Penyiapan Mesin Tetas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

PEMBIBITAN DAN PENETASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

Temu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

[Pemanenan Ternak Unggas]

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

UNIVERSITAS MERCU BUANA

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal

Penelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan Laboratorium

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

PELUANG BISNIS PENETASAN TELUR ITIK

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

MODUL PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TERNAK KODE MODUL SMKP3P03BTE

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism))

SISTEM KONTROL SUHU PADA MESIN TETAS TELUR AYAM BURAS HEMAT ENERGI DAYA TETAS OPTIMAL

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Rodalon

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MESIN TETAS TELUR

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tujuan Pustaka Jufril, D., (2015), melakukan penelitian tentang implementasi mesin penetas telur otomatis adapun hasil

PENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

OTOMATISASI MESIN TETAS UNTUK MEINGKATKAN PRODUKSI DOC (DAY OLD CHICK) AYAM LURIK DAN EFISIENSI USAHA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah,

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEMI OTOMATIS

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER)

Itik Petelur - Itik Indian Runner (Malaysia dan Cina) - Itik Khaki Cambell (Inggris) - Itik lokal tersebar di Indonesia (Itik Cirebon, Itik Tegal, Iti

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

IMPLEMENTASI SISTEM KONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO UNO R3 UNTUK SISTEM PENETASAN TELUR AYAM

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna

BAB I PENDAHULUAN. telur yang sudah ada sekarang menurut penulis masih kurang optimal, karena

BAB III METODE PENELITIAN

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

Transkripsi:

Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh, entog) dengan mesin pada prinsipnya menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio (calon anak). Keunggulan mesin tetas antara lain penetasan dapat dilakukan dalam jumlah banyak sekaligus, dan pada ayam buras, induk masih terus berproduksi karena tidak terganggu dengan aktivitas mengeram. Berbeda dengan penetasan telur secara alamiah yakni dengan pengeraman induk, pada penetasan telur dengan mesin (induk buatan) membutuhkan campur tangan manusia yang sangat besar. Sumber pemanas mesin tetas didapat dari lampu minyak tanah atau listrik maupun kombinasi keduanya. Dalam hal ini lampu minyak tanah hanya sebagai cadangan apabila listrik padam. Penyiapan Mesin Tetas - Ukuran mesin tetas kapasitas 100 butir telur ayam kampung : panjang 60 cm, lebar 40 cm, tinggi 35 cm, tinggi kaki dari lantai 20 cm. Kalau menghendaki kapasitas lebih besar cukup menambah luas mesin. - Kebutuhan lampu : 6 lampu pijar masing-masing berukuran 5 watt. Diusahakan 1 buah lampu terus menyala sebagai alat penerangan ruangan mesin. - Jangka waktu penetasan : puyuh : 18 hari, ayam : 21 hari, itik : 28 hari, entog : 35 hari. Komponen Alat Otomatis untuk Mesin Tetas Regulator : seperangkat alat yang terdiri dari baut penyetelan untuk mengatur tinggi rendahnya panas, bandul keseimbangan, sakelar, tutup cerobong lampu minyak, as jarum dan pipa penghubung. Thermostat : alat untuk mengatur suhu panas di dalam ruang mesin tetas. Kapsul : alat yang memuai jika suhu ruang mesin panas dan setelah mencapai ukuran tertentu kapsul akan menekan thermostat sehingga arus listrik terputus. Akibatnya kapsul menyusut kembali sehinga arus listrik tersambung kembali.

Perlengkapan Mesin Tetas a. Termometer : pengukur suhu ruang penetasan. Tempatkan thermometer agar mudah dibaca dari luar mesin. b. Higrometer : pengukur kelembaban ruang mesin tetas c. Bak air : ditempatkan di bawah rak telur. Ukurannya disesuaikan dengan ukuran mesin tetas, tingginya > 5 cm. Dalam proses penetasan bak air berfungsi sebagai pelembab setelah diisi dengan air hangat. d. Rak telur : Terbuat dari kayu reng dan alasnya diberi kawat nyamuk yang berbahan halus. Contoh mesin tetas A. Pemilihan Telur Tetas Kondisi fisik telur yang diperoleh dari kandang pembibitan, biasanya tidak semuanya bagus untuk ditetaskan, sehingga perlu ada seleksi telur. Untuk mempertahankan daya tetas yang tinggi, telur yang tidak memenuhi syarat sebagai telur tetas sebaiknya diafkir. Seleksi telur pada umumnya didasarkan kepada : 1. Asal Telur. Telur berasal dari ayam yang dibuahi, baik melalui inseminasi buatan maupun kawin alam. Pada kawin alam, imbangan jantan betina = 1 : 10 ekor. Berasal dari induk umur 8 bulan ke atas, jantan 1 tahun ke atas. 2. Bentuk Telur. Telur-telur yang bentuknya menyimpang dari keadaan normal, umumnya kurang menetas dengan baik. Telur yang baik bentuknya normal, yakni oval (tidak terlalu bulat tidak terlalu lonjong), dengan perbandingan antara panjang dan lebar 2 : 3. 3. Berat Telur. Telur itik, minimal + 50 gram dan maksimal 65 gram. Telur yang terlalu besar, biasanya kuning telurnya ganda dan tidak menetas walaupun dieramkan. Telur yang terlalu kecil, juga tidak menetas dengan baik. 4. Keutuhan Kulit Telur. Telur yang retak/pecah walaupun isi telur tidak keluar, tidak akan menetas dengan baik. 5. Kebersihan Kulit Telur. Telur yang kotor sebaiknya tidak ditetaskan, karena biasanya daya tetasnya rendah. Sebaiknya dibersihkan dahulu menggunakan kertas semen (bila kotorannya ringan) atau dibersihkan dengan air hangathangat kuku (40-50 C) kemudian dikeringkan. 6. Kualitas Kulit Telur. Telur dengan kulit yang tipis, kulit telur lembek, keadaan perkapuran yang kurang merata, umumnya kurang menetas dengan baik. Tebal kulit telur yang normal berkisar antara 0,33 0,35 mm.

B. Penyimpanan telur tetas 1. Lama penyimpanan. Telur yang akan ditetaskan perlu dikumpulkan/disimpan sampai jumlah tertentu menyesuaikan kapasitas mesin tetas. Lama pengumpulan/penyimpanan paling lama 6 hari. 2. Temperatur Penyimpanan. Ruang penyimpanan sejuk dan terhindar dari sinar matahari dan hujan langsung 3. Posisi Telur Selama Penyimpanan. Telur sebaiknya ditempatkan pada egg tray dengan bagian tumpul diletakan sebelah atas. Hal ini untuk menjaga agar ruang udara dalam telur tetap berada diujung tumpul. Ruang udara ini sangat diperlukan untuk perkembangan embrio. Bila letak ruang udara bergeser dari ujung tumpul, daya tetas telur akan menurun. penempatan telur pada eggtray, C. Menyiapkan Mesin Tetas 1. Mesin tetas harus diletakkan pada ruang yang udaranya segar, tidak terkena sinar matahari langsung serta angin langsung. 2. Hidupkan mesin, usahakan temperatur konstan pada suhu 101-102 F. 3. Isi bak air dengan air hangat kuku, permukaan air diberi selembar kain bersih agar penguapan air lebih lancar dan merata. 4. Susun telur yang akan ditetaskan pada rak telur dengan posisi kemiringan 30-45, bagian ujung telur yang tumpul berada di atas Penyusunan telur pada rak telur

D. Pengoperasian Mesin Tetas 1. Mengatur temperatur ruangan mesin tetas sesuai yang ditentukan minggu I : 101-102 F, minggu II : 102-103 F, minggu III : 103-105 F, minggu IV : 105 F catatan : Kalau lampu pijar putus harus segera diganti. 2. Menjaga kelembaban mesin tetas : air sangat diperlukan dalam penetasan untuk menciptakan kelembaban. Oleh karena itu selama proses penetasan bak air tidak boleh kering, karena dapat mengakibatkan kegagalan dalam proses penetasan. Kelembaban yang baik dalam mesin tetas dari hari ke 1 sampai hari ke 18 yaitu antar 50 60%, tetapi setelah hari ke 24 kelembaban tersebut sebaiknya dinaikan menjadi 75%. Pada mesin tetas tradisional pengaturan kelembaban ini dapat diatur dengan menempatkan luas permukaan yang berbeda dari baki tempat penyimpanan air. 3. Mengatur ventilasi mesin tetas agar pertukaran karbon dioksida (CO 2 ) dengan oksigen O 2 dari luar mesin dapat berjalan dengan baik. Embryo memerlukan O 2 dan mengeluarkan CO 2 selama dalam perkembangannya. Apabila CO 2 terlalu banyak maka mortalitas embryo akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telur rendah. Pada mesin tetas tradisional pengaturan ventilasi ini sangat tergantung pada alam, sedangkan pada mesin tetas modern umumnya telah diatur secara otomatis dengan alat khusus. Pengaturan venstilasi mesin tetas, - hari ke 1-3 ventilasi tertutup - hari ke 4 ventilasi dibuka ¼ - hari ke 5 ventilasi dibuka 1/3 - hari ke 6 ventilasi dibuka ½ - hari ke 7 sampai dengan menetas ventilasi dibuka penuh E. Posisi Telur Selama Penetasan dan Pembalikan 1. Posisi Telur. Posisi dan pembalikan telur selama dalam penetasan sangat penting diperhatikan agar diperoleh daya tetas yang tinggi. Posisi telur selama dalam penetasan, bagian tumpul hendaknya diletakan sebelah atas. 2. Pemutaran Telur. Pemutaran ini bertujuan agar permukaan yolk (kuning telur) tidak melekat pada membran kulit telur yang akan menurunkan daya tetas. Pembalikan telur biasanya dilakukan dengan memutar 45 kekiri atau kekanan dengan total pemutaran 90 dan hasilnya cukup memuaskan. 3. Pembalikan Telur. Telur mulai dibalik pada hari ke 4 sampai dengan hari ke 24. Pembalikan sedikitnya 3 kali per hari, yakni pukul 07.00; 12.00; 17.00. Untuk mempermudah pengontrolan, sebaiknya telur beri tanda dengan pinsil pada salah satu sisinya, misal ; tanda silang. Contoh Pembalikan telur

F. Pendinginan Telur a. Pendinginan telur dilakukan pada hari ke 4 sampai dengan ke 24. b. Pendinginan dilakukan bersamaan dengan pembalikan telur pada pagi hari. c. Lama pendinginan 10-15 menit dengan cara mengeluarkan rak telur secara hatihati dari mesin. G. Peneropongan Telur (Candling) 1. Tidak semua telur yang dieramkan telah dibuahi, ada yang tidak dibuahi (kosong) atau dibuahi tapi embrio tidak terus hidup (mati). Untuk membedakannya dapat dilakukan dengan cara Candling (menaruh telur di atas lampu dan dilihat) tujuannya untuk mengetahui perkembangan embrio selama proses penetasan berlangsung. Peneropongan telur dilakukan pada umur 7 hari, untuk mengeluarkan telur yang kosong dan yang mati, selanjutnya pada umur 14 hari, 18 hari, 24 hari untuk mengeluarkan telur yang mati. 2. Peneropongan dilakukan di ruang gelap dengan menggunakan alat teropong. 3. Alat teropong : kotak berukuran + 20 X 20 X 20 cm diberi lampu 10 watt, diatasnya diberi lubang diameter + 4 cm. Berikut contoh alat Candling, Lubang teropong Potongan triplek Bohlam Potongan papan Plug 4. Telur yang fertil mempunyai sifat yang gelap pada yolk dengan beberapa pembuluh darah yang terpancar dari spot tersebut, lebih besar spot, lebih nyata embrio didalamnya. Apabila spot muncul tanpa disertai pembuluh darah dan disertai cincin darah yang mengelilinginya, kemungkinan sel kecambah itu mati. Berikut contoh telur yang hidup, kosong dan mati, a. Telur hidup b. Telur kosong c. Telur mati

H. Penanganan Pascatetas a. Setelah anak ayam berumur 1 hari atau telah kering, keluarkan dari mesin tetas dan pindahkan dalam kandang indukan yang diberi pemanas b. Sucihamakan (bersihkan) mesin tetas dengan desinfektan (misal antisep, biocid dsb), dan simpan di tempat yang baik. Jika akan digunakan kembali, mesin tetas dan perlengkapannya harus disucihamakan kembali. Tabel. 1 Tahap-tahap perlakuan pada penetasan Hari ke Suhu (0 F) Ventilasi Pemutaran telur Pendinginan Candling telur 1 101-102 tertutup Belum Belum Tidak 2 101-102 tertutup Belum Belum Tidak 3 101-102 tertutup Belum Belum Tidak 4 101-102 Buka 1/4 Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 5 101-102 Buka 1/3 Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 6 101-102 Buka 1/2 Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 7 101-102 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Lakukan 8 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 9 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 11 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 12 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 13 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 14 102-103 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Lakukan 15 104-105 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 16 104-105 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 17 104-105 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 18 104-105 Buka penuh Jam 7,12, 17 Jam 7 Tidak 19 104-105 Buka penuh Tidak perlu Tidak perlu Lakukan 21 104-105 Tidak 22 105 Tidak 23 105 Tidak 24 105 Lakukan 25 105 Tidak 26 105 Tidak 27 105 Buka penuh Tidak perlu Tidak perlu Tidak 28 105 itik telah menetas

Tabel 2. Contoh Kartu kontrol penetasan Tanggal/hari ke Pemutaran 1 2 3 Temperatur ( F) Keterangan 19 Desb / 1 101 20 Desb / 2 101 21 Desb / 3 101 22 Desb / 4 23 Desb / 5 Dst Tabel 3. Catatan penetasan telur Tanggal menetaskan Jumlah (butir) Hidup (butir) Kosong (butir) 7 Mati (butir) 14 18 24 Menetas (ekor) Daya tetas (%) Daya tetas dihitung dengan cara menghitung persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang dimasukkan ke dalam mesin tetas atau dari jumlah telur yang dibuahi (fertil).