BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Manusia hidup di dunia pada dasarnya untuk beribadah kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan potensi- potensi yang dimiliki agar senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan. Pendidikan bertanggungjawab atas terciptanya generasi

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhlaq merupakan suatu praktik dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci untuk mencapai suatu kemajuan dan. perkembangan sumber daya manusia atau seseorang yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berasal dari Bahasa Yunani, yaitu paedagogik. Pais artinya anak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung suatu bangsa dituntut untuk mempunyai sumber

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun non formal. Belajar adalah key term, istilah kunci yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang unggul dan berkepribadian yang baik, hal ini dilihat

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Baikitu organisasi formal maupun nonformal. Di dalam suatu. organisasi tersebut pasti selalu ada seseorang yang dianggap mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. manusia juga bisa mentransfer ilmu yang mereka miliki.

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidik/Guru merupakan elemen pokok dalam melahirkan dan mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama Islam, dan berakhlakul karimah. Dalam era sekarang ini untuk menghadapi situasi dan perkembangan dunia yang semakin mengglobal yang ditandai dengan persaingan yang cukup ketat, maka kunci untuk menghadapi hal ini dapat dicapai melalui sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam. Untuk mengarah pada peningkatan mutu pendidikan maka harus didukung oleh berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam proses pelaksanaan pendidikan. Dalam pendidikan non formal yang terpenting adalah Ustadz/Ustadzah. Dalam proses belajar mengajar Ustadz/Ustadzah harus profesional, disiplin, giat, serta mampu membimbing, memotivasi dan memfasilitasi santri/siswa, agar tujuan-tujuan yang diinginkan dapat terwujud dalam diri santri. Selama proses belajar mengajar berlangsung akan selalu terjadi interaksi antara guru, dan siswa dalam pembelajaran yang digunakan. Madrasah ini adalah pendidikan Agama Islam dikalangan anakanak, dan remaja. Secara umum, pendidikan Agama menyiapkan anak didiknya menjadi generasi yang cinta Alloh, cinta Rosul, berakhlakul 88

karimah, dan kemampuan untuk beragama dengan baik dan benar. Begitu juga merupakan tujuan pokok yang harus dimiliki oleh setiap santri/siswa. Ada banyak hal rintangan seperti pengaruh anak untuk tidak mengikuti Madrasah dari faktor interen dan ekstern. Adapun faktor interen: yaitu dari faktor pembawaan dari keluarga yang agamis dan hal itu telah di dukung oleh lingkungan masyarakat juga, misalnya, senang seperti teman-temannya belajar di Madrasah. Sehingga pada dasarnya, semua manusia itu lahir sudah membawa ketaukhitan, karena manusia dalam kandungan sudah mengadakan perjanjian kepada Allah, sehingga wajar kalau faktor pembawaan dapat mempengaruhi anak untuk belajar di Madrasah. Adapun faktor ekstern yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Para santri madrasah akan mendapat pengaruh dari cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, dan suasana rumah tangga. Cara orang tua mendidik anak itu sangat besar pengaruhnya terhadap keikutsertaan anak mengikuti sekolah di Madrasah. Karena keluarga merupakan lembaga pertama dan utama. Keluarga yang agamis sangat besar dalam membimbing anak untuk bisa sekolah di Madrasah. Suasana rumah sangat penting bagi si anak, apabila suasana rumah yang gaduh, ramai dan semrawut, tanpa didasari dengan nilai-nilai agama tidak akan memberikan semangat untuk mengikuti di Madrasah. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang terlalu masa bodoh dengan pendikan agama, apalagi mengikuti pendidikan di Madrasah. Selanjutnya, agar anak mengikuti belajar di Madrasah dengan baik, perlu diciptakan suasana

rumah yang tenang dan tentram, dilandasi dengan suasana agamis. Didalam suasana rumah yang agamis, tenang dan tentram selain anak kerasan atau betah di rumah, anak juga dapat terpengaruh dengan tingkah laku agamis juga, sehingga ia termotivasi untuk mengikuti belajar di Madrasah. Faktor sekolah juga mempengaruhi keikut sertaan Madrasah yang mencakup beberapa hal, yaitu kurikulum, keadaan guru agama, relasi guru agama dengan siswa, relasi siswa dengan siswa. Kurikulum sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyampaikan bahan pelajaran, disini yang dimaksud adalah pelajaran agama yang di terima oleh siswa untuk di kuasai dan dikembangkan dengan pelajaran tersebut. Jelaslah bahwa bahan pelajaran agama itu mempengaruhi siswa untuk mengikuti belajar di Madrasah. Imam Bawani menjelaskan bahwa faktor-faktor pendukung keberhasilan pendidikan pesantren adalah pertama, terwujudnya keteladanan Kyai. Kelebihan seorang Kyai dalam memimpin sebuah pesantren adalah karna Kyai memiliki pamor/kelebihan yang baik dan terkenal dimasyarakat luas. Pamor dan kelebihan itu ia bangun dengan keteladanan yang selalu ia lakukan dalam kehidupan sosial dan masyarakat sesuai antara perkataan dan perbuatan. Seiring dengan itu, kemasyhuran dan kepopuleran sebuah pesantren ternyata selalu di kaitkan dengan kebesaran dan kepopuleran Kyai. Kedua, terciptanya hubungan yang harmonis antara seorang Kyai yang satu dengan Kyai yang lain, dan hubungan antara Kyai dengan Santrinya,serta hubungan antara santri

dengan santri lainnya. Ketiga, mencuatnya kematangan out put atau lulusan pesantren dalam menjalankan agama di tengah masyarakat. Ketiga faktor di atas merupakan pendukung keberhasilan lembaga pendidikan pesantren, kualitas dan kuantitasnya setiap waktu mengalami peningkatan. Karena selain belajar dengan tekun mereka juga tidak pernah lupa mengamalkan dan mempraktekkan apa yang telah mereka peroleh dari guru / Kyai. 1 Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Kegiatan anak dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Dalam arti, jika si anak memilih kegiatan yang mendukung pada pendidikan agama Islam, misalnya pengajian, dan kajian-kajian agama. Dengan demikian, anak termotivasi untuk mengikuti belajar di Madrasah. Agar anak dapat mengikuti belajar di Madrasah dengan baik, maka perlulah diusahakan agar si anak memiliki teman bergaul yang baik dan agamis serta pembinaan pergaulan yang baik dan pengawasa dari orang tua yang harus cukup bijaksana. Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar juga berpengaruh terhadap siswa-siwa/santri-santri untuk mengikuti belajar di Madrasah. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak agamis, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek terhadap anak yang berada di situ. Sehingga anak otomatis tidak mempunyai minat untuk belajar di Madrasah. Akibatnya, anak kehilangan semangat untuk mempelajari Ilmu Agama. Sebaliknya, hal. 5 1 Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: al-ikhlas, 1970),

jika lingkungan anak adalah orang-orang agamis, mereka mendidik dan mengarahkan serta menyekolahkan anak-anaknya secara antusias dengan cita-cita untuk masa depan anak-anaknya. Anak terpengaruh juga ke halhal yang dilakukan oleh orang-orang yang ada lingkungan yang kuat agamanya sehingga akan berbuat seperti orang-orang di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat untuk mengikuti belajar di Madrasah lebih giat lagi. Perlu sekali mengusahakan lingkungan agamis sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap anak untuk mengikuti belajar di Madrasah dengan belajar sungguh-sungguh dan semangat yang tinggi pula. Untuk menciptakan anak yang soleh, pendidik tidak cukup hanya memberikan prinsip (teori atau materi) saja, karna yang lebih penting bagi santri adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. Sehingga sebanyak apapun prinsip (teori atau materi) yang diberikan tanpa disertai contoh teladan dari pendidik, hal itu hanya akan menjadi kumpulan resep yang tidak bermakna. Sungguh buruk seorang guru yang mengajarkan suatu kebaikan kepada siswanya, sedangkan ia sendiri tidak menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari. 2 Berangkat dari sini guru harus senantiasa memberikan teladan guna mempengaruhi perilaku dan menanamkan karakter religi bagi peserta didik. Dalam hal ini Allah SWT mengingatkan dalam firman_nya: hal. 104 2 Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Yogyakarta : TERAS, 2009),

Artinya: mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berfikir? (Q.S. Al- Baqarah : 44). 3 Dari firman Allah SWT di atas dapat disimpulkan bahwa seorang yang menyuruh orang lain melakukan sesuatu perbuatan yang tidak ia lakukan dan mengucapkan apa yang tidak ia lakukan, maka hal itu sangat di benci oleh Allah SWT terlebih lagi jika ia seorang guru. Guru hendaknya tidak hanya mampu memerintahkan atau memberikan teori kepada siswa, tetapi lebih dari itu ia harus mampu membimbing dan menjadi panutan bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Oleh karena itu bimbingan dari guru sangat penting bagi siswa dan sangat menentukan bagi keberhasilan tingkah laku siswa dan keberhasilan pendidikan siswa. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsure motoris. Unsur subjektif adalah unsure rohaniah 3 Departemen Agama RI. Al-Qur an dan Terjemahanal-Jumanatul Ali, ( Bandung : CV Penerbit J-ART, 2004), hal. 8

sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniyah. Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat. 4 Dilihat dari perkembangan di Madrasah Baiturrohman tidak kalah dengan Madrasah yang lain, orang tua dan Ustadz/Ustadzahnya sangat mendukung anak belajar di Madrasah, maka di Madrasah guru harus aktif dalam memberikan pembelajaran kepada santri-santrinya agar lebih semangat dalam belajar di Madrasah tersebut walaupun ada sedikit orang tua kurang memperhatikan anak belajar di Madrasah. Guru juga aktif masuk Madrasah sehingga memberikan contoh kepada santri-santrinya agar santri tersebut juga aktif dalam mengikuti pelajaran di Madrasah. Madrasah Baiturrohman Talun Kulon Bandung Tulungagung merupakan lembaga pendidikan Islam tempat para santri menuntut Ilmu agama Islam. Dalam mendidik para santri untuk menjadi manusia yang berilmu dan beramal sholeh, di madrasah ini tidak lepas dari usaha para ustadz dalam mendidik mereka setiap hari salah satunya dengan memotivasi, memberi bimbingan, dan memfasilitasi para santri. Untuk menciptakan manusia yang unggul dalam ilmu dan amal sholeh sudah menjadi hal tentu ustadz untuk memulai dari dirinya untuk berilmu dan beramal sholeh terlebih dahulu dengan hal ini usaha ustadz sungguh kelihatan di Madrasah Baiturrohman Talun Kulon Bandung Tulungagung. 4 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal. 30

Berdasarkan problem deskripsi diatas penulis ingin membahas permasalahan tersebut dalam penelitian Usaha Guru Untuk Meningkatkan Belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajran 2015. B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana usaha Guru untuk membimbing belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015. 2. Bagaimana usaha Guru untuk memfasilitasi belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015. 3. Bagaimana usaha Guru untuk memotivasi belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015. C. Tujuan Penelitian Tujuan adalah merupakan target yang hendak dicapai dalam melakukan suatu kegiatan. Berdasarkan fokus penelitian diatas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk Mengetahui Usaha Guru untuk membimbing belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015.

2. Untuk Mengetahui Usaha Guru untuk memfasilitasi belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015. 3. Untuk Mengetahui Usaha Guru untuk memotivasi belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015. D. Kegunaan Hasil Penelitian Secara teoritis Hasil dari penelitian ini dapat berfungsi untuk menambah wawasan Ilmiah, khususnya dalam usaha guru untuk meningkatkan belajar santri di lingkup pendidikan madrasah. Secara praktis 1. Bagi Mahasiswa a. Dapat Mengetahui bagaimana usaha Guru untuk membimbing belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015. b. Dapat Mengetahui bagaimana usaha Guru untuk memfasilitasi belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015. c. Dapat Mengetahui bagaimana usaha Guru untuk memotivasi belajar Santri Madrasah Baiturrohman di Talun Kulon Bandung Tulungagung Tahun Ajaran 2015.

2. Bagi Masyarakat a. Memberikan informasi tentang pentingnya pendidikan di Madrasah. b. Memberikan informasi tentang pentingnya belajar di Madrasah. c. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk lebih cerdik mendidik anak dengan pendidikan Agama Islam di Madrasah agar pengetahuan anak tentang pendidikan agama Islam berkembang secara maksimal. E. Penegasan Istilah 1. Konseptual Usaha adalah upaya kegiatan dengan mengarahkan tenaga dan pikiran usaha tertentu. 5 Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. 6 Gagne (1977) dalam Kokom komalasari mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis Performance ( kinerja). Menurut Sunaryo (1989) dalam 268 43 5 Windy Novia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Yogyakarta: Kashiko, 2006 ), hal. 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007 ), hal.

Sudarwan Danim menyatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Jadi jika disimpulkan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. 7 Santri merupakan manusia bertanggungjawab bagi proses belajar pribadi dan menjadi pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat. 8 Madrasah merupakan isim makan dari darasa yang berarti tempat duduk untuk belajar, Istilah madrasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama perguruan islam). 9 Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam banyak menarik perhatian berkenaan dengan cita-cita pendidikan nasional. Hal itu disebabkan karena jumlah peserta didiknya yang signifikan, akan tetapi juga karena karakteristiknya yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman. 2. Operasional Sejarah operasional yang di maksud dengan judul usaha guru untuk meningkatkan belajar santri Madrasah Baiturrohman di Talun 7 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2011), hal. 2 8 Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, ( Bandung : Alfabeta, 2010), hal. 2 9 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001 ), hal. 160

Kulon Bandung Tulungagung tahun ajaran 2015 adalah segala bentuk usaha yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan belajar santri di Madrasah. Usaha yang harus dilakukan guru adalah memberikan bimbingan, fasilitas dan motivasi dalam proses belajar. F. Sistematika Penulisan Skripsi Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian utama yang disusun secara sistematis sebagai barikut: Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, transliterasi dan abstrak. Bagian inti terdiri dari: Bab I Pendahuluan, terdiri dari: Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian pustaka, membahas tentang : kajian mengenai usaha guru untuk meningkatkan belajar santri yang meliputi : pengertian guru, usaha guru, dan difinisi bagaimana usaha guru sebagai motivator,sebagai pembimbing dan sebagai fasilitator kepada siswanya. Bab III Metode penelitian. Terdiri dari : pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, tehnik pengumpulan data, tehnik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan, terdiri dari: paparan data, temuan penelitian, dan pembahasan temuan penelitian. Bab V Penutup, terdiri dari : kesimpulan dan saran Bagian Akhir, terdiri dari : daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan, dan daftar riwayat hidup.