BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PLEASE BE PATIENT!!!

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOAL CPNS TATA NEGARA

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah :

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

14TEKNIK. Pendidikan Pancasila. Pancasila dan implementasinya dalam sila ke-4 dan ke-5. Yayah Salamah, SPd. MSi. Modul ke: Fakultas

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

RPP PKn Kelas 5 Semester I Tahun 2009/2010 SDN 1 Pagerpelah 1

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat yang

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

ESENSI DAN URGENSI IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN PEMBANGUNAN BANGSA DAN KARAKTER

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

PANCASILA. Implementasi Sila Ketiga. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya. Keunikan itu adalah mereka setiap harinya bergaul dengan masyarakat warga negara Papua Nugini. Proses pergaulan itu terjadi setiap hari diwilayah Indonesia atau di wilayah PNG. Mereka tidak perlu menggunakan paspor tetapi cukup dengan kartu tanda pengenal warna merah atau warna kuning. Jika masyarakat Kampung Mosso akan pergi ke PNG tinggal menunjukan kartu pengenal warna merah, dan sebaliknya apabila warga PNG ke Indonesia cukup menunjukkan kartu warna kuning. Pergaulan yang seperti ini memang sangat menyenangkan dan menguntungkan bagi masyarakat kedua bela pihak, namun dalam konteks berbangsa dan bernegara dirasakan cukup merepotkan terutama dalam konteks ketertiban dan keamanan diwilayah perbatasan. Mengapa pergaulan ini terjadi begitu mudah? Jawabannya sangat sederhana, yakni karena mereka keturunan yang sama, ciri-ciri fisik yang sama, bahasa yang sama, budaya yang sama dan tanah adat yang satu. Tentang tanah adat yang satu dapat dijelaskan bahwa masyarakat PNG memiliki tanah adat yang menonjol kewilayah Indonesia sepanjang 5km, dan masyarakat Indonesia yang memiliki tanah di PNG panjangnya 3 sampai 5 km juga. Perbedaan tentang masalah tanah adalah sampai saat ini masyarakat PNG selama ini tinggal diatas tanah adatnya diwilayah Indonesia, namun tanah adat masyarakat Indonesia yang ada di PNG tidak boleh diolah apalagi tinggal disana karena dilarang oleh Pemerintah PNG.

Khusus untuk masyarakat Kampung Mosso, gambaran diatas menjelaskan kepada kita bahwa begitu kuatnya kehidupan kekerabatan yang mereka anut dalam diri mereka sehingga kebersamaan hidup diantara mereka terbilang sangat harmonis. Kebersamaan dengan masyarakat Kampung Mosso terbilang sangat harmonis karena mereka berada dalam kelompok yang satu, lingkungan Kampung yang satu, sehingga pengembangan nilai-nilai budaya yang menopang kehidupan mereka berjalan sangat lancar, walaupun mereka sering bepergian ke PNG. Dalam bidang ekonomi mereka senantiasa membantu sesama dalam hal pembukaan lahan, pengolahan tanah, melaksanakan panen bersama dan lainnya. Dibidang sosial mereka menolong yang akan menikah atau melahirkan tetapi berkekurangan, apalagi yang sakit dan yang meninggal dunia. Masyarakat Kampung Mosso memiliki budaya ketaatan kepada pimpinan yang sangat kuat terutama yang dalam tradisi adat setempat sangat sulit untuk dibantah yakni ketaatan kepada Ondoafi dan kepala suku yang adalah Pemerintahan adat setempat. Ketaatan itu bukan karena takut, namun karena itulah salah satu tata krama yang mereka pegang secara turun temurun. Dalam prakteknya jarang terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh kepala suku atau Ondoafi, karena sebelum mengambil keputusan telah mendengar aspirasi dari bawah sebelum pengambilan keputusan. Jika terjadi kesalahan pertimbangan oleh Ondoafi atau kepala suku, maka secara langsung sanksi adat pasti diterima oleh Ondoafi atau kepala suku. Misalnya secara tiba-tiba ada tanda atau rasa sakit dialami oleh kepala suku atau Ondoafi. Biasanya ada bisikan secara adat terhadap kesalahan yang dilakukan sehingga secepatnya diperbaharui. Sebaliknya jika masyarakat yang tidak taat kepada keputusan Ondoafi, maka diapun akan segera

menerima akibat berupan sanksi dalam bentuk sakit yang dialami sendiri atau anak yang dicintainya. Ondoafi atau kepala suku adalah jelmaan nenek moyang. Demikian halnya dengan kepemimpinan Gereja yang dipimpin oleh seorang Pendeta yang Identik dengan Tuhan. Kepemimpinan ini juga tidak bisa dibantah karena kepercayaan penjelmaan Tuhan. Ketaatan kepada Pendeta dan Ondoafi adalah tata krama yang sudah terpola sehingga dengan kesadaran bisa dilaksanakan karena mengutamakan masyarakat ( teori Komunitarian ) Sedangkan terhadap kepemimpinan kepala Desa atau kepala Kampung bisa dilalaikan artinya bisa tidak dilaksanakan dengan alasan tertentu yang berbeda dengan Ondoafi dan pendeta. Ada kelemahan yang sampai sekarang ini belum dapat dirubah oleh masyarakat Kampung Mosso yakni keterbukaan menerima inovasi baru. Inovasi baru dimaksud antara lain dalam sisitim pertanian, masyarakat masih tetap mempertahankan tradisi berkebun dan berladang tanpa menyesuaikan diri dengan pertanian palawija tanaman umur pendek yang dapat dipanen dalam waktu tiga sampai empat bulan sebagai salah satu upaya memperbesar pendapatan mereka dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih baik lagi. Hal ini sangat berhubungan dengan komitmen yang kuat untuk segera meninggalkan model lama dan segera beralih kepada model yang lebih cepat dan berhasil guna. Walaupun tanpa bimbingan Pemerintah setempat sebenarnya banyak masyarakat transmigrasi yang bisa dijadikan sumber belajar, namun masyarakat belum menyediakan dirinya untuk melakukan hal itu. Jika peralihan ini tidak segera dilakukan, maka dipastikan proses peningkatan taraf hidup mengalami proses yang sangat lamban.

Proses mencapai perubahan itu harus melalui beberapa tahap antara lain : pengetahuan yang cukup, proses pelaksanaan perubahan itu sendiri dan ketrampilan yang memadai. Masalah inilah menyebabkan mereka berada dalam kondisi ekonomi kategori miskin sehingga masyarakat tidak dapat menunjukkan partisipasinya dalam membangun gisi keluarga yang berakibat pada pembentukan kecerdasan generasi penerus pembangunan bangsa dimasa yang akan datang yang sadar sedalam dalamnya akan partisipasi yang dilakukan karena partisipasi mereka selama ini dilakukan melalui mobilisasi Pemerintah Distrik setempat dan diperparah lagi dengan hadirnya Isu aspirasi merdeka dan gangguan lainnya yang mau tidak mau mengganggu pikiran dan perilaku masyarakat. Selain itu Penentuan dan penyusunan program yang akan diimplementasikan belum melibatkan masyarakat secara bersama sehingga terjadi penentuan program yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dimana selama ini program yang telah tersesun dan di Implementasikan di Kampung Mosso adalah program yang diturunkan dari atas dan tidak disertai dengan Instrumen yang jelas mulai dari pelaksanaan sampai dengan evaluasi yang tepat sehingga terkadang suatu program terputus dalam pelaksanaan tanpa ada kelanjutannya. B. Kesimpulan khusus 1. Masyarakat Papua termasuk masyarakat Kampung Mosso di Daerah perbatasan telah memiliki nasionalisme lokal pasca penjajahan Belanda dan jepang di Papua yang disebut dengan nasionalisme Papua namun perlu disadari bahwa masyarakat sangat kaya dengan nilai-nilai budaya lokal yang selanjutnya disebut dengan kearifan lokal antara lain : primordial, kesakralan dalam

kehidupan beragama, kebihnekaan, kelembagaan ( antara lain kepemimpinan Ondoafi, kepemimpinan kepala suku, kepemimpinan tiga tungku ) penting untuk dikembangkan dalam rangka mendukung pembentukan wawasan kebangsaan masyarakat. 2. Implementasi nilai-nilai sosial budaya masyarakat papua terutama masyarakat Kampung Mosso tentang nilain-nilai pada butir satu diatas dalam kehidupan sehari-hari baik dalam upacara-upacara adat serta kegotongroyongan dan permusyawaratan sangat mendukung pembentukan wawasan kebangsaan Indonesia karena itu nilai-nilai budaya tersebut perlu diintegrasikan dalam nilai-nilai yang menjadi kesepakatan bersama karena nilai-nilai tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam UUD 1945. 3. Sejarah masa lalu yang kelam merupakan pengalaman pahit namun berharga bagi masyarakat Kampung Mosso untuk menata kehidupan yang lebih baik dengan selalu berusaha untuk memecahkan masalah politik ekonomi sosial budaya dan hukum serta pertahanan keamanan yang terjadi pada masa lalu maupun masa sekarang termasuk masa yang akan dihadapi pada masa datang agar tebuka jalan yang lebar dan mulus untuk mencapai tingkat kehidupan lebih baik daripada yang sekarang. 4. Upaya yang harus dilakukan Pemerintah dan Pemerintah daerah adalah melakukan pembinaan dengan menggerakan seluruh komponen masyarakat serta semua jenis dan tingkat pendidikan dengan melibatkan pihak lain sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan hidup yang pada akhirnya mendorong terbentuknya wawasan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan UUD45 dimana

Masyarakat Kampung Mosso harus berani meninggalkan karakter atau tabiat lama dan beralih kepada penerimaan Inovasi baru dalam berbagai aspek kehidupan sebagai upaya pembaharuan sitim dengan mengutamakan komitmen yang dimulai dari dalam diri sebagai bagian dari percepatan perubahan itu sendiri. 5. Penentuan program yang akan diimplementasikan dalam bentuk kebijakan publik harus mengandalkan kearifan lokal dan melibatkan masyarakat sejak perencanaan dan pelaksanaan sampai pada tahap monitoring dan evaluasi agar program tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta berhasil guna dan berdaya guna. C. REKOMENDASI Berdasarkan temuan penelitian didaerah perbatasan Provinsi Papua, maka rekomendasi yang disampaikan adalah sebagai berikut : a Kepada Pihak Pemerintah dan Pemerintah Daerh agar memperhatikan Pembangunan daerah perbatasan dengan sungguh-sungguh karena banyaknya persoalan didaerah perbatasan sangat membutuhkan perangkat hukum yang tegas dalam bentuk Instruksi Presiden yang harus dilaksanakan oleh Menteri Daerah tertinggal sebagai wujud kesungguhan Pemerintah membangun daerah perbatasan sekaligus untuk membuktikan kepada negara lain terutama negara tetangga akan kesungguhan menampilkan wajah negara Indonesia dimata dunia Internasional. b Kepada Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kota jayapura hendaknya menetapkan alokasi dana yang memadai dan merumuskan program yang jelas

serta menyentuh kebutuhan masyarakat, agar pembangunan yang dilaksanakan bermanfaat untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat perbatasann Papua yang sekaligus mendorong pembentukan wawasan kebangsaan Indonesia sebagai wujud Nasionalisme masyarakat terhadap negara dan bangsa. c Kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan aparat Kampung Mosso, hendaknya selalu mendorong masyarakat untuk bekerja keras berinovasi membangun diri, membangun Kampung untuk melepaskan diri dari kemiskinan yang sedang melanda berbagai aspek kehidupan baik mental maupun, moral dan spirital. d Kepada masyarakat Kampung Mosso hendaknya terbuka menerima Inovasi baru dalam berbagai bidang baik bidang pertanian dan perkebunan, bidang sosial budaya dan bidang lainnya terhadap masyarakat yang ada disekitar perbatasan terutama masyarakat transmigrasi agar upaya memacu kehidupan yang lebih baik dapat diwujudkan bersama warga bangsa Indonesia lainnya. e Banyak persoalan yang belum selesai dalam kehidupan masyarakat perbatasan, karena itulah penulis mendorong peniliti lainnya yang berminat untuk melanjutkan penelitian didaerah perbatasan khususnya di Papua menyangkut aspek hukum Internasional maupun hukum nasional yang dapat memecahkan kasus-kasus perbatasan, terutama penyelesaian tanah adat di perbatasan kedua belah pihak yang belum terselesaikan