BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan makhluk lain yang ada di muka bumi ini. mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam masyarakat itu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang dinamakan adat. Adat ini telah turun-menurun dari generasi. kegerasi yang tetap dipelihara hingga sekarang.

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

Perkara yang Bermanfaat Bagi Seorang yang Telah Mati PERKARA YANG BERMANFAAT BAGI SEORANG YANG TELAH MATI

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

ISLAM IS THE BEST CHOICE

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

Syarah Istighfar dan Taubat

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Puasa Mengajarkan Mencintai Orang Miskin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga, hidup mereka dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan mesin

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran terhadap adat akan berdampak pada ketidak seimbangan dan

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

IDENTIFIKASI PEMBOROSAN MENGGUNAKAN METODE VALUE STREAM MAPPING DAN SIX SIGMA DENGAN MENGIMPLEMENTASI KONSEP LEAN MANUFACTURING TUGAS AKHIR

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. sering dilakukan oleh banyak orang Islam, beberapa diantaranya adalah dengan

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya dan selalu bekerja sama. Allah berfirman tengan surat Al-Mai dah

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

BAB I PENDAHULUAN. tuntunan dalam tuntutan dinamika realitas masyarakat dari segala kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Yang dikaruniai akal dan pikiran. Kesempurnaan untuk berjalan serta kemampuan berkomunikasi dan berbicara yang membedakan manusia dengan makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Dari seluruh hukum yang telah ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum perkawinan, maka hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum kekeluargaan memegang peranan yang sangat penting, bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam masyarakat itu. 1 Hal ini disebabkan hukum kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa, yang merupakan peristiwa hukum dan lazim disebut meninggal dunia. 2 Firman Allah SWT dalam Q.S. al-imra@n/3:185. ك ل ن ف س ذ ائ ق ة ال م و ت... Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, 3 1974), hlm. 9. 1 Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Alquran dan Hadits (Jakarta: Tinta Mas, 2 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hlm. 93. 3 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al qur an, 1971), hlm. 95. 1

2 Sebagai bagian dari anggota masyarakat, maka kalau berbicara tentang seseorang yang meninggal dunia, arah dan jalan pikiran tentu akan menuju kepada masalah warisan. Seorang manusia selaku anggota masyarakat selama masih hidup, mempunyai tempat dalam masyarakat dengan disertai berbagai hak-hak dan kewajiban terhadap orang-orang anggota lain dari masyarakat itu dan terhadap barang-barang yang berada dalam masyarakat itu. Dalam kehidupan, manusia tidak lepas dari kecintaan terhadap harta sebagai motivasi hajat hidupnya di dunia. Islam sebagai agama yang mutlak akan segala kebenaran memperbolehkan manusia untuk mencari dan memperoleh harta benda sebanyak-banyaknya, yaitu dengan cara yang baik dan tidak bertentangan dengan aturan. 4 Akan tetapi bila seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta dan ahli waris, maka tidaklah mutlak seluruh harta yang ditinggalkan oleh si pewaris tersebut menjadi hak ahli waris, sebab di dalam harta peninggalan si pewaris tersebut masih ada hak-hak lain yang harus dikeluarkan terlebih dahulu sebelum harta tersebut dibagikan kepada ahli waris. Oleh karena persoalan tersebut erat hubunganya dengan soal harta peninggalan si pewaris, maka ada baiknya hal tersebut dibicarakan secara singkat. Apabila dianalisis ketentuan-ketentuan hukum yang ada, ada empat hal yang harus diperhatikan dikeluarkan dari harta peninggalan tersebut sebelum dibagikan 5, yaitu: 4 Sjafa at, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1964), hlm. 102. 5 Suhrawardi K.Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam lengkap dan peraktis,(jakarta, Sinar Grapika, September 1995), hlm. 39.

3 1. Biaya penyelenggaraan jenazah Perawatan jenazah dimaksudkan meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan sejak orang itu meninggal dunia. Dari biaya memandikan, mengafani, mengatur atau mengurus dan menguburkannya, Besarnya biaya tidak boleh terlalu besar juga tidak boleh terlalu kurang tetapi dileksanakan secara wajar 6. Adapun dasar hukum bahwa biaya penyelenggaraan jenazah hendaknya dilakukan secara wajar, dalam firman Allah SWT Q.S. al-furqa@n/25:67 Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya) tidak berlebih-lebihan, dan tidk pula kikir, tetapi adalah (pembelanjaannya itu) ditengah-tengah antara yang demikian. 7 2. Utang pewaris Utang adalah tanggungaan yang harus diadakan pelunasaannya dalam suatu waktu tertentu. Kewajiban pelunasan utang timbul sebagai prestasi (imbalan) yang telah diterima oleh si berhutang. Apabila seseorang yang meninggal telah meninggalkan hutang kepada orang lain, maka seharusnya hutang tersebut dibayar/dilunasi terlebih dahulu (dari harta peninggalan si mayat) sebelum harta peninggalan tersebut dibagikan kepada ahli warisnya. 6 Ahmad rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta, Mai 1993), hlm.47. 7 Kementrian Agama Republik Indonesia, Op.Cit., hlm. 511.

4 3. Hibah pewaris Kata hibah berasal dari bahasa arab yang secara etimologis berarti melewatkan atau menyalurkan, dengan demikian berarti telah disalurkan dari tangan orang yang memberi kepada tangan orang yang diberi. 8 4. Wasiat pewaris Wasiat adalah pemberian hak kepada seseorang badan untuk memiliki atau memanfaatkan sesuatu yang pemberian hak tersebut ditangguhkan setelah pemilik hak meninggal dunia, dan tanpa disertai imbalan-imbalan atau pergantian berupa apa pun dari pihak penerima pemberian hak itu. Karena wasiat adalah merupakan keinginan terakhir dari yang meninggal dunia maka pelaksanaannya harus didahulukan dari pada hak ahli waris. 9 Berbicara tentang batasan-batasan harta peninggalan untuk penyelenggaraan janazah si pewaris, di dalam fiqih dan buku-buku tentang pembagian harta warisan, disitu hanya dijelaskan biaya untuk memandikan, mengkafankan, mengangkat jenazah, menggali tanah untuk liang lahat, dan menguburkannya. Tetapi dilihat dari hukum kebiasan yang berlaku dimasyarakat atau yang disebut dengan hukum adat setelah orang meninggal dunia dan diselesaikan kewajibannya lalu dikebumikan atau dikuburkan, itu ada yang melaksanakan acara selamatan tiga hari, dua puluh lima hari, empat puluh hari, seratus hari, sampai acara haulan, dan ada juga sampai mengajikan kubur si mayat dan 8 Suhrawardi K.Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam lengkap dan peraktis,(jakarta, Sinar Grapika, September 1995), hlm. 40-45. 9 Moh. Anwar, Faraaidl (Hukum Waris Dalam Islam) dan Masalah-Masalahnya, (Surabaya 1981), hlm. 17.

5 sebagainya, maka sampai mana kah batas menggunakan harta peninggalan untuk biaya ritual kematian. Setelah melakukan observasi awal atau wawancara ke ulama atau tuan guru untuk menanyakan apakah ada batas penggunaan harta peninggalan untuk ritual kematian. Pertama: Bapak Drs.H. Murjani Sani M.Ag. berpendapat tentang batas penggunaan harta peninggalan untuk ritual kematian seperti acara selamatan tiga hari sampai haulan dan sebagainya itu boleh saja karena di dalam harta itu ada terdapat hak si pewaris. Dan itu tidak ada batasnya selagi semua ahli wari yang ditinggalkan tadi tidak merasa keberatan harta yang ditinggalkan itu dipakai untuk acara selamatan tiga hari, tujuh hari, dua puluh lima hari, empat pulu hari, seratus hari, sampai acara haulan. Karena semua itu untuk mendo akan si mayyit. Dan juga hendaknya ahli waris yang ditinggalkan itu menggalang dana untuk acara selamatan tiga hari sampai mehaul dan sebagainya, agar keluarga bisa lebih dekat dan selalu menjaga tali silaturahmi, dalil yang diambil beliau sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah SWT pada surah Q.S. al-ma@idah/3:2. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. 10 10 Kementrian Agama Republik Indonesia, Op.Cit., hlm. 141.

6 Ahmad: Dalil lain Hadits riwayat Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, Nasa i dan ع ن ا ب ى ر ي ر ة )ر( ا ن رسوهللا.ص. ق ال : إ ذ ا م ات اإلن س ان : ا ن ق ط ع ع م ل و إل م ن ث ال ث : ص د ق ة خ ار ي ة ا و ع ل م ي ن ت ف ع ب و, ا و و ل د ص ال ح ي د ع ول و )رواه مسلم(. Dari Abu Hurairah Bahwasanya Rasullulah SAW bersabda: apabila cucu Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal, shadaqah jariyah (yang mengalir), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo akannya, (HR Muslim). 11 Maksud hadits diatas adalah bahwa do a anak yang soleh itu insyallah sampai kepada orang tuanya atau saudara-saudaranya yang meninggal dunia. 12 Kedua: Bapak Sarmiji Aseri S.Ag. MHI. berpendapat tentang sampai mana batasan harta peningalan untuk ritual kematian seperti acara selamatan tiga hari sampai haulan dan sebagainya, kata beliau tidak boleh menggunakan harta peninggalan untuk acara selamatan tiga hari sampai haulan dan sebagainya karena sudah dijelaskan tentang sampai mana batasnya ketika orang meninggal dunia dan meninggalkan harta itu harus menyelesaikan kewajibannya yaitu memandikan, mengafani, mengangkat jenazah, menggali dan membeli tanah untuk liang lahat serta memberi upah kepada orang yang menggali kubur, dan menguburkannya. Menurut bapak Sarmiji bahwa acara selamatan tiga hari sampai haulan dan sebaginya itu tidak ada kewajiban untuk meleksanakannya hanya itu menjadi tradisi atau adat kebiasaan masyrakat. 13 11 Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunan At-Tirmidzi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 656. 12 Drs. H. Murjani Sani M.Ag, Dosen/ Ketua Majelis Ulama Indonesia/Ketua Bazna, Banjarmasin, 29 Agustus 2016.

7 Terjadi perbedaan pendapat para ulama tentang batas harta peninggalan ahli waris, terutama untuk batas menggunakan harta peninggalan untuk ritual kematian, dan apa alasan untuk memakai harta peninggalan untuk ritual kematian seperti acara selamatan tiga hari, tujuh hari, dua puluh lima hari, empat puluh hari, seratus hari, sampai acara haulan. Peneliti merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut permasalahan tersebut untuk melakukan penelitian lebih dalam dan mengetahui lebih jelas lagi pendapat ulama tentang batas penggunaan harta peninggalan untuk ritual kematian serta bagaimana alasan atau dalil menggunakan harta peninggalan untuk ritual kematian seperti acara selamatan tiga hari, tujuh hari, dua puluh lima hari, empat puluh hari, seratus hari, sampai acara haulan, yang akan peneliti tuangkan dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul Pendapat Ulama Tentang Batas Penggunaan Harta Peninggalan Untuk Ritual Kematian B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti membuat rumusan masalah yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pembahaasan skripsi ini, rumusan masalah tersebut adalah: 1. Bagaimana pendapat ulama tentang batas penggunan harta peninggalan untuk ritual kematian? 2. Bagaimana alasan atau dalil tentang batas menggunakan harta peninggalan untuk ritual kematian? 13 Sarmiji Asri, Pegawai Negeri Sipil/ Dosen, Banjarmasin, 31 Agustus 2016.

8 C. Tujuan Penelitian Sebagai jawaban terhadap rumusan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui Bagaimana pendapat ulama tentang batas penggunan harta peninggalan untuk ritual kematian 2. Untuk mengetahui alasan atau dalil tentang batas menggunakan harta peninggalan untuk ritual kematian D. Signifikansi Penelitian Selain mempunyai tujuan yang ingin dicapai, Peneliti juga mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teori maupun praktis minimal sebagai berikut: 1. Secara teoritis a. Sebagai landasan pemikiran yang dapat menjadi tambahan khazanah keilmuan Hukum Keluarga (Akhwal Al-Syakhshiyah) di bidang ilmu waris. b. Menambah wawasan ilmu pengetahuan Peneliti khususnya pembaca pada umumnya. c. Sebagai bahan rujukan maupun bahan acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah ini dari aspek yang lain dan bahan referensi.

9 2. Secara praktis Sebagai masukan ilmu pengetahuan kepada masyarakat tentang masalah waris, khususnya tentang batas penggunan harta peninggalan untuk ritual kematian E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalalahan dalam memahami maksud dari penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Ulama yang dimaksud adalah ulama (MUI) adapun kretarianya adalah ulama yang terdaftar di MUI (Mejelis Ulama Indonesia) dan sebagai pengurus MUI (Mejelis Ulama Indonesia) kota Banjarmasin. 2. Harta peninggalan ialah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang) atau lainnya. Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk di dalamnya bersangkutan dengan utang piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan pokok hartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau utang piutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang mesti ditunaikan. 3. Ritual kemataian yang dimaksud di sini adalah upacara yang ditujukan untuk pelepasan arwah jenazah yang sudah meninggal agar arwahnya dapat segera lepas dari dunia alam ke dunia akhirat seperti acara selamatan tiga hari, tujuh hari, dua puluh lima hari, empat puluh hari, seratus hari, sampai acara haulan.

10 F. Kajian Pustaka Permasalahan tentang hukum kewarisan sebenarnya sudah pernahdibahas dalam penelitian sebelumnya, hal ini terlihat dengan terdapatnya skripsi sebelumnya, yaitu : Skripsi atas nama Tahrul Munir, Nim: 9611126, dengan judul Persepsi ulama tentang harta tunggu haul didaerah HSU Skripsi sebelumnya lebih fokus membahas pada tanah tunggu haulnya, yang mana terjadi di masyarakat Hulu Sungai utara justru ada yang tidak membagi sebagian harta mereka yang diwariskan oleh pewaris mereka, untuk keperluan atau selamatan haul si pewaris yang meninggalkan hartanya, setiap tahunnya. Harta yang tidak dibagi tersebut biasanya berupa sebidang tanah garapan. Dan tanah garapan tersebut digarap dan hasil dari tanah garapan tersebut itulah dileksanakan haulan. Ternyata ulama setempat memang berbeda pendapat terhadap peleksanaan hukum adat tersebut. Perbedaan pendapat para Ulama setempat itu diantaranya ada yang mengatakan bahwa tidak boleh sama sekali untuk meleksanakannya dengan alasan bagaimanapun. Karena meleksanakan hukum Tuhan itu wajib. Namun sebagian lagi ada membolehkannya dengan bersyarat, ada yang mensyaratkan adanya persetujuan segenap ahli waris yang berhak atas peninggalan yang ingin dijadikan harta tunggu haul tersebut. Ada lagi yang memberikan syarat yang berbeda dengan syarat yang tadi, syarat itu adalah adanya wasiat si perwaris untuk meleksanakan kegiatan itu asalkan saja tidak melebihi dari sepertiga harta peninggalannya.

11 Berbeda dengan halnya penulis, dalam penelitian skripsi yang ditulis oleh penulis lebih memfokuskan bahasan pada pendapat ulama tentang batas penggunaan harta peningalan untuk ritual kematian. Untuk batas yang dimaksud disini adalah sampai mana menggunakan harta peninggalan untuk rituan kematian apakah boleh menggunakan harta tersebut untuk selamatan sehari, dua hari, tiga hari, dua puluh lima hari, empat puluh hari, seratus hari, dan haulan. Dan juga untuk mengetahui apa alasan dan dalil batas penggunaan harta peninggalan untuk ritual kematian. G. Sistematika Penelitian Peneliti menyusun penelitian ini ke dalam lima bab dengan sistematika penelitian, sebagai berikut: Bab I, yaitu pendahuluan merupakan kerangka dasar penelitian, terdiri dari latar belakang masalah yang menguraikan gambaran permasalahan sehingga penelitian ini layak untuk dilakukan. Selanjutnya rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab ketika hasil penelitian sudah didapatkan, kemudian tujuan penelitian merupakan sebuah target yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian. Signifikansi penelitian merupakan manfaat yang diinginkan dari hasil penelitian, definisi operasional sebagai pembatas agar tidak terjadi banyak pengertian dan kajian pustaka yang merupakan bahan perbandingan hasil penelitian ilmiah mahasiswa sehingga tidak terjadi kesamaan dalam menentukan masalah yang akan diteliti serta yang terakhir adalah sistematika Penulisan sebagai kerangka acuan dalam penulisan skripsi ini.

12 Bab II merupakan landasan teori sebagai bahan acuan dalam menganalisis yang mana hasil analisis tersebut dituangkan dalam bab IV. Bab ini berisikan tentang kajian mengenai tirkah atau harta peninggalan, hak-hak yang berkaitan tentang tirkah, perawatan jenazah, pelunasan hutang, wasiat, pembagian harta warisan, ritual kematian. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang peneliti pakai, di dalamnya mencakup jenis, sifat, dan lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahapan penelitian. Bab IV, yaitu laporan hasil penelitian yang memuat identitas informan, mengenai pendapat ulama tentang batas penggunaan harta peninggalan untuk ritual kematian, serta alasan dan dalil tentang bagaimana batas penggunaan harta peninggalan untuk rituual kematian seperti acara selamatan tiga hari, tujuh hari, dua puluh lima hari, empat pulu hari, seratus hari, sampai acra haulan. Bab V, yaitu penutup, bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian sekaligus berisikan saran-saran.