I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA PENDEDERAN IKAN MAS PADA PERUSAHAAN X DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT. Oleh DAVY SEXTON S H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

I. PENDAHULUAN. 1 dan Bisnis disektro Kelautan [10 Februari 2009].

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 2,516,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 31,208,086, BELANJA LANGSUNG 91,167,222,200.00

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 1,916,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 26,226,212, BELANJA LANGSUNG 87,663,236,000.00

rovinsi alam ngka 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar dua per tiga dari keseluruhan wilayah Indonesia (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010). Dengan luas perairan tersebut, negara Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar, baik potensi sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya. Sumberdaya perikanan tersebut merupakan salah satu asset nasional yang harus dikelola dengan baik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009), sumberdaya perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor perikanan telah berkontribusi sebesar Rp 48.253,2 milyar pada tahun 2009 dari sebelumnya sebesar Rp 45.866,2 milyar. Kenaikan rata-rata sebesar 5,20 persen merupakan terbesar dibanding dengan subsektor pertanian lainnya. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian atas dasar harga konstan 2000 menurut subsektor tahun 2008*-2009** No Subsektor Tahun (Rp milyar) 2008 * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) 1 Perikanan 45.866,2 48.253,2 5,20 2 Peternakan 35.425,3 36.743,6 3,72 3 Kehutanan 16.543,3 16.793,8 1,51 4 Tanaman Perkebunan 44.785,5 45.887,1 2,46 5 Tanaman Pangan 142.000,4 148.691,6 4,71 Total PDB Pertanian 284.620,70 296.369,3 4,13 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2009 (diolah) Indonesia memiliki beraneka ragam potensi perikanan. Saat ini ada 12 jenis komoditas perikanan budidaya yang menjadi primadona, selain karena

permintaannya meningkat, namun juga karena teknologi dan informasi budidaya yang semakin maju dan mendukung keberhasilan budidayanya. Jenis-jenis komoditi tersebut bisa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama (ton) No Rincian 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Produksi (ton/th) Pertmbuhan 2008-2009 (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ikan mas Patin Rumput laut Nila Gurame Bandeng Lele Kerapu Kekerangan Udang Kakap Kepiting 247.633 31.490 1.374.462 169.390 28.710 212.883 77.272 4.022 18.896 327.610 2.183 5.525 285.100 36.260 1.620.200 195.000 31.600 345.100 88.970 3.600 21.760 352.220 2.600 6.360 375.000 51.000 2.713.200 233.000 52.000 433,098 162.000 24.000 78.000 470.000 11.000 8.800 446.800 75.000 4.389.300 337.000 78.000 543.761 250.000 30.000 97.000 540.000 12.500 9.600 338.633 48,438 3.524.291 233.598 47.578 383.711 144.561 15.406 53.914 422.458 7.071 7.571 19,15 47,06 61,78 44,64 50,00 25,55 54,32 25,00 24,36 14,89 13,64 9,09 Total 2.682.597 3.088.800 5.018.000 7.394.000 15,14 47,35 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010 Mengingat potensi yang besar, salah satu kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan adalah perikanan budidaya. Dengan dikembangkannya perikanan budidaya maka diharapkan dapat memenuhi pasokan kebutuhan ikan konsumsi dimasa yang akan datang. Saat ini pemerintah telah menerapkan kebijakan dalam pengembangan perikanan budidaya melalui pengembangan kawasan komoditas unggulan, tujuannya adalah untuk memacu budidaya bagi 12 komoditas perikanan yang menjadi primadona termasuk di dalamnya ikan mas. Ikan mas (Cyprinus carpio, L) merupakan jenis ikan yang sangat mudah ditemui di pasar. Di antara jenis ikan air tawar, ikan mas merupakan ikan yang termasuk paling digemari oleh para konsumen karena hasil olahannya memiliki rasa yang gurih dan harga yang relatif tinggi dibandingkaan denggan harga jual ikan air tawar lainnya (Khairuman dkk, 2008).

Produksi ikan mas menempati urutan pertama dari segi jumlah diantara budidaya ikan air tawar lainnya. Perkembangannya dari tahun 2006 hingga 2009 mencapai produksi rata-rata 338.633 ton per tahun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 19,15% pada tahun 2009. Dari aspek budidaya, komuditas ikan mas memiliki keunggulan-keunggulan. Dari sisi teknis, sifat ikan mas yang mudah untuk beradaptasi menyebabkan budidaya lebih mudah dengan resiko kematian ikan lebih kecil. Dari sisi ekonomi, biaya perawatan yang relatif kecil dan permintaan yang selalu tinggi menyebabkan usaha budidaya ikan mas menjadi usaha yang menjanjikan keuntungan. Pola produksi ikan mas disesuaikan dengan konsep agribisnis, yakni mengandalkan kegiatan pada subsistem yang ada. Setiap subsistem tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Dikenal tiga subsistem pola intensifikasi budidaya ikan mas, yakni subsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan subsistem pembesaran. Benih ikan mas yang dipelihara di tempat pembesaran berasal dari hasil pendederan. Sementara itu, benih yang didederkan merupakan hasil dari kegiatan pembenihan (Khairuman dkk, 2008). Sebagian besar kebutuhan ikan mas ukuran konsumsi di Jakarta dan beberapa kota lainnya di Jawa barat dipenuhi dari sentra pembesaran budidaya ikan mas yang dilakukan di waduk Jatiluhur dan Cirata yang berada di kabupaten Purwakarta Jawa barat (Khairuman dkk, 2008). Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan benih ikan mas yang siap untuk pembesaran di Jatiluhur dan Cirata sebagian besar harus didatangkan dari luar daerah. Hal ini dilakukan karena kebutuhan benih ikan mas di Kabupaten Purwakarta rata-rata sebanyak 5 ton per hari, tetapi hanya dapat dipenuhi sebanyak 20 persen dari total permintaan oleh petani ikan di Purwakarta. Salah satu wilayah yang memiliki kontribusi dalam memenuhi kebutuhan benih hasil pendederan untuk budidaya pembesaran ikan mas di waduk Jatiluhur adalah Kabupaten Subang (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, 2010). Kabupaten Subang merupakan wilayah yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha budidaya ikan mas, karena hampir sebagian luas lahan terdiri atas lahan basah (sawah) seluas 84.167 Ha atau sekitar 41,71% dari total luas wilayah Kabupaten Subang. Selain itu, potensi pengembangan budidaya ikan

mas juga mendapatkan dukungan Pemerintah Kabupaten Subang, yaitu dengan menerapkan pola produksi ikan mas ke dalam beberapa sentra produksi yang disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing. Sentra produksi budidaya ikan mas tersebut adalah sentra pembenihan, pendederan, dan pembesaran ikan mas yang kesemuanya itu saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya pembagian sentra tersebut diharapkan potensi daerah dapat dimanfaatkan secara optimal (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2003). Dari sisi iklim, Kabupaten Subang sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan ikan mas, karena secara umum kabupaten Subang beriklim tropis dengan temperatur dikawasan perairan berkisar antara 25-32 0 C. Kondisi ini mendukung keberadaan ekosistem perairan di Kabupaten Subang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2003). Potensi budidaya ikan air tawar di Kabupaten Subang terdiri dari kolam air tenang seluas 900 ha terdapat di seluruh kecamatan, salah satunya terdapat Kecamatan Pagaden. Pagaden merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Subang yang memiliki potensi kolam pendederan ikan mas. Di Kecamatan Pagaden terdapat 50 Kelompok Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan di daerah ini dijadikan senta pembenihan ikan mas untuk kawasan subang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2003). Tentu saja hal ini sangat menguntungkan karena UPR ini bisa memenuhi kebutuhan benih yang akan dipelihara untuk usaha pendederan ikan mas. Kecamatan Pagaden terdiri dari 10 Desa dan beberapa diantanya telah mengembangkan usaha budidaya ikan mas. Salah satu Desa yang saat ini telah mengembangkan usaha budidaya ikan mas adalah Desa Jabong. Desa Jabong merupakan wilayah yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha budidaya pendederan ikan mas, karena daerah ini dilalui oleh sumber air yang cukup besar yang mengalir sepanjang tahun. Selain itu daerah ini mempunyai akses untuk mendapatkan benih lebih mudah, karena lokasinya tidak begitu jauh dengan unit pembenihan rakyat (UPR) yang berada dalam satu Kecamatan Pagaden. Dari sisi pemasarana, ikan mas hasil usaha pendederan di daerah ini boleh dikatakan mudah karena pihak pembeli dan pedagang perantara langsung datang ke lokasi usaha sehingga tidak membutuhkan biaya pengiriman dan pemasaran.

Subsistem pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan mas dari hasil kegiatan subsistem pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Di Desa Jabong subsistem ini adalah tahapan produksi yang paling populer untuk dijadikan usaha, karena lebih mudah dari segi teknis, modal yang digunakan lebih rendah dan sarana dan prasarana yang dibutuhkan lebih sederhana. Total jumlah kolam yang berada di sentra pendederan Desa Jabong adalah sebanyak 98 unit kolam. Untuk memenuhi kekurangan permintaan akan benih ikan hasil pendederan, sentra pendederan ikan mas di Desa Jabong hanya mampu memenuhi permintaan rata-rata 1,5 ton per hari (Forum Masyarakat Petani Ikan Desa Jabong, 2007). Perusahaan X merupakan salah satu usaha budidaya pendederan ikan mas yang terdapat di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang Jawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada bulan Februari 2010 hingga sekarang. Perusahaan X memiliki luas areal usaha yang cukup besar, yaitu sebesar 3000 m 2, yang terdiri dari 2 kolam budidaya. Perusahaan X berada persis di sentra pendederan ikan mas di Desa Jabong. Perusahaan X didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang pasar yang ada, yaitu untuk memenuhi kebutuhan benih ikan mas pada subsistem pembesaran yang berada di waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta. Dengan meningkatnya jumlah permintaan benih ikan mas hasil pendederan, perusahaan X bertujuan mengambil peluang yang ada dengan cara melakukan suatu pengembangan usaha. Pengembangan yang dimaksudkan adalah dengan menambah jumlah kolam pemeliharaan pendederan ikan mas, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan keuntungan usaha. Dalam rangka mengembangkan usaha pendederan ikan mas sebagai salah satu usaha budidaya, perlu dilakukan pengkajian mengenai kelayakan pengembangan usaha pendederan ikan mas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha pendederan ikan mas yang dilakukan mampu memberikan keuntungan serta menganalisis apakah usaha telah memenuhi kriteria investasi, sehingga layak dikembangkan di masa yang akan datang. Selain itu perusahaan X merupakan usaha yang bergerak dalam bidang agribisnis, dimana dalam pengelolaan usahanya sangat tergantung dengan alam atau lingkungan. Perubahan lingkungan sangat mempengaruhi produksi ikan mas,

sehingga akan berdampak pada penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional pada usaha yang akan dijalankan. Fluktuasi harga baik input budidaya ikan mas maupun harga output yang akan dipasarkan dapat pula berdampak terhadap terhadap biaya dan pendapatan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas terhahap perubahan input dan output produksi pada pengembangan usaha budidaya ikan mas di perusahaan X. 1.2. Perumusan Masalah Beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi: 1) Bagaimana kelayakan pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X dilihat dari sisi nonfinansial yaitu dari aspek pasar, teknis, dan manajemen? 2) Bagaimana kelayakan finansial pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X? 3) Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan budidaya usaha pendederan ikan mas pada perusahaan X? 1.3. Tujuan Penelitan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X, dilihat dari sisi nonfinansial yaitu dari aspek pasar, teknis, dan manajemen. 2) Menganalisis kelayakan finansial pengembangan budidaya usaha pendederan ikan mas pada perusahaan X. 3) Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan budidaya usaha pendederan ikan mas pada perusahaan X. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada perusahaan X yang berada di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang Jawa Barat. Adapun Analisis yang dilakukan pada penelitian ini di fokuskan pada analisis dari aspek kelayakan finansial dan nonfinansial (aspek pasar, aspek teknis/operasional, dan manajemen).