputusan pada tingkat maksimum, dan sebaliknya siswa memiliki tanggung jawab pembuatan keputusan pada tingkat minimum 4. pektrum Gaya Mengajar (pectrum) Dengan menentukan siapa yang membuat keputusan, tentang apa dan kapan, maka memungkinkan untuk mengidentifikasi struktur dari 11 gaya mengajar, dan juga gaya mengajar alternative yang memungkinkan yang berada diantara spectrum gaya-gaya mengajar tersebut. 5. Kluster (Clusters) truktur gaya mengajar mencerminkan dua kapasitas dasar, yaitu kapasitas untuk reproduksi dan kapasitas produksi. Pada dasarnya tiap manusia memiliki kapasitas untuk mereproduksi pengetahuan, meniru model, dan berlatih ketrampilan. Disamping itu, manusia juga memiliki kapasitas untuk mereproduksi ide, sesuatu, dan kapasitas untuk mengajukan hal-hal yang baru dan yang belum diketahui. 6. Efek Pengembangan (The Developmental Effects) Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 15

Karena keputusan-keputusan selalu berpengaruh terhadap apa yang terjadi pada siswa, maka tiap gaya berpengaruh pada perkembangn siswa. prektrum gaya mengajar memberikan kerangka kerja untuk mengkaji pengaruh tiap gaya dalam domain kognitif, afektif, social, fisik, dan domain moral. Hubungan Guru-iswa-Tujuan Interaksi diantara guru dengan siswa selalu mencerminkan perilaku mengajar, perilaku belajar, dan seperangkat tujuan yang ingin dicapai. Ikatan diantara perilaku guru (G), perilaku belajar (), dan tujuan (T) tidak mungkin dipisahkan G--T selalu ada dalam satu kesatuan sebagai kesatuan pedogogis. Ada dua perangkat tujuan yang ingin dicapai dalam interaksi guru-siswa, yaitu tujuan pokok bahasan (ubject matter objectives) dan tujuan perilaku (Behaviour objectives). D. PERENCANAAN MENGAJAR Perencanaan mengajar dapat dilihat dalam anatomi gaya mengajar. Gaya mengajar mengidentifikasi dan diorganisasikan dalam tiga tahap, yaitu : (1) Tahap Pra Pertemuan (The Preimpact et); (2) Tahap Pertemuan (The Impact et); dan (3) Tahap Pasca Pertemuan (The Pastimpact et). 1. Tahap Pra Pertemuan (Persiapan) a. Tujuan episode Keputusan ini mengidentifikasi tujuan episode 1) Dimana guru berperan? 2) Dimana siswa berperan? 3) Harapan-harapan spesifik apa dari episode tersebut (G--T)? b. Pemilihan gaya mengajar Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 16

Keputusan ini mengidentifikasi perilaku mengajar yang akan membangkitkan perilaku belajar yang mengarahkan siswa pada tujuan episode (G--T). c. Gaya belajar yang diharapkan Keputusan ini dapat didekati dengan dua cara: 1) Jika gaya mengajar dipergunakan sebagai tempat masuk (entry point) pada perilaku episode, maka gaya mengajar yang diharapkan merupakan refleksi dari penerapan gaya mengajar tersebut. 2) Jika kebutuhan siswa dipergunakan sebagai tempat masuk, maka kebutuhan siswa tersebut menentukan dalam memilih gaya mengajar (G--T). d. iapa yang akan diajar uatu keputusan harus dibuat untuk individu-individu yang terlibat dalam episode. 1) Kepada siapa dialamatkan? 2) Apakah untuk seluruh kelas, sebagian kelas, atau unuk perorangan? e. Pokok Bahasan/Materi Pelajaran Kategori ini meliputi keputusan-keputusan tentang apa yang diajarkan dan apa yang tidak diajarkan. Pokok bahasan ini meliputi keputusankeputusan tentang : 1) Jenis pokok bahasan 2) Jumlah aktivitas 3) Kualitas pelaksanaan 4) Urutan pelaksanaan f. Kapan Mengajar Keputusan-keputusan waktu harus disusun: 1) Waktu mulai untuk tiap aktivitas tertentu 2) Kecepatan dan irama aktivitas kecepatan pelaksanaan aktivitas/tugas. 3) Durasi-lama waktu per aktivitas Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 17

4) Interval-waktu diantara berbagai aktivitas atau episode 5) Waktu berakhir untuk seluruh episode atau pelajaran g. Cara komunikasi Keputusan ini berkaitan dengan cara berkomunikasi yang akan digunakan dalam episode mengajar. Berbeda-beda dan pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. h. Pengorganisasian Pengorganisasian ini berkaitan dengn keputusan-keputusan tentang berbagai kebutuhan logistic dan manajemen kelas. i. Dimana mengajar Keputusan ini mengidentifikasi tempat yang tepat dalam melaksanakan aktivitas. j. Posture Keputusan ini menunjukkan hubungan diantara posisi-posisi bagian tubuh selama melakukan aktivitas. k. Pakaian dan Penampilan l. Parameter Keputusan ini menunjukkan pada batas-batas, terutama dalam hubungan dengan kategori tempat, posture, pakaian, dan penampilan. m. uasana Kelas uasana kelas menunjukkan kondisi afektif dan social yang berkembang didalam kelas. n. Materi dan Prosedur Evaluasi Keputusan-keputusan harus dibuat yang berkaitan dengan evaluasi yang akan dilakukan pada tahap pasca pertemuan. o. Lain-lain Anatomi gaya mengajar ini merupakan struktur yang terbuka. 2. Tahap Pertemuan (Pelaksanaan) a. Mengimplementasikan dan mengikuti keputusan-keputusan pada tahap Pra Pertemuan. Kategori ini meliputi keputusan-keputusan tentang Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 18

bagaimana melaksanakan keputusan-keputusan dalam kategori nomor 1-14. b. Karena perencanaan tidak dapat selalu sempurna, maka pelaksanaannya juga tidak sempurna. Untuk itu, perlu ada penyesuaian-penyesuaian keputusan yang harus dibuat. Ada dua pilihan yang dapat dilakukan : 1) Mengidentifikasi keputusan yang menyebabkan masalah, kemudian mengoreksinya dan melanjutkan episode mengajarnya. 2) Jika masalah tersebut serius, maka mengakhiri episode tersebut dan berganti ke aktivitas lain. c. Lain-lain Model ini bersifat terbuka. 3. Tahap Pasca Pertemuan (Evaluasi) a. Mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan pada tahap pertemuan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati, mendengarkan, sentuhan, dan lain-lain. b. Minimal Informasi dengan Kriteria Keputusan-keputusan dibuat untuk membandingkan dan mencocokkan antara pelaksanaan dengan kriteria, standar atau model. c. Memberikan Umpan Balik Kepada iswa Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaimana cara memberikan umpan balik, yaitu informasi atau penilaian tentang kinerja aktivitas siswa, dan tentang peran siswa dalam membuat keputusan. Umpan balik dapat segera atau ditunda, dan dapat diberikan dengan sikap, gerak-isyarat, simbol atau perilaku verbal. Ada empat bentuk pemberian umpan balik, yaitu: 1) Pernyataan nilai 2) Pernyataan korektif 3) Pernyataan netral 4) Pernyataan bermakna ganda Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 19

d. Cara mengajukan pertanyaan Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaiman cara mengajukan pertanyaan. e. Menilai gaya mengajar yang dipilih Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaimana kefektivan gaya mengajar yang digunakan dalam menyelesaikan episode dan pengaruhnya terhadap siswa. f. Minimal gaya belajar yang diharapkan Dalam hubungannya dengan kategori yang dibuat sebelumnya (menilai gaya mengajar yang dipilih), sebuah keputusan harus dibuat yang berkaitan dengan apakah siswa telah mencapai tujuan episode tersebut. Kesesuaian diantara tujuan dan tindakan atau aktivitas harus dinilai dan dicocokkan dengan gaya mengajar dan gaya belajar. g. Penyesuaian-penyesuaian Berdasarkan penilaian episode tersebut, keputusan-keputusan harus dibuat untuk penyesuaian dan penyempurnaan yang diperlukan pada episode berikutnya. h. Lain-lain Model ini bersifat terbuka Moston dan Asworth (1994) mengemukakan 11 (sebelas) gaya mengajar mulai dari gaya Komando (A) hingga gaya Mengajar endiri (K). gaya-gaya mengajar tersebut adalah sebagai berikut : 1. Gaya Komando (A) (Command tyle) Belajar melaksanakan tugas dengan tepat dan dalam waktu yang singkat, mengikuti semua keputusan yang dibuat oleh guru. Pemberian respons yang cepat kepada stimulus. Pelaksanaan tugas dilakukan dengan tepat dan cepat. Menirukan model. 2. Gaya Latihan (B) (Practice tyle) Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 20

Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja secara individu dan memberikan kesempatan guru menyampaikan umpan balik secara individu. Waktu yang diberikan siswa untuk melaksanakan tugas secara individu dan waktu yang diberikan guru untuk memberikan umpan balik kepada siswa secara individu. 3. Resipirokal (C) (Reciprocal tyle) iswa bekerja dengan pasangan dan memberikan umpan balik kepada pasangan, yang didasarkan atas kriteria yang dipersiapkan guru. iswa bekerja dengan pasangan, menerima umpan balik segera; mengikuti kriteris pelaksanaan yang dirancang oleh guru; dan mengembangkan umpan balik dan ketrampilan sosialisasi. 4. Gaya Periksa endiri (D) (The elf Check tyle) Belajar melaksanakan tugas dan memeriksa pekerjaan sendiri. iswa melaksanakan tugas secara individu dan memberikan umpan balik sendiri dengan menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh guru. 5. Gaya Inklusi (E) (The Inclusion tyle) Belajar memilih level tugas yang dapat dilakukan dan memberikan tantangan untuk memeriksa pekerjaannya sendiri. Tugas yang sama dirancang untuk tingkat kesulitan yang berbeda. iswa menentukan entry point kedalam tugasnya dan kapan berpindah pada level tugas yang lain. 6. Gaya Diskaveri Terbimbing (F) (The Discovery tyle) Menemukan konsep dengan menjawab serangkaian pertanyaan yang disajikan oleh guru. Guru, dengan mengajukan serangkaian pertanyaan tertentu, secara sistematis mengarahkan siswa menemukan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya yang belum diketahui oleh siswa. 7. Gaya Diskaveri Konvergen (G) (The Discovery Convergent tyle) iswa menemukan solusi terhadap suatu masalah dan belajar mengklarifikasi isu serta mengambil kesimpulan dengan menggunakan prosedur logis, pemikiran/pertimbangan, dan berfikir kritis. Guru menyajikan pertanyaan. truktur intrinsic tugas (pertanyaan) memerlukan jawaban tunggal yang benar. iswa dilibatkan dalam pemikiran (operasi Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 21

kognitif lain) dan mencari untuk menemukan jawaban/solusi tunggal yang benar. 8. Gaya Produksi Divergen (H) (The Divergent Production tyle) iswa dilibatkan dalam memproduksi (menemukan) respons ganda untuk pertanyaan tunggal. iswa dilibatkan dalam memproduksi respons divergen (berbeda) untuk pertanyaan tunggal. truktur instrinsik tugas (pertanyaan) memberikan respons ganda yang mungkin. Respons ganda dinilai dengan prosedur Possible-Feasible-Desiable Procedure atau dengan memverifikasi aturan disiplin yang diberikan. 9. Gaya Program Individual Rancangan iswa (I) (The Individual Program Learner s Design tyle) Merancang, mengembangkan, dan melaksanakan serangkaian tugas yang diorganisasikan kedalam program perorangan yang dikonsultasikan dengan guru. iswa merancang, mengembangkan, dan melaksanakan serangkaian tugas yang diorganisasikan kedalam program perorangan. iswa memilih topic, mengidentifikasi pertanyaan, mengumpulkan data, menemukan jawaban, dan mengorganisasikan informasi. Guru menentukan bidang pokok bahasan umum. 10. Gaya Inisiatif iswa (J) (The Learner-Initiated tyle) iswa memulai pengalaman belajar, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasinya, bersama-sama dengan guru berdasarkan criteria yang disepakati bersama. iswa memulai gaya ini dimana ia akan melakukan episode atau serangkaian episode. iswa memiliki pilihan untuk menentukan berbagai gaya mengajar pada spektrum ini. 11. Gaya Mengajar endiri (K) (The elf Teaching tyle) Memberikan kesempatan siswa untuk membuat keputusan maksimum tentang pengalaman belajarnya, yakni tanpa keterlibatan langsung dari guru. Gaya ini jarang digunakan di sekolah. Gaya ini lebih tepat untuk mengembangkan hobi atau mengisi waktu luang. iswa memulai pengalaman belajar, merancang, dan mengevaluasinya. iswa memutuskan seberapa banyak keterlibatan guru. Guru menerima keputusan belajar Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 22

siswa dan memberikan kondisi umum untuk agar siswa merencanakan apa yang akan dilakukan di sekolah. A B C D E F G H I J K Pra Pertemuan G G G G G G G G G Pertemuan G PL G G G G Pasca Pertemuan G G Pn G G G Gambar 1. pektrum Gaya Mengajar Keterangan : G : Guru : iswa PL : iswa sebagai pelaku Pn : iswa sebagai pengamat Tabel 1. Karakteristik Gaya Mengajar Karakteristik umum (Tujuan) Gaya A-E 1. Reproduksi pengetahuan dan ketrampilan 2. Pokok bahasan konkrit, terutama berisi fakta, aturan, dan ketrampilan khusus (Pengetahuan dasar, pengetahuan tertentu atau pasif) 3. Hanya ada satu cara yang benar untuk melaksanakan tugas, yaitu dengan berusaha menyamai model yang disajikan 4. Waktu digunakan untuk berlatih dan belajar guna mengikuti model. Karakteristik umum (Tujuan) Gaya F-J 1. Produksi pengetahuan dan ketrampilan baru untuk siswa dan/atau guru 2. Pokok bahasan merupakan variable, sebagian besar berisi konsep, strategi, dan prinsipprinsip. 3. Mendatangkan alternatif-alternatif dalam rancangan dan kinerja. Tidak ada satu model yang harus diikuti. 4. Waktu digunakan untuk prosesproses kognitif yang terlibat. 5. Waktu digunakan untuk Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 23

5. ebagian besar operasi kognitif yang dilibatkan adalah memori dan pengingatan kembali 6. Umpan balik bersifat khusus dan menunjukkan kinerja tugas dan kesesuaiannya dengan model 7. Perbedaan individu diterima hanya dalam batas-batas fisik dan emosional 8. Iklim kelas (jiwa lingkungan belajar) berbentuk suatu pelaksanaan model, pengulangan, dan mengurangi kesalahan. mengembangkan iklim efektif yang kondusif untuk memproduksi dan menerima berbagai alternatif dan pilihan. 6. Operasi kognitif dilibatkan dalam membandingkan mengkontraksikan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menemukan sesuatu, dan lain-lain. 7. Penemuan dan kreativitas dimanifestasikan melalui operasi kognitif. 8. Penemuan oleh siswa dikembangkan melalui proses konvergen dam divergen atau kombinasi dari keduanya. 9. Umpan balik berkaitan dengan memproduksi alternatif-alternatif dan bukan merupakan solusi tunggal. 10. Perbedaan individual dalam hal kuantitas, kecepatan, dan jenis produksi sangat penting untuk menjaga dan melanjutkan gaya mengajar ini. 11. Iklim kelas (jiwa lingkungan belajar) berbentuk pencarian, pengujian validitas alternatif, dan melebihi hal-hal yang telah diketahui. E. PELAKANAAN DAN PENERAPAN GAYA MENGAJAR Pelaksanaan dan penerapan gaya-gaya mengajar pendidikan jasmani perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran. Ada berbagai Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 24

perkembangan dalam penerapan gaya mengajar (Dougherly dan Bonanno, 1983) sebagai berikut : 1. Tidak ada gaya mengajar yang paling baik untuk selamanya. etiap gaya mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu, berkaitan dengan tujuan-tujuan tertentu. Hal ini yang harus diperhatikan adalah kesiapan siswa untuk mengambil keputusan, peralatan yang tersedia, kesesuaian dengan pokok bahasan dan berbagai faktor lain. 2. Ada periode yang menyebabkan penghentian yang harus diamati, jika gaya mengajar beralih ke arah yang lebih menekankan kepada siswa pada akhir rangkaian kesatuan gaya mengajar. Peralihan sangat efektif apabila dilakukan secara perlahan dan cermat, agar lebih meningkatkan dalam pembuatan keputusan-keputusan sederhana dari diberikan terlalu banyak tetapi sulit dilaksanakan siswa. 3. ebelum menjalankan gaya mengajar yang dipilih, sebaiknya berhati-hati dalam menilai semua variable atau factor didalam situasi mengajar jika pelajaran ternyata tidak berhasil. Banyak kemungkinan kesulitan yang tidak tampak pada setiap gaya mengajar. Beberapa hal yang perlu ditinjau kembali apabila terjadi kegagalan pelajaran adalah : a. Apakah siswa mempersiapkan untuk membuat keputusan-keputusan yang sesuai dengan harapan? b. Apakah guru menyampaikan informasi persiapan yang cukup kepada siswa? c. Apakah guru melakukan gaya mengajar dengan benar? d. Apakah guru memberikan umpan balik (feed back) yang benar? e. Apakah pemilihan gaya mengajar sesuai dengan pelajaran? 4. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dimungkinkan untuk mengkombinasikan dan memodifikasi gaya-gaya mengajar agar sesuai dengan kebutuhan. Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 25

5. Gaya mengajar dikatakan baik apabila pelakunya baik, dilakukan dengan baik dengan persiapan yang cermat dan teliti. Guru seharusnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan siswanya. pektrum gaya mengajar memberikan bermacam-macam strategi mengajar yang menarik, produktif, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada setiap situasi mengajar yang baru. F. PENUTUP Guru pendidikan jasmani harus memiliki kewenangan, kemampuan, dan menguasai berbagai metode mengajar serta persiapan mengajar yang baik. Perencanaan mengajar sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian model perencanaannya tergantung metode yang dipilih. Model pendekatan mengajar semacam ini masih perlu disebarluaskan dan memerlukan kerjasama yang baik dengan bidang-bidang lain, seperti pengembangan kurikulum, interaksi pembelajaran, strategi pembelajaran, pengajaran mikro dan sebagainya. BIODATA PENULI Nama : Nuruddin Priya B. Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 3 Desember 1962 Pendidikan : 1 Universitas ebelas Maret 2 Jurusan Ilmu Olahraga UN urakarta Alamat Kantor : FKIP-UTP. urakarta, Jln. Walanda Meramis no.31 Cengklik urakarta. Telp (0271) 854188 Alamat Rumah : Tempursari, Ngawen, Klaten RT 01/06 Telp (0272) 330069. HP. 085229202069 Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 26

Jurnal Ilmiah PIRIT. IN : 1411-8319 Vol. 10. No. 2. Tahun 2010 27