BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh. Evie Tristianasari

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak

BAB III METODE PENELITIAN

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

PEMAHAMAN MAKNA LINTAS GENERASI PADA SINGKATAN SMS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. atau simbol sebagai media ( Uchjana Effendy, 2001 :11). Lambang

BAB I PENDAHULUAN. dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Campur kode adalah percampuran antara dua bahasa atau lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. internet. Dalam pengertian sederhana, Fairus (2007:2) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Untuk berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

PEMANFAATAN GAYA BAHASA PADA WACANA SMS LUCU. DI SITUS WEB SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 ABREVIASI NAMA KULINER DALAM BAHASA INDONESIA SEBUAH KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari, sehingga sering disebut harian (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI

BENTUK DAN FUNGSI RAGAM BAHASA GAUL REMAJA KOTA METROPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata dan tata bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB I PENDAHULUAN. disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut

PENYERAPAN ISTILAH ASING REGISTER KEDOKTERAN PADA RUBRIK KESEHATAN SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI JANUARI MARET 2008 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. antaranggota masyarakat (Keraf, 1984: 17). Dengan menggunakan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat baik secara lisan maupun tertulis. Manusia akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tidak akan pernah luput dari komunikasi antarsesama, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi. Selain itu, dalam membangun pertumbuhan mental seseorang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbahasa merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia dalam berkomunikasi, yang artinya dengan berbahasalah manusia saling berkomunikasi dan berinteraksi atau bersosialisasi. Ilmu yang menganalisis tentang kebahasaan ini dikenal dengan ilmu linguistik. Ilmu linguistik tersebut menganalisis bahasa dari bentuk terkecil bahasa itu sendiri yaitu fon atau fonem, sampai bagian terbesar dari bentuk bahasa yang disebut wacana. Sementara itu, bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata disebut ilmu morfologi (Putrayasa, 2008, hlm. 3). Salah satu pembentukan kata yang dikaji dalam morfologi adalah abreviasi. Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 2010, hlm. 159). Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan. Kridalaksana (2010, hlm.162) mengklasifikasikan abreviasi ke dalam lima bentuk, yaitu terdiri dari akronim, penyingkatan, pemenggalan, kontraksi dan juga lambang huruf. Dalam pembentukan kata dalam abreviasi ini terkadang manusia selalu keluar dari kaidah kebahasaan yang telah ditentukan sehingga membuat pola sendiri. Dalam pembentukan akronim perlu kita perhatikan persyaratan seperti jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim dalam bahasa Indonesia, dan akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim (Pedoman Ejaan yang Disempurnakan, 2002, hlm. 16). Fungsi dari abreviasi itu sendiri adalah untuk memudahkan orang-orang dalam menyebutkan suatu nama yang panjang dan juga agar lebih mudah diingat, misalnya Diabetes Melitusyang disingkat menjadi DM yang terdapat pada kalimat berikut. 1

2 Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau berarti 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita diabetes. Penemuan diagnosa dini dan penanganan yang adekuat pada lanjut usia yang menderita DM dipandang cukup penting artinya bagi kelangsungan hidup penderita. Selain itu, Tuberkulosis juga disingkat menjadi TB untuk mudah diingat dan memudahkan penyebutan, seperti yang terdapat pada kalimat berikut ini. Temuan kasus penyakit tuberkulosis (TB) Paru di Kabupaten Kebumen tergolong tinggi. Dari hasil temuan Sub-sub Recipient (SSR) TB Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kebumen sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 ini, ada sekitar 4.700 warga Kebumen yang terdeteksi mengidap penyakit TB. Penelitian mengenai Abreviasi ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti Andriyani (2009) yang menganalisis penggunaan abreviasi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam penelitiannya, Andriyani meneliti bentuk dan pola abreviasi, jenis abreviasi yang paling dominan, kekhasan pada bentuk abreviasi yang terjadi di lingkungan tersebut, serta pemahaman masyarakat terhadap bentuk-bentuk abreviasi di lingkungan TNI AD. Hasil dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa ternyata sebagian besar masyarakat kurang memehami bentuk-bentuk abreviasi di lingkungan TNI AD. Setema dengan penelitian di atas, Utami (2009) menganalisis penggunaan abreviasi di lingkungan Polisi Republik Indonesia (POLRI). Dalam penelitiannya, Utami meneliti bentuk dan pola abreviasi, kekhasan abreviasi yang digunakan di lingkungan tersebut, dan pemahaman masyarakat di luar lingkungan POLRI terhadap bentuk abreviasi tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebanyak 66% masyarakat umum tidak mengetahui bahkan keliru dalam memahamibentuk abreviasi di lingkungan POLRI. Kemudian, Wirawan (2010) menganalisis penggunaan abreviasi prokem slang pada situs jejaring sosial. Dalam penelitiannya, Wirawan meneliti bentuk dan proses abreviasi, serta makna yang terkandung dalam penggunaan abreviasi bahasa prokem slang remaja dalam situs jejaring sosial. Hasil dari penelitian Wirawan adalah terungkap bahwa penggunaan prokem slang merupakan bukti

3 dari adanya variasi bahasa yang disebabkan oleh keheterogenan masyarakat tutur beserta kegiatan interaksi sosial mereka. Tristianasari (2011) menganalisisi abreviasi bahasa Indonesia pada bahasa SMS (Short Message Service) siswa SMA di Kabupaten Banyuwangi. Dalam penelitian ini, Tristianasari meneliti bentuk dan makna penggunaan abreviasi bahasa Indonesia dalam mengirim SMS oleh siswa SMA, serta faktor-faktor yang mempengaruhi siswa SMA menggunakan abreviasi dalam mengirim SMS. Adapun hasil dari penelitian ini,diketahui bentuk abreviasi yang terdapat pada bahasa SMS adalah singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Bentuk-bentuk tersebut memiliki pola-pola baru yang dapat diterapkan pada suatu kata atau gabungan kata. Makna abreviasi dalam mengirim SMS dapat dikatagorikan dalam makna kata, makna referensial, makna gramatikal, makna leksikal, dan makna konseptual. Siswa SMA mempunyai alasan tersendiri untuk menyingkat kata dalam SMS sesuai dengan apa yang ada di benak mereka. Sementara itu, Wijiningsih (2011) menganalisis abreviasi dalam rubrik wacana pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 dan alternatif pembelajarannya di SMP. Dalam penelitiannya, Wijiningsih meneliti penggunaan abreviasi dalam rubrik wacana pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 dan alternatif pembelajarannya di SMP.Hasil dari penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa bentuk-bentuk abreviasi yang terdapat pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 berupa singkatan, akronim, kontraksi, penggalan, dan lambang huruf. Selain itu, abreviasi dalam rubrik wacana pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 dapat dijadikan alternatif pembelajaran dengan melihat standar isi mata pelajaran bahasa san sastra Indonesia di SMP kelas IX semester 1. Selain itu, Wulandari (2013) menganalisis penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda. Dalam penelitiannya, Wulandari meneliti bentuk dan pola abreviasi, serta perubahan makna dari hasil abreviasi dalam bahasa Sunda. Hasil dari penelitian ini ditemukan kosakata sebanyak 133 data dan setelah diklasifikasi tidak ditemukan abreviasi dalam bentuk lambang huruf. Dari 133 data, terdapat 20 data berupa singkatan, 11 data pengekalan, 81 data akronim, 21 data kontraksi. Data

4 yang mengalami perubahan makna sebanyak 69 data. Pada analisis bentuk abreviasi masih abreviasi masih sesuai dengan teori dari buku kridalaksana, sedangkan analisis pola terdapat pola-pola baru yang tidak sesuai dengan teori dari buku tersebut, seperti 3 pola baru dalam bentuk penggalan, 34 pola baru akronim, dan 15 pola baru kontraksi. Di tahun yang sama, Astuti (2013) menganalisis penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung. Dalam penelitiannya, Astuti meneliti jenis dan pola abreviasi, serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung. Data yang diperoleh berupa singkatan berjumlah 65 data, akronim berjumlah 104 data, dan gabungan singkatan dengan akronim berjumlah satu data. Sedangkan, pola baru yang ditemukan berjumlah 54 pola baru yang terdiri dari jenis singkatan terdapat 10 pola baru, jenis akronim terdapat 43 pola baru, dan dalam jenis gabungan singkatan dan akronim memiliki pola. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yaitu karena ingin dianggap sebagai kelompok keren karena telah mengikuti perkembangan zaman, gagah, gaul, dan tidak keringgalan zaman. Terakhir, Suratminto menganalisis abreviasi dan akronimi pada batu nisan masa VOC di Batavia. Dalam penelitian ini terungkap bahwa batu-batu nisan VOC berisi data-data verbal berupa inskripsi dan data nonverbal berupa simbolsimbol pada lambang heraldiknya. Kedelapan penelitian tersebut sama-sama membahas tentang abreviasi tetapi sepengetahuan peneliti belum ada yang membahas dan mengeksplorasi secara mendalam dan khusus mengenai abreviasi pada ranah kesehatan. Oleh karena itu, dapat dikatakan topik ini merupakan suatu topik yang baru. Penggunaan abreviasi ini sangat sering digunakan oleh masyarakat tetapi terkadang masyarakat sendiri tidak mengetahui dan memahami proses abreviasi tersebut. Selain itu, tidak sedikit masyarakat yang hanya mengetahui kependekannya saja tanpa mengetahui kepanjangan dari abreviasi tersebut. Hal tersebut biasanya disebabkan karena menurut masyarakat yang singkat lebih praktis dan mudah untuk diingat.

5 Mengetahui kepanjangan dan memahami proses dari abreviasi sangat penting diketahui oleh masyarakat, khususnya kepanjangan dan proses abreviasi pada ranah kesehatan. Selain karena kesehatan merupakan suatu kebutuhan primer bagi kehidupan manusia. pentingnya memahami proses abreviasi pada ranah kesehatan juga disebabkan karena terkadang ada beberapa abreviasi yang mempunyai bentuk sama atau homonim sehingga tidak jarang mengakibatkan kesalahpahaman pemahaman. Abreviasi pada ranah kesehatan terjadi pada beberapapenamaan dalam kesehatan seperti pada nama-nama penyakit dan virus seperti HIV yang merupakan kepanjangan dari bahasa Inggris Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyebabkan penyakit AIDS pada penamaan obat-obatan dalam resep dokter seperti ctm yaitu kepanjangan dari Chiorphenemie Maleat yang merupakan suatu obat untuk mengobati penyakit alergi, pada peralatan-peralatan medisseperti USG yang merupakan akronim dari bahasainggris Ultrasonography yaitu alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita yang berfungsi untuk pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek radiasi), tempat pelayanan kesehatanseperti Puskesmas yang merupakan kepanjangan dari bahasa Indonesia Pusat Kesehatan Masyarakat, dan lain sebagainya. Adapun pada penelitian ini peneliti memilih menganalisis penggunaan abreviasi pada renah kesehatan pada penamaan nama-nama penyakit dan nama-nama virus. Adapun untuk menguji pemahaman penutur bahasa Indonesia, peneliti menggunakan dua angket. Angket pertama merupakan angket tertutup yang digunakan untuk menjaring pengetahuan penutur bahasa Indonesia mengenai nama-nama penyakit yang lebih banyak penutur bahasa Indonesia gunakan, ataupun lebih diketahui oleh penutur bahasa Indonesia itu sendiri. Setelah data dari angket satu diketahui, data nama penyakit terbanyak akan dicantumkan pada angket kedua. Angket kedua ini menggunakan angket campuran, fungsinya untuk mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia mengenai nama penyakit dan virus tersebut. Untuk memperkuat angket tersebut, peneliti menggunakan teori sosiolinguistik.

6 Sosiolinguistik merupakan gabungan dari kata sosiologi dan linguistik. Menurut Chaer dan Agustina (2004, hlm. 2) Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai masalah di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat. Sementara linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Oleh karenanya penulis tertarik untuk menganalisis mengenai penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan, selain untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai abreviasi pada ranah kesehatan, juga untuk menambah wawasan mengenai proses dan pola pembentukan abreviasi yang terjadi pada ranah kesehatan dan mengenalkan abreviasi-abreviasi pada ranah kesehatan agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. 1.2 Masalah Penelitian Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka didapat masalah penelitian. Masalah penelitian ini terbagi ke dalam (1) identifikasi masalah (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah sebagai berikut. 1) Identifikasi Masalah Di dalam penelitian abreviasi pada ranah kesehatan ini, terdapat beberapa faktor yang ditemukan untuk dijadikan permasalahan, yaitu sebagai berikut. (1) Berkembangnya penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan dengan menggunakan bahasa asing sehingga dapat menimbulkan kesulitan pada penutur bahasa Indonesia. (2) Kekurangpahaman penutur bahasa Indonesia terhadap jenis dan pola pembentukan abreviasi yang terjadi pada ranah kesehatan.

7 (3) Terjadinya homonimi pada penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan yang dapat mengakibatkan kesalahpahaman pemahaman dan penyampaian maksud penutur. 2) Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis bentuk-bentuk abreviasi di bidang kesehatan dengan ilmu morfologi yaitu pembentukan kata. Oleh karena itu peneliti akan membatasi masalah pada bentuk dan pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan dan pemahaman masyarakat terhadap abreviasi pada ranah kesehatan. Data yang diambil berupa nama-nama penyakit dan nama virus yang menyebabkan penyakit tersebut. Peneliti mengambil data berupa nama penyakit dan virus saja, disebabkan karena menurut peneliti yang dekat dengan masyarakat dan sering masyarakat keluhkan mengenai kesehatan adalah berupa penyakit. Adapun virusnya, bagi peneliti merupakan data pendukung untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai penyebab penyakit tersebut. Sumber data yang digunakan berupa Kamus Saku Kedokteran Dorlan edisi 25, Glosarium Data dan Informasi Kesehatan 2006, dan daftar Singkatan Medis. Adapun responden yang digunakan untuk menguji pemahaman masyarakat penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan adalah mahasiswa keperawatan, siswa-siswi SMA dan masyarakat umum. 3) Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. (1) Apa sajakah jenis abreviasi yang digunakan dalam ranah kesehatan? (2) Bagaimana pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan? (3) Jenis abreviasi manakah yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan? (4) Bagaimana pemahaman penutur bahasa Indonesia tentang abreviasi pada ranah kesehatan?

8 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan penelitian sebagai berikut. 1) Mengetahui jenis abreviasi yang digunakan dalam ranah kesehatan. 2) Mengetahui pola pembentukkan abreviasi pada ranah kesehatan. 3) Mengetahui jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan. 4) Mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia tentang abreviasi pada ranah kesehatan. 1.4 Manfaat Penelitian Dari masalah penelitian di atas, maka dapat dipaparkan manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat secara teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian yang sama, khususnya tentang abreviasi bagi kajian morfologi. 2) Manfaat secara praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dipahami oleh semua pihak, agar dapat digunakan sebagai data yang bermanfaat untuk berbagai kepentingan. a) Bagi masyarakat umum Hasil penelitian dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat umum dalam memahami istilah-istilah yang dipendekan dari satu kata atau gabungan kata pada ranah kesehatan agar tidak terjadi kesalahpahaman antarpenutur. b) Bagi peneliti Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan lebih terhadap abreviasi khususnya pada ranah kesehatan. c) Bagi lembaga bahasa Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan keilmuan dalam pembelajaran bahasa agar penggunaan abreviasi bisa menjadi lebih baik. d) Bagi ranah kesehatan

9 Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan khususnya dalam pengetahuan nama-nama penyakit yang diabreviasi. 1.5 Struktur Organisasi Penelitian Bagian ini berisikan rincian tentang urutan penulisan setiap bab dan bagian bab dalam skripsi mulai bab pertama sampai bab terakhir. Dalam struktur organisasi skripsi pada penelitian penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan ini terdiri atas lima bab. Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan masalah, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian. Adapun masalah penelitian, terdiri atas identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Bab kedua memuat penelitian terdahulu, dan kajian teoretis yang membahas morfologi, abreviasi,dan linguistik kognitif. Bab ketiga memuat metode penelitian yang membahas desain penelitian, definisi operasional, sumber data dan data, instrumen penelitian yang terdiri atas kartu data, lembar angket 1 dan lembar angket 2, dilanjutkan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data. Bab keempat memuat deskripsi data abreviasi, analisis dan pembahasan hasil penelitian penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan. Terakhir bab kelima memuat penutup yang membahas simpulan dan saran.