Lampiran 1. Isi mandat Presiden Soekarno Kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara MANDAT PRESIDEN KEPADA MR. SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

II TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan suatu peran (Soekanto, 1990:268). Menurut Palan, peran adalah merujuk pada hal yang harus dijalankan

TINJAUAN HISTORIS PERAN PANGLIMA BAMBANG SUGENG DALAM PERISTIWA SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. Sub-Wehrkreise 106 Kulon Progo Dalam Pertempuran Mempertahankan

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

GERAKAN RAKYAT YOGYAKARTA PADA MASA REVOLUSI Oleh : Suratmin

BAB XI SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

BAB V KESIMPULAN. Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

Surat-Surat Buat Dewi

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13

mempunyai sesuatu pangkat yang sama atau disamakan, pada umumnya diatur menurut lamanya waktu sejak mulai berlakunya pengangkatan yang bersangkutan da

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

RIWAYAT SINGKAT PERJUANGAN SULTAN ISKANDAR MUDA

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1948 TENTANG SUMPAH JABATAN BAGI PEGAWAI NEGERI DAN ANGGOTA-ANGGOTA ANGKATAN PERANG

BUPATI KULON PROGO SAMBUTAN PADA UPACARA 17 MARET 2016 KABUPATEN KULON PROGO Wates : Kamis, 17 Maret 2016

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965?

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu

BAB II KAJIAN TEORI. mempunyai fungsi langsung dan kepentingan masing-masing, sehingga

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

PERANAN SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX DALAM MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN RI PADA MASA AGRESI MILITER BELANDA KEDUA ( ) SKRIPSI

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN, PENGHARGAAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PAHLAWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1958 TENTANG PERATURAN TATA TEMPAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN, PENGHARGAAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PAHLAWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran. Gambar 1. Foto Jenderal Abdul Haris Nasution. Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah.

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dg Paskibraka, di Jakarta, tgl.18 Agt 2014 Senin, 18 Agustus 2014

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

BAB XII PERJANJIAN ROEM-ROYEN

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR RESPONDEN. No Nama Umur Alamat Pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang kompeten dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PERATURAN PEMERINTAH NO. 45 TAHUN 1958 TENTANG PERATURAN TATA-TEMPAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1950 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN PENGADILAN KEJAKSAAN DALAM LINGKUNGAN PERADILAN KETENTARAAN

Transkripsi:

LAMPIRAN

Lampiran 1. Isi mandat Presiden Soekarno Kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara MANDAT PRESIDEN KEPADA MR. SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA Kami Presiden Republik Indonesia memberitakan, bahwa Pada hari Minggu tanggal 19 12 1948, jam 6 pagi Belanda Telah mulai serangannya atas Ibukota Yogyakarta. Jika dalam keadaan Pemerintah tidak dapat menjalankan Kewajibannya lagi, kami menguasakan kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran Republik Indonesia untuk Membentuk Pemerintah Republik Darurat di Sumatera. Yogyakarta, 19 Desember 1948 Presiden Soekarno Wakil Presiden Moh. Hatta Pro: Dr. Sudarsono Palar Mr. Maramis New Delhi. Kami Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa Pada hari Minggu tanggal 19 12 1948, jam 6 pagi Belanda Telah memulai serangannya atas Ibukota Yogyakarta. Jika ikhtiar Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat di Sumatera tidak berhasil, kepada saudara-saudara dikuasakan untuk membentuk exile government Republik Indonesia di India Harap dalam hal ini berhubungan dengan Syafruddin di Sumatera. Jika hubungan tidak mungkin, harap diambil tindakan- Tindakan seperlunya. Yogyakarta. 19 Desember 1948 Wakil Presiden Moh. Hatta Menteri Luar Negeri Agus Salim Buku Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Di Derah Istimewa Yogyakarta, Drs. Tashadi dkk 1991 halaman 139.

Lampiran 2. Kolonel Bambang Sugeng selaku Panglima Divisi III/Gubernur Militer III membuat surat kepada Presiden, para menteri, Pangsar APRI, PTTD, dan semua jawatan tentang situasi kesibukan sehari-hari serta saran-saran yang seyogyanya mendapat perhatian khusus. Saran-saran itu antara lain: 1. Semenjak agresi Belanda yang kedua ini terjadi, maka pemerintah yang terselenggara adalah pemerintah militer, yang terus-menerus diadakan perbaikan baik mengenai formasi, organisasi maupun tekniknya. 2. Dengan perubahan suasana yang mengakibatkan kesempatan antara lain untuk konsolidasi dan stabilisasi kembali pemerintahan pusat, dengan demikian di Kota Yogya tampak kesibukan usaha membangun kembali kementerian-kementerian dan jawatan-jawatan. 3. Dalam keadaan sibuk, hendaknya oleh yang bersangkutan (kementerian dan jawatan) selalu diingatkan, bahwa masih tetap adanya Pemerintahan Militer dan tetap berlaku peraturan-peraturannya. 4. Kenyataan-kenyataan telah tampak, bahwa kesibukan membangun Yogya seolah-olah melupakan masih tetap adanya Pemerintahan Militer, sehingga timbul tindakantindakan yang tidak sejalan dengan organisasi Pemerintahan Militer yang sedang berjalan, bahkan ada kalanya bertentangan dan mengakibatkan stagnasi jalannya roda pemerintahan. 5. Tindakan-tindakan tersebut dilakukan dengan cara mengadakan hubungan langsung mengenai organisasi dan personalia kepada instansi bawahannya, tanpa melalui saluran hierarkis organisasi Pemerintahan Militer yang mana mengakibatkan akan rusaknya sifat pimpinan dan disiplin Pemerintahan Militer. 6. Selain diperlukan adanya perhatian khusus, sangat diharapkan adanya usaha untuk memperkuat organisasi pemerintah militer di daerah luar Yogya, mengingat akan munculnya kesulitan-kesulitan di daerah akibat adanya gencatan senjata. Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 66-68.

Lampiran 3. Isi Perintah Siasat Panglima Bambang Sugeng tertanggal 1 Januari 1949. Turunan Tentara Nasional Indonesia Staf Divisi III PERINTAH SIASAT No.4/s/Cop.I. Diperintahkan kepada : 1. Lt. Kol. Moh. Bachroen, Cdt. Daerah I. 2. Lt. Kol. Sarbini,,,, II. 3. Lt. Kol. Soeharto,,,, III. Oentoek: Selesai. Keterangan : 1. Segera mengadakan perlawanan serentak terhadap Belanda sehebat2nja, agar timboel soeasana pemberontakan terhadap kekuasaan Belanda, jang dapat menarik perhatian doenia loear, oentoek menjatakan kebohongan keterangan2 Belanda, bahwa gerakan mereka telah selesai. 2. soepaja pada tg. 17 Djanoeari 1949 mengadakan perlawanan serentak terhadap segala sasaran jg. Berada didaerah Paduka Tuan masing2. Pada saat ini perdjoeangan Indonesia digambarkan oleh Belanda, seolah2 soedah selesai, dan telah dihantjoerkan. Pada oemoemnja doenia luar biasa dipengaruhi oleh perkabaran, bagaimana besarnja kebohongan. Oleh karena kita pada waktoe ini tidak bisa langsoeng berhoeboengan dengan loear negeri, oentoek memberi tahoekan, kepada mereka bahwa tenaga kita 90% masih berdiri tegak, maka kita mesi membuktikan dengan gerakan jang njata, bahwa kekoeatan dan tjara gerakan kita ini mesti sedemikian, sehingga Belanda ta dapat menjembunjikannja. Toedjoean jang dapat kita tjapai maksoed ini ialah antaranja menghalang-halangi penerbangan mereka. Consequentie dari jang kedoea ini adalah, bahwa kita haroes menghantjoerkan, goena angkoetan jang penting c.q. troepentransport dan djalan jang akan dilaloei oleh penindjaoe loear negeri. Dikeloerkan di Safkwartier Tg. 1-1-1949. Dj. 17.00 Panglima Divisi III/Gub. Mil. III. STAF DIVISI III/ G.M III. ttd. Kol. B. Soegeng. Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 205.

Lampiran 4. Isi Instruksi Rahasia Panglima Bambang Sugeng tertanggal 18 Februari 1949. PANGLIMA BAMBANG SUGENG INSTRUKSI RAHASIA Tanggal : 18/II/1949 Berkenaan dengan Instruksi Rahasia jang diberikan kepada Cdt. Daerah III (Letn.Kol. Soeharto), oentoek mengadakan gerakan serangan Besar2-an terhadap Iboe-kota jang akan dilakoekan antara tgl. 25/II/1949 s/d. 1/III/1949 dengan mempergoenakan Bantoean pasoekan dari Brigade IX. Dengan ini diperintahkan kepada: Commandant Daerah 1 Oentoek 1. Pada waktoe bersamaan dengan tgl. tsb. Diatas (15/II/1949 s/d.i/ III/1949) mengadakan serangan-serangan serentak terhadap salah satoe object moesoeh di Daerah I oentoek mengikat perhatian moesoeh dan mentjegah balabantoean oentoek Jogjakarta. 2. Selesai. Dikeluarkan di : tempat. Tanggal : 18-II-1949. Djam : 20.00. Gub.mil.III/Panglima Div.III. ttd (Kolonel Bambang Soegeng) Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 206.

Lampiran 5. Isi Perintah Siasat Panglima Bambang Sugeng Tertanggal 15 Maret 1949. PANGLIMA BAMBANG SUGENG Staf Goebernoer Militer III Sangat Rahasia. Perintah Siasat Nomor: 9/PS49 Keadaan: Perintah : Oentoek : 1. Moelai tgl. 1-III-1949 serangan terhadap Iboe-kota telah dimoelai dan oesaha mereboet Iboe-kota akan dilakoekan berkali2. Kekoeatan dari fihak kita meloeloe dari Brigade X, ditambah dng. Pasoekan2 ketjil dari kesatoean2 lain-lainja. Bantoean juga. diberikan kepada Brigade X. 1 Cie dari Bat. Sroehardojo Brigade X. 1 Bat. Dari Bat. Darjatmo Brigade IX. 2. Berhoeboeng dng. Activitiet dari fihak kita, maka Belanda menggerakkan balabantoean dari Semarang dan Magelang (ditaksir 2000 orang lengkap) dan dibantoe dng. Luchtmachnja, sehingga druk ke medan Djogja sangat beratnja. Berhoeboeng dng. hal tsb. maka diperintahkan kepada Cdt. Daerah I dan Cdt. Daerah II. 1. Vernegen activiteitnja didaerahnja, teroetama ditoedjoekan kepada centra dari moesoeh Premboen-Keboemen-Magelang- Semarang westelijk gedeeltei-poerwokerto-poerbolinggo-karangkobar. 2. Oentoek daerah W.K. Brigade IX, teroetama verbindingsweg- Djogja. (Dalam hal ini Bat. Penoedjoe ditarik ke Magelang oetara dan Bat. Bintoro verschuiven kearah timoer). 3. Gerakan2 tsb. dilakoekan intensief dalam periode15-iii-1949 hingga 1-IV-1949 dan selandjoetnja tetap meloeaskan perlawanan. 4. S e l e s a i. Dibuat otk. Diboet di tempat. 1. Cdt. Daerah I. Tanggal : 15-III-1949 2. Cdt. Daerah II. Djam : 12.00 Tindakan otk. 1. Staf Divisi III. Panglima Divisi III/G.M.III. 2. M.B.K.D. 3. Cdt. Daerah III. ttd 4. Archief. (Kolonel Bambang Soegeng) Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 208.

GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Divisi III Jawa Tengah dan Yogyakarta G.M III /Divisi III Gub. Militer Kol. Bambang Sugeng STC. Pekalongan STC. Kedu STC Yogyakarta Banyumas Let. Kol. Sarbini Let.Kol. seloali Mayor Brotosewoyo Let. Kol. Soehoed Brigade 8 Brigade 9 Brigade 10 Let. Kol. M. Bachroen Let.Kol Pranoto Let. Kol Soeharto May. A. Yani Batalyon I Batalyon I Batalyon I Mayor Hartoyo Mayor Suhardojo Mayor Sardjono Batalyon II Batalyon II Batalyon II Mayor Brotosiswoyo Mayor Soerjosoempeno Mayor Soedjono Batalyon III Batalyon III Batalyon III Mayor Soerono Mayor Bintoro Mayor Daryatmo Batalyon IV Batalyon IV Batalyon IV Kapten Wongsoatmojo Kapten Panuju Kapten Soedarmo Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 49.

Gambar 2. Bukti Otentik Instruksi Rahasia Panglima Divisi III/Gubernur Militer III Kolonel Bambang Sugeng, Dengan Menggunakan Mesin Ketik. Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 207.

Gambar 3. Komentar Dr. Anhar Gonggong, Tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 Dan Keaslian Instruksi Rahasia Yang Dibuat Kolonel Bambang Sugeng Dengan Menggunakan Mesin Ketik. Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 194.

Gambar 4. Gambar A : Menunjukkan foto Panglima Bambang Sugeng Selaku Panglima Divisi III/Gubernur Militer III Jawa Tengah dan Yogyakarta. Gambar B : Menunjukkan foto Monumen Panglima Bambang Sugeng yang sedang mengacungkan tangan kearah Yogyakarta dan membelakangi Pegunungan Sumbing. Monumen ini adalah simbol perintah serangan umum merebut Ibukota Yogyakarta kembali tahun 1949 dan diresmikan oleh Menhankam Jenderal (TNI) Poniman. (Gambar A). (gambar B). Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012.

Gambar 5. Tapal batas status quo daerah tentara Republik Indonesia dan tentara Belanda di Desa Joho, Banjarnegara, setelah Perjanjian Renville ditandatangani tanggal 17 Januari 1948. Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 42.

Gambar 6. Gambar A : Menunjukkan foto Panglima Bambang Sugeng (kanan) selesai merundingkan gencatan senjata di Semarang, Mei 1949 bersama Kolonel A.H. Nasution dan Mayor Ahmad Yani. Gambar B : Menunjukkan foto para gerilyawan sedang siaga di Gunung Sumbing, Jawa Tengah, di bawah kendali Panglima Bambang Sugeng, (1949). (Gambar A). (Gambar B). Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012 halaman 55 dan 59

Gambar 7. Penghargaan bintang Kehormatan Mahaputra Adipradana dari Presiden Soeharto 1995. Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012.

Gambar 8. Gambar A : Menunjukkan Foto Presiden Soeharto sedang berdoa dengan khusyuk di depan jenazah Panglima/Mantan KSAD Bambang Sugeng, saat disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat, 23 Juni 1977. Gambar B : Menunjukkan foto Wakil Presiden Sri Sultan Hamengku Buwono IX sedang bersalaman dengan Ibu Istiyah Bambang Sugeng. (Gambar A). (Gambar B). Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012.

Gambar 9. Gambar A : Menunjukkan Foto Wapangab Jenderal TNI Surono memimpin upacara pemakaman Panglima Bambang Sugeng di Kranggan, Temanggung, 23 Juni 1977. Gambar B : Menunjukkan foto KSAD Jenderal TNI Ma mun Murod dan Pangdam Diponegoro Mayjen Yasir Hadibroto mengiring jenazah Panglima/Mantan KSAD Bambang Sugeng. (Gambar A). (Gambar B). Kembali 1949 Dan Seprang Diplomat, Edi Hartoto 2012.

Gambar 10. Gambar A : Menunjukkan foto monument Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai simbol kenangan peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 dalam merebut Ibukota Yogyakarta kembali. Gambar B : Menunjukkan makam Pahlawan Bambang Sugeng di jalan Raya Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah setelah pemugaran tahun 1986 dinamakan Monumen Pembunuhan Massal Pejuang RI Kali Progo Tahun 1949. (Gambar A). (Gambar B). Gambar A, http://trisihono.staff.uii.ac.id/2012/03/01/pahlawan/ Gambar B, http://indotravelinfo.blogspot.com/2012/02/if-you-are-planning vacation-in-central.html