BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB III EMAS DAN FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI. A. Konsep Emas. 1. Emas pada Zaman Rasulullah

Abdullah Zaki Alkaf, (Cet. I; Bandung: Hasyimi Press, 2001), h Hasil observasi, (9 September, 2014).

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN MATA UANG LOGAM DI PASAR SIMO SURABAYA

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

BAB I PENDAHULUAN. utama hukum Islam. Selaku dalil/sumber utama hukum Islam, al-qur an telah

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INSTRUMEN HEDGING PADA TRANSAKSI SWAP

Bacaan Tahlil Lengkap

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB 1 PENDAHULUAN. al-qur an telah meletakkan dasar-dasar pokok dan prinsip-prinsip umum

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB III TRANSAKSI SERTIFIKAT INVESTASI MUD}A<RABAH ANTARBANK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV. Kebolehan Jual-Beli Emas Secara Tidak Tunai

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KONSEP UANG DALAM SISTEM EKONOMI KAPITALIS DAN SISTEM EKONOMI ISLAM

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV. A. Analisis tentang Mekanisme Perdagangan Valas dan Hukumnya. Dalam perkembangan ekonomi Internasional, pada era dekade 80an,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

PENYERANGAN AMERIKA SERIKAT DAN SEKUTUNYA TERHADAP IRAK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

ISLAM DIN AL-FITRI. INDIKATOR: 1. Mendeskripsikan Islam sebagai agama yang fitri


Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة


KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

PENETAPAN PRODUK HALAL

dan 3 ماضي juga dapat di-tashrif (diubah) berdasarkan kata ganti, baik dalam bentuk المزيد

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. melengkapi, tidak mungkin bagi siapapun untuk memenuhi seluruh kebutuhannya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi

Kajian Bahasa Arab KMMI /12 Shafar 1433 H 1

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

UNTUK KALANGAN SENDIRI

SULIT 1223/2 BAHAGIAN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA PENDIDIKAN ISLAM SET 2 KERTAS 2 SATU JAM EMPAT PULUH MINIT

NIKAH MUT AH. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

JABATAN PELAJARAN TERENGGANU SUMATIF 2 SIJIL PELAJARAN MALAYSIA 2013 PENDIDIKAN ISLAM

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari bentuk kegiatan muamalah adalah utang-piutang untuk

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

PERAYAAN NATAL BERSAMA

KHUTBAH JUM AT. Kebersihan Jalan Menuju Surga. Khutbah 5

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mencapai hajat hidup dengan meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

Transkripsi:

59 BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI A. Analisis latar belakang fatwa MUI tentang kebolehan jual beli emas secara tidak tunai Dasar hukum mengenai kebolehan melakukan transaksi jual beli emas secara tidak tunai memang tidak ditunjuk secara khusus di dalam al-qur an. Sebaliknya di dalam hadis Nabi, ditemukan beberapa hadis yang menjelaskan tentang jual beli emas tersebut. Akan tetapi, isi dari hadis-hadis tersebut mensyaratkan bahwa jual beli emas tersebut harus dilakukan secara tunai dalam artian proses serah terima antara penjual dan pembeli harus dilakukan pada saat itu juga. Dalam hal ini, tentu dibutuhkan suatu ijtihad dan pertimbangan-pertimbangan yang matang dalam menetukan suatu hukum yang berbeda jalur dari apa yang telah ditetapkan dalam nas}. Dalam menyikapi hal ini, MUI tetap berpegang pada al-qur an sebagai dasar pijakannya yang pertama dalam menetapkan hukum mengenai jual beli emas secara tidak tunai ini. Karena permasalahan yang akan diteliti ini adalah termasuk dalam kategori jual beli, maka dalam hal ini MUI berpedoman pada ayat yang membolehkan jual beli, yakni surat al-baqarah ayat 275 : 59 و أ ح ل الل ه ال ب ي ع و ح رم ال رب ا...

60. Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dari ayat tersebut terlihat bahwa jual beli diperbolehkan dalam Islam. Akan tetapi sebagaimana yang diketahui, jual beli sendiri ada banyak sekali macamnya. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, sistem yang dipakai dalam bertransaksipun ikut berkembang pula, ada yang sejalan dengan nilai-nilai Islam dan adapula yang tidak. Maka dari itu, sebelum menetapkan kebolehan terhadap suatu jual beli itu sendiri, saat ini harus diperhatikan terlebih dahulu aspek-aspek penting dalam jual beli tersebut seperti apakah barang yang ditransaksikan, sistem apa yang dipakai atau bagaimana proses jual beli itu dilakukan, serta apakah tujuan dari jual beli itu dilakukan. Ayat di atas, belum menyinggung masalah jual beli emas ini secara spesifik karena ayat ini sifatnya umum dalam menerangkan masalah jual beli. Maka dari itu, agar lebih memahami dan lebih masuk ke dalam substansi masalah yang diteliti, selanjutnya MUI mengacu pada beberapa hadis Nabi yang menjelaskan gambaran umum mengenai sistem jual beli yang dianut oleh masyarakat pada masa itu dalam memperjualbelikan emas, diantaranya sebagai berikut : ال ذه ب ب ال ذه ب و ال ف ضة ب ال ف ضة و ال ب ر ب ال ب ر و ال شع ير ب ال شع ير و الت م ر ب الت م ر و ال م ل ح ب ال م ل ح م ث لا بم ث ل س و اء ب س و اء ي د ا ب ي د ف ا ذ ا اخ ت ل ف ت ه ذ ه الا ص ن اف ف ب يع وا ك ي ف ش ي ت م إ ذ ا ك ان ي د ا ب ي د

61 (Jual beli) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya ir dengan sya ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai. ا ل ذه ب ب ال و ر ق ر ب ا إ لا ه اء و ه اء... (Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai. لا ت ب ي ع و ا ال ذه ب ب ا ل ذه ب إ لا م ث لا بم ث ل و لا ت ش فو ا ب ع ض ه ا ع ل ى ب ع ض و لا ت ب ي ع وا ال و ر ق إلا مث لا بم ث ل و لا ت ش فوا ب ع ض ه ا ع ل ى ب ع ض و لا ت ب ي ع وا م ن ه ا غ ا ي ب ا ب ن ا ج ز Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain. Janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain. Dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai. دي ن ا ن ه ى ر س و ل االله ص ل ى االله ع ل ي ه و س ل م ع ن ب ي ع ال و ر ق ب ال ذه ب Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai). Dari beberapa hadis tersebut di atas, terlihat bahwa jual beli emas dengan emas, emas dengan perak, ataupun emas dengan barang-barang komoditi lain sebagaimana yang ditegaskan dalam hadis tersebut, hukumnya boleh. Akan tetapi ada persyaratan yang harus ditaati. Apabila barang-barang yang dipertukarkan tersebut sejenis, maka haruslah sama ukurannya. Sebaliknya, jika barang tersebut berbeda jenis, maka diperbolehkan adanya kelebihan antara satu dengan yang lain, namun syaratnya harus tunai (serah terima dilakukan di tempat).

62 Sampai di sini, belum ditemukan adanya nas} baik secara eksplisit maupun implisit yang membolehkan tentang jual beli emas secara tidak tunai. Maka dari itu, MUI berpedoman pada beberapa kaidah ushul dan kaidah fikih. ا لح ك م ي د و ر م ع ع ل ت ه و ج و د ا و ع د م ا Hukum berputar (berlaku) bersama ada atau tidak adanya illat. Adat (kebiasaan) dijadikan dasar penetapan hukum. ا ل ع ا د ة مح كم ة أ ن الا ح ك ام ال م ت ر ت ب ة ع ل ى ال ع و ا ي د ت د و ر م ع ه ا ك ي ف م ا د ار ت و ت ب ط ل م ع ه ا إ ذ ا ب ط ل ت ك الن ق و د في ال م ع ام لا ت... Hukum yang didasarkan pada adat (kebiasaan) berlaku bersama adat tersebut dan batal (tidak berlaku) bersamanya ketika adat itu batal, seperti mata uang dalam muamalat.. ك ل ح ك م م ر ت ب ع ل ى ع ر ف أ و ع اد ة ي ب ط ل ع ن د ز و ال ت ل ك ال ع ا د ة ف ا د ت غ ي ر ت غ ي ر الح ك م Setiap hukum yang didasarkan pada suatu urf (tradisi) atau adat (kebiasaan masyarakat) menjadi batal (tidak berlaku) ketika adat tersebut hilang. Oleh karena itu, jika adat berubah, maka hukum pun berubah. Secara garis besar, apabila ditarik sebuah kesimpulan dari beberapa kaidah di atas, adat atau kebiasaanlah yang berpeluang besar dalam menetapkan suatu hukum yang berlaku pada satu masa. Inilah yang bisa dijadikan sandaran bagi MUI untuk menetapkan hukum mengenai jual beli emas secara tidak tunai ini. Tentu saja, hal ini juga didukung dengan fenomena yang terjadi pada saat ini dan masa lalu. Di mana apabila diperbandingkan antar keduanya, banyak sekali hal-hal yang telah berubah seiring dengan

63 perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju, serta pola dan gaya hidup manusia yang semakin meningkat. Lain daripada itu, MUI juga mempertimbangkan pendapat-pendapat para Ulama yang pro dan kontra dalam menanggapi masalah jual beli emas ini, di mana sebagian Ulama menyatakan haram hukumnya jual beli emas secara tidak tunai ini karena berpedoman pada ketentuan dalam hadis yang ada. Sebagian lagi membolehkan dengan alasan bahwa emas yang sudah diubah bentuknya sudah keluar dari statusnya sebagai alat tukar. Tentu saja, pendapat para Ulama yang pro dan kontra ini, masih harus dibenturkan lagi dengan konsep uang, karena sebagaimana kesepakatan jumhur Ulama, illat emas dan perak yang disebutkan dalam hadis Nabi adalah s\aman (harga, uang, alat tukar). B. Analisis Metode Istinba>t} Hukum Fatwa MUI tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai Apabila diamati secara seksama, yang menjadi fokus permasalahan dari masalah jual beli emas adalah illat riba yang terdapat pada emas itu sendiri. Jumhur Ulama telah bersepakat, bahwa illat riba pada emas sebagaimana yang disebutkan dalam hadis riwayat Muslim dari Ubadah bin Shamit adalah s\aman (harga, uang, alat tukar).

64 Bisa dikatakan tepat apabila MUI menggunakan beberapa kaidahkaidah yang berhubungan dengan adat atau kebiasaan sebagai salah satu bahan pertimbangannya karena masalahnya saat ini adalah uang atau alat tukar yang dipakai oleh masyarakat pada masa sekarang adalah uang kertas atau uang logam yang jauh berbeda dengan emas yang digunakan sebagai alat tukar pada saat wurud hadis tersebut. Inilah sebenarnya yang menyebabkan perbedaan pendapat di kalangan para Ulama dimana sebagian Ulama mengharamkan jual beli emas secara tangguh dengan berdasar kepada ketentuan yang telah disebutkan dalam hadis, sedangkan Ulama yang lain membolehkan jual beli ini dengan alasan apabila emas sudah tidak lagi digunakan sebagai alat tukar, maka hukumnya boleh untuk diperjualbelikan baik dengan sistem tunai, maupun sistem tangguh. Ibnu Taimiyah sendiri berpendapat boleh melakukan jual beli perhiasan dari emas dan perak dengan jenisnya tanpa syarat harus sama kadarnya(tamas\ul), dan kelebihannya dijadikan sebagai kompensasi atas jasa pembuatan perhiasan, baik jual beli itu dengan pembayaran tunai maupun dengan pembayaran tangguh, selama perhiasan tersebut tidak dimaksudkan sebagai harga. Ibnu Qayyim menambahkan bahwa perhiasan dari emas atau perak telah berubah statusnya menjadi jenis pakaian dan barang dan bukan merupakan jenis harga(uang). Hal ini dikarenakan dengan pembuatan menjadi perhiasan ini, perhiasan(dari emas) tersebut telah keluar dari tujuan sebagai harga(tidak lagi

65 menjadi uang) dan bahkan dimaksudkan untuk perniagaan. Oleh karena itu, tidak berlaku riba dalam pertukaran atau jual beli antara perhiasan dengan harga(uang), sebagaimana tidak berlaku riba dalam pertukaran atau jual beli antara harga(uang) dengan barang lainnya meskipun bukan dari jenis yang sama. Berbeda dengan kedua pendapat tersebut, Wahbah al-zuhaily mengatakan bahwa membeli perhiasan dari pengrajin dengan pembayaran angsuran tidak boleh, karena tidak dilakukan penyerahan harga(uang) dan tidak sah juga dengan cara berutang dari pengrajin. Menyikapi perbedaan tersebut, MUI sendiri terlihat lebih condong kepada pendapat yang membolehkan jual beli emas secara tidak tunai. Hal ini terlihat dari sikap MUI yang membenturkan masalah urf (adat kebiasaan) ini dengan pengertian uang agar menemukan titik temu dari permasalahan di atas. Dalam hal ini, MUI merujuk pada definisi uang menurut Abdullah bin Sulaiman al-mani di mana Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima secara umum, apapun bentuk dan dalam kondisi seperti apapun media tersebut. Agar lebih jelas lagi, MUI mengambil definisi uang menurut Ulama lain yaitu Muhammad Rawas Qal ah Ji yang mengartikan Naqd adalah sesuatu yang dijadikan harga (s\aman) oleh masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak maupun dari bahan lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas.

66 Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sesuatu itu bisa dikatakan sebagai uang apabila : a. Diterima secara umum sebagai media pertukaran b. Ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Fenomena yang terjadi pada saat ini sendiri, emas yang ada sebagian besar dibentuk menjadi emas batangan dan perhiasan serta lebih difungsikan sebagai perhiasan dan juga sebagai media investasi, meskipun di sisi lain ada juga yang mencetak emas dan perak tersebut menjadi dirham dan dinar tetapi itu masih dalam skala kecil dan oleh pihak-pihak tertentu saja. Dari sini jelaslah bahwa emas yang ada sekarang statusnya tidak lagi menjadi uang, karena uang yang diakui dan berlaku pada saat ini adalah uang kertas atau uang logam yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagaimana yang kita kenal sekarang. Jadi, bisa dikatakan kalau jual beli emas pada saat ini adalah sebagaimana jual beli barang pada umumnya yang status jual belinya adalah antara uang dengan barang, bukan uang dengan uang, sehingga boleh dilakukan dengan cara tunai maupun tidak tunai. Lain daripada itu, dalam hal ini upaya atau metode yang dilakukan oleh MUI ini bisa dikategorikan ke dalam ijtihad intiqa> i. Ini terlihat dari sikap MUI yang mengadakan studi komparatif di antara pendapat-pendapat para Ulama terdahulu dan meneliti kembali dalil-dalil nas} atau dalil ijtihad yang dijadikan sandaran pendapat tersebut yang pada akhirnya dapat dipilih

67 pendapat yang dipandang kuat dalil dan hujjahnya. Tentu saja semua itu berpatokan pada adanya relevansi antara masalah yang diteliti dengan kehidupan pada saat ini, lebih mendekati pada kemudahan yang ditetapkan oleh hukum Islam, dan juga lebih mempriorotaskan untuk merealisasikan maksud-maksud syara, kemaslahatan, dan menolak marabahaya.