cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

I. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 ( 5 April 2016).

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya memiliki potensi pengembangan pariwistata yang luar biasa

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik. memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri bagi masing-masing kelompok wisatawan. Terlebih lagi, kegiatan wisata

BAB I PENDAHULUAN. Luas daratan Indonesia hanya meliputi 1,32% dari seluruh luas daratan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

Oleh : Slamet Heri Winarno

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan internasional. Pergeseran pariwisata dari mass tourism ke

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar di dunia. Namun kondisi sekarang yang ada justru tingginya laju kerusakan hutan tropis dan meningkatnya isu kerusakan lingkungan, hal tersebut secara tidak langsung telah mendorong kesadaran masyarakat luas akan pentingnya pengelolaan lingkungan berbasis kelestarian ekosistem untuk menjamin kelestarian ekosistem dan lingkungan. Pengelolaan berbasis kelestarian ekosistem secara tidak langsung juga akan memanfaatkan potensi jasa lingkungan yang ada didalamnya, fenomena ini mendorong berkembangnya mekanisme pasar untuk produk jasa lingkungan dimana salah satunya adalah pengelolaan wisata berbasis kelestarian alam atau ekowisata. Kepariwisataan terutama kepariwisataan alam atau ekowisata mengalami perkembangan yang meningkat. Perkembangan sektor kepariwisataan ini juga melahirkan konsep wisata alternatif dimana secara aktif melibatkan aspek lingkungan, sosial-budaya, dan ekonomi masyarakat yang pada dasarnya adalah konsep wisata berkelanjutan, ekowisata merupakan salah satu produk wisata yang bertujuan sebagai pembangunan wisata berkelanjutan yang memberikan manfaat secara ekonomi dan adil secara etika dan sosial kepada masyarakat serta pelestarian ekologi. Kepariwisataan alam kemudian berkembang dan bergeser menjadi pola wisata minat khusus dan wisata ekologis. Kedua pola wisata ini pada umumnya sangat mengandalkan kualitas alam sehingga akan menjamin tetap terpeliharanya keberadaan dan kelestarian alam yang merupakan obyek dan daya tarik wisata. Sejak awal dekade delapan puluhan kepariwisataan yang semula wisatawan menginginkan memperoleh kesenangan di daerah tujuan wisata telah bergeser selain kesenangan tetapi juga memperoleh pengalaman baru. Wisatawan menghendaki memperoleh pengalaman berwisata yang berkualitas dengan melaksanakan kontak mendalam dengan alam dan masyarakat. Wisatawan baik lokal yang berasal dari kota dan wisatawan mancanegara dari negara industri

2 cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang masih alami. Keadaan ini sangat menguntungkan bagi negara negara tropika, termasuk Indonesia yang memiliki pulau sekitar 17.000 pulau sehingga memiliki keanekaragaman alam dan ekosistem yang tinggi. Prospek yang bagus dari sisi sumber daya ini menyebabkan potensi produk wisata alam memiliki daya tawar dan daya saing yang tinggi. Daya tawar dan daya saing yang tinggi ini memungkinkan Indonesia bersaing di kawasan ASEAN, asia Timur, Afrika dan Amerika Latin. Dengan pertimbangan isu lingkungan yang sudah menjadi tuntutan dunia, pengembangan ekowisata menjadi alternatif utama dalam pengembangan bisnis wisata yang mampu menarik perhatian pengunjung baik domestik maupun mancanegara. Taman Wisata Alam (TWA) menurut Undang Undang no. 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, merupakan kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan TWA dapat dijadikan sebagai salah satu tempat wisata, namun dalam pengembangan kawasannya perlu dilakukan suatu upaya agar potensi potensi alam yang menjadi sumberdaya wisata tersebut tidak mudah cepat rusak dan tetap terjaga kelestariannya. Pangsa pasar TWA sendiri tidak sebesar pangsa pasar pariwisata pada umumnya dikarenakan karakteristiknya yang lebih berorientsi kepada keaslian alam sehingga lebih diminati oleh orang orang yang memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan. Salah satu kawasan wisata yang paling banyak diminati adalah Kawasan Wisata Puncak, Puncak menyimpan potensi wisata yang besar karena di kawasan Puncak terdapat berbagai objek wisata yang dapat menarik pengunjung. Dalam Lampiran 1 dapat dilihat berbagai objek wisata yang terdapat di Kawasan Puncak serta perkembangan kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara sejak tahun 2007-2010. Tren perkembangan yang baik ini menunjukkan bahwa kawasan Puncak menyimpan potensi besar yang harus digali untuk mengoptimalkan potensinya.

3 Secara administrasi pemerintahan TWA Telaga Warna terletak di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua, terletak di dalam dua wilayah kabupaten yaitu Bogor dan Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini terletak pada ketinggian antara 1097 1400 M.dpl dan mempunyai luas wilayah sekitar 5 Ha. TWA Telaga Warna cocok untuk tempat beristirahat sambil menikmati keindahan alamnya, akan tetapi memang TWA Telaga Warna belum mampu menarik pengunjung ke daerah tersebut sebagai tujuan utama. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di daerah Puncak, TWA Telaga Warna mempunyai potensi daya tarik yang besar untuk dikembangkan dalam rangka menarik pengunjung. Hal ini dapat dilihat dari potensi flora dan fauna yang dimiliki oleh TWA Telaga Warna yang beranekaragam seperti diantaranya potensi flora yang ada yaitu Saninten (Castanopsis argantea), Rasamala (Altingia excelsa), Tebe (Sloanea sigun), Puspa (Schima walichii), dan potensi fauna yang ada antara lain seperti Owa Jawa (Hylobates moloch), Lutung (Trachypitachus auratus), Surili (Presbytis comate) dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Selain itu terdapat juga potensi wisata yang ada dimana TWA Telaga Warna mempunyai keunikan yang khas yaitu dapat berubahnya warna permukaan air telaga dan didukung juga dengan adanya beberapa atraksi dan fasilitas wisata yang terdapat di bagian dalam kawasan diantaranya adalah kegiatan Outbound, Jungle Trackking, Flying Fox, dan Perahu untuk mengelilingi Telaga. Namun TWA Telaga Warna saat ini lebih bersifat objek wisata singgahan bukan tujuan utama, hal ini bisa dilihat dari jumlah pengunjung yang ada dibandingkan dengan objek wisata lainnya di kawasan Puncak (Lampiran 1) TWA Telaga Warna hanya berada di sekitar posisi 6 (enam) dari 17 (tujuh belas) objek wisata yang ada di Kawasan Puncak. TWA Telaga Warna sebagai objek wisata yang terletak di kawasan Wisata Puncak dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah I dan Seksi Konservasi Wilayah 2 Bogor dibawah naungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. Dengan menggunakan sistem blok pembagian blok pada kawasan ini dibagi menjadi dua, yaitu blok inti atau perlindungan dan blok pemanfaatan (tempat wisata), sedangkan pengelolaan wisata dikelola oleh

4 pengelola (Kepala Resort bekerjasama dengan Koperasi Alam Lestari) dan pihak swasta (PT. Lintas Daya Kreasi). Berdasarkan hasil survei awal penelitian ke Resort TWA Telaga Warna dan BKSDA Seksi Konservasi Wilayah 2 Bogor, saat ini pemegang ijin utama yaitu pihak swasta (PT. Lintas Daya Kreasi) masih hanya melakukan pembangunan yang bersifat formalitas agar tidak kehilangan ijin pengelolaan wisata tanpa memperhatikan potensi yang ada. Selain masalah pembangunan, tiket masuk yang ada selama ini tidak dievaluasi kembali padahal seharusnya dievaluasi setiap 3 tahun sekali menurut PP 59 tahun 1998 tentang PNBP. Sebagian besar pemasukan dari tiket masuk merupakan hak Pemerintah Daerah sedangkan pihak swasta dan pengelola koperasi mendapatkan pemasukan dari pengelolaan wisata dan sarana prasana di dalam objek wisata. Sejak tahun 2007 dimana promosi mulai gencar dilakukan, mulai terjadi peningkatan jumlah pengunjung yang cenderung terjadi tiap tahunnya (Tabel 1). Akan tetapi peningkatan ini bukan dari inisiatif pihak pengelola dan pihak swasta melainkan dari pihak BKSDA yang memang concern akan kondisi TWA Telaga Warna dengan memberikan bantuan SDM dan fasilitas hiburan tambahan. Tabel 1. Jumlah Pengunjung TWA Telaga Warna Tahun Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara Jumlah 2004 2449 130 2579 2005 2019 407 2426 2006 5960 645 6605 2007 12775 518 13293 2008 12679 734 13413 2009 20150 1285 21435 2010 27094 2041 29135 2011 26013 5500 31513 Sumber: Telaga Warna Dokumen Tahun 2011 Adanya overlapping peran antara pihak pengelola kawasan yaitu BKSDA dan pihak pengelola wisata (PT. Lintas Daya Kreasi) membuat konsep 3P yaitu People, Profit, Planet dan juga konsep Sustainable Business Development menjadi timpang terutama dari segi bisnis. Pihak pengelola kawasan yaitu BKSDA justru concern dan ingin mengembangkan TWA Telaga Warna

5 sedangkan hal tersebut bukanlah tugas pokoknya melainkan tugas pokok pihak swasta yaitu PT. Lintas Daya Kreasi selaku pengelola wisata. Hal ini sejalan dengan apa yang kemukakan Pak Dikdik selaku Kepala Resort TWA Telaga Warna dimana pihak swasta sebagai pengelola wisata seharusnya lebih berperan mengembangkan potensi wisata yang ada dibantu dengan pengawasan dari pihak BKSDA. Hal ini dimaksudkan sebagai kontrol agar pembangunan dan pengembangan wisata alam yang ada tidak sampai merusak lingkungan. Akan tetapi situasi yang ada sekarang seakan akan pihak swasta enggan melepas ijin usaha yang dimilikinya namun tidak juga mengembangkan potensi wisata yang ada di TWA Telaga Warna. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengapa pihak swasta tidak segera mengembangkan potensi yang ada di TWA Telaga Warna, pihak BKSDA yang justru lebih concern untuk dapat mengembangkan TWA Telaga Warna pun sudah mengusulkan beberapa ide untuk pengembangan wisata di TWA Telaga Warna namun pengembangan wisata tersebut tetap harus seijin dan dilakukan pihak swasta ( PT. Lintas Daya Kreasi). Pengelolaan yang masih seadanya ini menyembunyikan potensi dari TWA Telaga Warna untuk menjadi tujuan wisata utama sehingga hanya menjadikan TWA Telaga Warna menjadi tempat persinggahan dimana pengunjung hanya sekedar mampir ke TWA Telaga Warna dari objek wisata lain atau hanya sekedar lewat saja. Bahkan pengunjung yang datang tidak menghabiskan waktu yang lama saat berada di kawasan TWA Telaga Warna. Walau memang saat ini terjadi perkembangan pengunjung yang selalu meningkat akan tetapi cara yang dilakukan tidak berpedoman kepada prinsip ekowisata, belum terintegrasinya partisipasi masyarakat dan pengelolaan wisata berbasis masyarakat serta pembangunan wisata berbasis pelestarian alam. Dengan bentuk pengelolaan seperti sekarang maka kondisi sekarang yang ada sekarang belum tentu akan bertahan lama karena tidak mendukung program pembangunan berkelanjutan, permasalahan ini pun didukung oleh akses ke lokasi yang masih sulit terutama untuk kendaraan roda empat, tidak jelasnya petunjuk arah menuju lokasi, minimnya tempat parkir, dan kurangnya dukungan dari pihak lain seperti Pemerintah Daerah serta objek wisata lain. Dengan kondisi pengelolaan seperti ini untuk menjamin keberlanjutannya pengelolaan TWA Telaga Warna harus dilakukan dengan pendekatan Sustainable

6 Tourism agar potensi yang ada dari TWA Telaga Warna dapat tergali dan tersalurkan. Dalam hal ini perlu adanya pembahasan tentang konsep wisata seperti apa yang akan dikembangkan di TWA Telaga Warna berdasarkan potensi sumberdaya dan juga aktivitas wisata yang dapat dikembangkan di TWA Telaga Warna. Pengembangan prinsip kemitraan karena berbagai masalah yang ada dalam pengembangan TWA Telaga Warna harus dipecahkan oleh semua pihak yang terlibat tidak hanya satu pihak saja. Pendekatan Value Chain Analysis dapat digunakan untuk mengidentifikasi aktor, peran, hubungan, hambatan, peluang untuk upgrading dan juga membantu dalam mengambil keputusan alternatif terbaik bagi mendukung industri wisata terutama Sustainable Tourism yang mengoptimalkan pemanfaatan nilai nilai konservasi lingkungan serta memberikan keuntungan secara ekonomi. 1.2 Rumusan Masalah Kepariwisataan alam terutama ekowisata merupakan suatu potensi besar yang dapat dijadikan sumber pendapatan baru. Hal ini pun didukung dengan keanekaragaman alam dan ekosistem yang tinggi yang ada di Indonesia dan juga meningkatnya minat wisatawan baik asing maupun lokal untuk mencari pengalaman baru dengan ekowisata. TWA Telaga Warna merupakan salah satu objek daya tarik wisata alam di kawasan wisata puncak dimana pengunjungnya cenderung meningkat. Akan tetapi pengelolaan yang masih seadanya membuat potensi yang ada di dalam TWA Telaga Warna menjadi tidak optimal. Penerapan konsep ekowisata berbasis masyarakat yang berpedoman kepada prinsip berkelanjutan di TWA Telaga Warna saat ini dapat dikatakan belumlah berjalan dengan optimal dan terkesan setengah setengah, hal ini terkait dengan overlapping peran pengelolaan wisata sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap aktor aktor yang berperan dalam rantai nilai TWA Telaga Warna dan menganalisis hubungan kerjasama yang terjalin di antara masing masing aktor tersebut. Pengembangan rantai nilai dapat menjadi solusi untuk menciptakan jalinan kerjasama yang sinergis antara aktor aktor dan juga objek wisata yang berada di

7 kawasan Puncak yang sekiranya akan dapat memberikan suatu nilai tambah kepada setiap stakeholder dan wisatawan. Berdasarkan latar belakang yang sudah diutarakan sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut : 1. Bagaimana peta rantai nilai dan peranan dari pihak dan aktor aktor yang terkait dalam rantai nilai di kawasan TWA Telaga Warna saat ini? 2. Apakah isu dan faktor strategis yang berpengaruh dalam pengembangan ekowisata berkelanjutan di TWA Telaga Warna? 3. Bagaimana alternatif strategi dan upgrading rantai nilai guna mengembangkan TWA Telaga Warna menjadi ekowisata berkelanjutan? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis peta rantai nilai dan peranan dari masing masing aktor yang terkait dalam pengembangan dan pengelolaan ekowisata di TWA Telaga Warna 2. Menganalisis isu dan faktor yang berpengaruh dalam pengembangan ekowisata berkelanjutan di TWA Telaga Warna 3. Merumuskan alternatif strategi pengembangan rantai nilai untuk mengembangkan TWA Telaga Warna menjadi ekowisata berkelanjutan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan masukan kepada pihak yang mengelola TWA Telaga Warna, Pemerintah Daerah, dan pihak pihak yang terkait dalam rantai nilai Ekowisata TWA Telaga Warna untuk dapat menerapkan konsep ekowisata berkelanjutan yang terintegrasi antar aktor dan juga objek wisata lainnya dalan kawasan Puncak. 2. Memberikan masukan kepada masyarakat dan peneliti lain yang akan melakukan penelitian dalam bidang ekowisata.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB 8