TAKARAN PUPUK N, P, K, DAN S TANAMAN JAGUNG PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

Keragaan Agronomi dan Ekonomi Sistem Usahatani Jagung Hibrida di Sulawesi Selatan

Pemupukan N,P, dan K pada Tanaman Jagung Komposit di Tanah Vertisol

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

KAJIAN PEMUPUKAN N, P DAN K TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN BONE BOLANGO, GORONTALO

Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pemberian Pupuk N, P, K dan pupuk Kandang pada Lahan Kering di Maluku

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

ANALISIS TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS KAB. SIDRAP DAN LUWU UTARA)

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

PENGELOLAAN HARA DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Input-Output Pemupukan Beberapa Varietas Jagung di Lahan Kering. Muh. Taufik dan Muhammad Thamrin

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN HARA DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

EFEKTIVITAS PUPUK SRF-N JENIS D DAN H TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI EFFECTIVENESS OF FERTILIZER SRF-N D AND H ON RICE GROWTH AND RESULTS

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)


Efisiensi Penggunaan Pupuk NPK melalui Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskular pada Jagung

KEBUTUHAN HARA N, P, DAN K TANAMAN JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GOWA

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

TANGGAPAN VARIETAS JAGUNG HIBRIDA DAN KOMPOSIT PADA PEMBERIAN PUPUK TUNGGAL N, P, K DAN PUPUK KANDANG DI LAHAN KERING

Hubungan Serapan Hara N, P, dan K dengan Hasil Gabah di Lahan Sawah Tadah Hujan

Decision Support System (DSS) Pemupukan Padi Lahan Rawa

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

LAPORAN PRAKTIKUM PERTANIAN BERLANJUT RECOVERY N

PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN

Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara

Abstrak. Kata kunci : Jagung hibrida, Sistem tanam, Varietas. Pendahuluan

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

Peningkatan Produksi Jagung melalui Penerapan Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENGARUH PEMBERIAN MIKROBA PROBIOTIK LOKAL TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

OPTIMALISASI PRODUKSI JAGUNG MANIS DENGAN PEMBERIAN PUPUK BERIMBANG ORGANIK DAN ANORGANIK

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

Abstrak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI SUMBER PRODUKSI JAGUNG

Sistem Tanam Padi-Jagung dan Pemupukan N, S, P, K pada Lahan Sawah Tadah Hujan

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

Pedoman Umum. PTT Jagung

PuJS. Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi. Petunjuk Menggunakan Perangkat Lunak. Versi 1.0. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH MELALUI PERBAIKAN POLA TANAM YANG BERBASIS KEMITRAAN

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering)

PEMANFAATAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK DI SULAWESI SELATAN

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI SAWAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

Transkripsi:

Seminar Nasional Serealia, 2013 TAKARAN PUPUK N, P, K, DAN S TANAMAN JAGUNG PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SULAWESI SELATAN Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Pemupukan berimbang adalah suatu pengelolaan hara yang spesifik lokasi, sehingga sangat tergantung pada lingkungan, utamanya tanah yang bersifat spesifik lokasi. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami. Berdasarkan peluang hasil 7 t/ha dan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami, direkomendasikan di tanah Vertisol Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P 2 O 5, 25 kg K 2 O, dan 5 kg S per ha, di Barru 170 kg N, 23kg P 2 O 5, 25 kg K 2 O per ha, dan tanpa S, dan di Pangkep 170 kg N, 43 kg P 2 O 5, 40 kg K 2 O, dan 10 kg S per ha. Pada tanah Inceptisol di lahan kering di wilayah Bone dengan peluang hasil 9 t/ha dianjurkan menggunakan takaran pada tanaman jagung adalah 170 kg N, 30 kg P 2 O 5, dan 63 kg K 2 O per ha dan pada tanah Grumosol di lahan kering Jeneponto dengan peluang hasil 8 t/ha membutuhkan 120 kg N, 57 P 2 O 5 dan 44 K 2 O per ha. Kata kunci: zea mays,, spesifik lokasi PENDAHULUAN Hara N, P, dan K merupakan hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Setiap ton hasil biji, tanaman jagung membutuhkan 27,4 kg N; 4,8 kg P; dan 18,4 kg K (Cooke 1985), sehingga diperlukan pengelolaan hara yang tepat agar kebutuhan tanaman akan hara dapat terpenuhi secara optimal. Umumnya, tanaha-tanah di daerah tropika basah kekurangan hara terutama N, P, dan K pada tanaman jagung, sehingga untuk mendapatkan hasil mendekati potensi hasil, diperlukan tambahan pupuk yang jumlahnya sangat tergantung lingkungan dan pengelolaan tanaman. Perbaikan kesuburan tanah melalui dilakukan dengan pemberian pupuk berimbang, yang artinya pemberian pupuk sesuai kebutuhan tanaman dan masih kekurangan dalam tanah dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami, kontinuitas pertanaman, dan petani mendapat keuntungan yang memadai. Pemupukan yang berimbang adalah suatu pengelolaan hara yang spesifik lokasi, sehingga sangat tergantung pada lingkungan, utamanya tanah yang bersifat spesifik lokasi. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan 285

Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung pemulihan hara telah dikembangkan untuk tanaman padi pada lahan sawah irigasi di Asia (Dobermann dan Fairhurst 2000; Witt and Doberman 2002). Konsep yang serupa juga sedang digunakan untuk pengembangan rekomendasi yang baru pada pertanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar bagi perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi atau domain (Dobermann et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi merupakan suatu upaya untuk mewujudkan penyediaan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah maupun waktu yang mempertimbangkan kebutuhan hara tanaman/varietas, kondisi lahan atau kapasitas dalam menyediakan hara bagi tanaman (Makarim et al. 2003) Informasi kebutuhan pupuk yang optimal, khususnya N, P, dan K pada tanaman jagung berdasarkan spesifik lokasi sangat dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan dan produktivitas jagung yang memuaskan dan berkelanjutan, disamping itu juga akan meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan petani. Rekomendasi takaran pupuk N, P, K, dan S Penentuan rekomendasi berdasarkan kenaikan hasil antara setiap hara antara yang diberi pupuk dan tanpa pupuk N, P, dan K menggunakan software Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi PuJS (IPNI 2010). Penelitian omision plot yang dilaksanakan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol muda di Sidrap menunjukkan bahwa pemberian NPKS (kombinas lengkap) menghasilkan 5,7 t/ha, apabila salah satu hara tidak diberikan (tanpa N, P, K atau S) hasil yang diperoleh akan menurun (hasil yag diproleh 3,6 5,5 t/ha).tanpa pemberian N akan menurunkan hasil 2,1 t/ha, tanpa pemberian P menurunkan 0,4 t/ha, tanpa pemberian K menurunkan 0,2 t/ha dan tanpa pemberian S menurunkan hasil 0,3 t/ha. Berdasarkan kemampuan tanah menyedikan hara dan dengan pengelolaan yang baik peluang hasil yang dapat diperoleh dilokasi tersebut adalah 7 t/ha, maka berdasarkan simulasi PuJS direkomendasi di Vertisol Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P 2 O 5, 25 kg K 2 O dan 5 kg S per ha (Tabel 1). 286

Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 1. biji dan penurunan hasil pada perlakuan, dan rekomendasi di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol di Sidrap. 7 t/ha (kg/ha) NPKS 5,7 - PKS 3,6 2,1 150 N NKS 5,3 0,4 23 P 2 O 5 NPS 5,5 0,2 25 K 2 O NPK 5,4 0,3 5 S Sumber: Syafruddin et al. (2008) Di tanah Vertisol Barru, kombinasi NPK, dan S memberikan hasil 4,69 t/ha, Tanpa N atau K akan menurunkan hasil, sedangkan tanpa P atau S hasil yang diperoleh lebih tinggi. Tanpa pemberian N diperoleh hasil 0,10 t/ha dan tanpa K diperoleh hasil 4,54 t/ ha, tanpa P menjadi 5,09, dan tanpa S diperoleh hasil 5,32 t/ha. Oleh karena itu pada tanah Vertisol di Barru dengan peluang hasil biji jagung 7 t/ha direkomendasikan takaran pupuknya adalah 170 kg N, 5 kg P2O5, dan 25 kg K 2 O per ha. Meskipun tidak respon terhadap pemberian P, namun untuk menaikan peluang hasil yang mungkin dapat dicapai dengan pengelolaan yang baik dan untuk mencegah degradasi P diperlukan tambahan P t yaitu 5 kg P 2 O 5 /ha (Tabel 2). Tabel 2. biji dan penurunan hasil pada perlakuan, dan rekomendasi di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol di Barru 7 t/ha (kg/ha) NPKS 4,69 - PKS 0,10 4,59 170 N NKS 5,09-5 P 2 O 5 NPS 4,54 0,15 25 K 2 O NPK 5,32 - Sumber: Syafruddin et al. (2008) Pada lahan sawah jenis tanah Vertisol di Pangkep, NPKS diperoleh hasil biji 5,13 t/ha, jika salah satu unsur hara tidak diberikan (N, P, K atau S) hasil biji yang diperoleh akan menurun menjadi 0,10-4,50 t/ha. Apabila tidak dipupuk N akan menurunkan hasil 5,03 t/ha, tampa P menurunkan hasil 0,89 t/ha, dan tanpa pemberian K menurunkan hasil 0,63 t/ha dan tanpa pemberian S menurunkan hasil 0,87 t/ha. Untuk memperoleh hasil biji jagung sebanyak 7 t/ha di tanah Vertisol Pangkep direkomendasikan takaran pupuk yang digunakan adalah 170 kg N, 50 kg P 2 O 5, 50 kg K 2 O, dan 10 kg S per ha (Tabel 3). 287

Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung Tabel 3. biji dan penurunan hasil pada perlakuan, dan rekomendasi di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol muda di Pangkep. Rekomendasi (kg/ha) NPKS 5,13 - PKS 0,10 5,03 170 N NKS 4,24 0,89 43 P 2 O 5 NPS 4,50 0,63 40 K 2 O NPK 4,26 0,87 10 S Sumber: Syafruddin et al. (2008) Meskipun ketiga lokasi (Sidrap, Barru, dan Pangkep) mempunyai jenis tanah Vertisol, akan tetapi terdapat perbedaaan hasil yang diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian N, hal tersebut disebabkan karena pada tanah Vertisol di Sidrap mempunyai kadar Bahan organik 3,18% (tergolong sedang) yang lebih tinggi dibanding dengan di Barru dan Pangkep yang mempunyai bahan organik 1,0% (tergolong rendah). Disamping itu tingkat pengelolaan tanaman oleh petani d Sidrap lebih baik dibanding dengan di Barru dan Pangkep. tanaman sangat ditentukan oleh pengeloaan tanaman/crop management (Witt 2007). Pada lahan kering jenis tanah Grumosol di Jeneponto, hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan NPK adalah 6,8 t/ha, tanpa pemberian N akan menyebabkan penurunan hasil sebanyak 1,97 t/ha, tanpa pemberian P akan mengalami penurunan hasil mencapai 1,53 t/ha dan tanpa K hasil akan menurun 0,5 t/ha. Berdasarkan target hasil yang dapat dicapai di lokasi tersebut yaitu 8 t/ha dan peningkatan hasil setiap penambahan hara N, P, dan K maka rekomendasi takaran pupuk yang digunakan pada tanaman jagung adalah 120 kg N, 57 kg P 2 O 5 dan 44 kg K 2 O per ha (Tabel 4). Tabel 4. biji dan penurunan hasil pada perlakuan, dan rekomendasi di lahan sawah sesudah padi pada tanah Grumosol di Jeneponto. 8 t/ha (kg/ha) NPK 6.80 - PK 4.83 1,97 120 N NK 5,23 1,53 57 P 2 O 5 NP 6,33 0,50 44 K 2 O Sumber : Thamrin, Tandisau, dan Sahardi (2005). (data diolah kembali) 288

Seminar Nasional Serealia, 2013 Pemupukan di lahan kering Inceptisol Bone dengan kombinasi NPK akan diperoleh hasil biji 8,72 t/ha, jika salah satu unsur hara (N, P atau K) tidak diberikan akan mengalami penurunan 0,01-5,63 t/ha. Tanpa N akan mengalami penurunan hasil sebesar 5,63 t/ha, tanpa P 0,01 t/ha dan tanpa K mengalami penurunan 1,08 t/ha. Dengan pengelolaan tanaman yang baik, potensi hasil jagung yang dapat diperoleh di tanah kering Inceptisol Bone adalah 9 t/ha. Untuk mendapatkan hasil tersebut direkomendasikan takaran pupuk yang digunakan adalah 170 kg N, 30 kg P 2 O 5, dan 63 kg K 2 O per ha Tabel 5. Takaran N yang efisien dalam penggunaan hara pada tanah Inceptisol di Bone ini adalah 67,5 135 kg/ha, apabila takaran N dinaikkan menjadi 180 kg/ha akan menurunkan secara drastis efisiensi agronomik hara P yaitu dari 16,8 menjadi 0,2 kg biji/kg pupuk dan efisiensi rekoveri hara P dari 61% menjadi hanya 17%. Takaran P yang efisien hara adalah 45 kg P2O5/ha (Syafruddin et al. 2006) Tabel 5. biji dan pada perlakuan, dan rekomendasi di lahan sawah sesudah padi pada tanah Incetisol di Bone. 9 t/ha (kg/ha) NPK 8,72 - PK 2,89 5,63 170 N NK 8,71 0,01 30 P 2 O 5 NP 7,64 1,08 63 K 2 O Sumber: Syafruddin et al. (2006) Secara umum hara N menjadi faktor pembatas yang paling dominan, kemudian K dan P untuk memperoleh hasil jagung sesuai dengan target hasil yang dapat dicapai pada setiap lokasi. Efektifitas sangat dipengaruhi oleh waktu dan cara pemberian. Waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung untuk hara N harus diaplikasikan secara bertahap, yaitu 1/3 pada awal tanam sampai dengan 1 minggu setelah tanam, 2/3 pada umur 35 HST. P diaplikasi pada awal tanam bersamaan dengan pemberian N, karena P sukar larut. Sedangkan pemberian K dilakukan pada 35 HST bersamaan dengan kedua N. 289

Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung KESIMPULAN 1. Rekomendasi tanaman jagung pada lahan sawah tanah di Vertisol Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P 2 O 5, 25 kg K 2 O, dan 5 kg S per ha, Barru 170 kg N, 23kg P 2 O 5, 25 kg K 2 O per ha, Pangkep 170 kg N, 43 kg P 2 O 5, 40 kg K 2 O, dan 10 kg S per ha. 2. Pemupukan pada tanaman jagung di lahan kering Grumosol Jeneponto menggunakan takaran 120 kg N, 57 P 2 O 5 dan 44 K 2 O per ha 3. Pemupukan pada tanaman jagung di lahan kering Inciptisol Bone dianjurkan menggunakan takaran 170 kg N, 30 kg P 2 O 5, dan 63 kg K 2 O per ha. DAFTAR PUSTAKA Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing Lmt. London. p. 75-87. Dobermann, A., T. Arkebauer, K.G. Cassman, R.A. Drijber, J.L. Lindquist, J.E. Specht, D.T. Walters, H. Yang, D. Miller, D.L. Binder, G. Teichmeier, R.B. Ferguson and C.S. Wortmann. 2003. Understanding corn yield potential in different environments. P. 67-82. In L.S. Murphy (ed.) Fluid focus: the third decade. Proceedings of the 2003 Fluid Forum, Vol. 20. Fluid Fertilizer Foundation, Manhattan, KS. Dobermann, A., and T. Fairthurts. 2000. Rice nutrient disorders and nutrient management. Internasional Rice Research Institute (IRRI). Los Banos. 192p. Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S. Hendarsih, dan S. Abdurachman, 2003. Panduan teknis pengelolaan hara dan pengendalian hama penyakit tanaman padi secara terpadu. Puslitbangtan.37 hal. Syafruddin, M. Rauf, R, Y, Arvan, dan M. Akil. 2006. Kebutuhan pupuk N, P, dan K tanaman jagung pada tanah Inceptisol Haplustepts. Penelitian pertanian 25:1-9 Syafruddin, Akil, M., M. Rauf, A.F. Fadly, dan Faesal. 2008. Pengelolaan hara, air, dan tanaman jagung mendukung teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) jagung. Laporan akhir (Tidak dipublikasi). Thamrin, M., P. Tandisau. Sahardi. 2005. Peningkatan produktivitas jagung hibrida melalui teknologi spesifik lkasilahan kering iklim kering. Dalam Prosiding Seminar dan Lokakarya. Dukungan Teknologi Infrastruktru dan kebijakan dalam Pengembangan Agribisnis Jagung Nasuonal. Witt, C., and A. Dobermann. 2002. A site-specific nutrient management approach for irrigated lowland rice in Asia. Better Crops Int. 16:20-24. Wit, C. 2007. Site spesifik nutrient managemen for maize in favorable tropical environments. Power Point dal Seminar dan Lokakarya Pengeloaan Hara spesifik lokasi untuk Tanaman Jagung. Lampung. 44p. 290