BAB IV ANALISIS TENTANG UPACARA MANGANAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB IV PENYIMPANGAN AQIDAH DALAM SEDEKAH LAUT DI KELURAHAN BANDENGAN

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB IV ANALISIS HASIL PELAKSANAAN TRADISI NGAPATI DI DESA SUROBAYAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB III DESKRIPSI DATA PENELITIAN DI DESA JATI KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB IV ANALISIS DATA. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 115

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

MAKNA TRADISI DEKAHAN BAGI MASYARAKAT DESA PAKEL

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam wilayah yang sangat luas, hukum adat tumbuh, dianut, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENGANTAR. I.I. Latar Belakang Masalah. secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PRAKTEK RITUAL BAKAR DUPA DALAM PANDANGAN ISLAM DESA LAWONUA KEC.BESULUTU KAB. KONAWE

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB IV ANALISIS DATA. apa saja yang diperoleh dari hasil penyajian data tersebut, peneliti

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB IV ANALISA DATA. A. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat melaksanakan tradisi Nginguk

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB IV PENUTUP. melalui tiga hal, yaitu satu identitas beragama Islam, dau identitas. bentuk, yaitu slametan dan nyadran.

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TENTANG UPACARA MANGANAN A. Prosesi Pelaksanaan Upacara Manganan Bagi orang Jawa, upacara ritual slametan ataupun gelar sesajen adalah peristiwa yang sudah diakrabi sejak lahir. Setiap orang jawa lahir sudah diperkenalkan dengan ritual selametan kelahiran dengan segala perlengkapannya. 1 Dalam kehidupan masyarakat, tentu saja terdapat kebudayaan yang telah sejak dahulu ada dalam masyarakat, serta dipercayai dan dibudayakan oleh masyarakat iru sendiri, baik secara sadar maupun tidak sadar. meskipun tindakan yang dilakukan tersebut bersifat non rasioanl. tindakan tersebuttetaplah dilakukan dan di budayakan oleh masyarakat yang bersangkutan karena sudah merupakan kebiasaan yang di budidayakan dna di lestarikan masyarakat tersebut. Upacara Manganan ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat Jawa yang berprofesi sebagai petani, dan nelayan yang menggantungkan hidup keluarga dan sanak saudara atau sanak keluarga, upacara manganan dilaksanakan semua warga desa Jati dari anak-anak sampai orang tua, keterlibatan anak-anak hanya sebagai penggembira untuk meramaikan jalannya upacara manganan. 2 1 Wahyana Giri, Sajen dna Ritual Orang Jawa (Yogyakarta : Narasi, 2009), 15 2 pak Kasrun, Wawancara, Jati 3 Mei 2017 53

54 Dapat dianalisis mengenai prosesi upacara manganan terlebih Pada waktu itu terlihat adanya interaksi antara yang tua, muda, dan anak-anak. Keterlibatan warga dimulai dari persiapan upacara manganan, semua orang membuat nasi berkat yang di beri lauk pauk dan jajanan, banyak sekali jajanan yang dibawa pada saat upacara manganan di lakukan salah satunya adalah opak, gemblong, dan juga gedang. Setelah siap semua dibawa di masjid agar di tahlilkan. Tahlil dan slametan di laksanakan sebelum warga menikmati nasi tumpeng dan nasi berkatnya, terlebih dahulu didoakan oleh sesepuh desa, setelah di doakan berkat dan jajanan tersebut dibagikan kepada warga sekitar. jajanan yang dibawa salah satunya adalah opak, gemblong, gedang dan lain sebagainya, karena jajanan seperti opak merupakan jajanan yang wajib dibawa pada saat upacara manganan. Tahlil dilakukan untuk memohon petunjuk dan pertolongan dari Allah dalam bentuk zikir dan membaca doa bersama. Zikir sendiri adalah sebagai penghubung antara hamba dengan Allah, doa yang dipanjatkan dalam tahlil tentunya masyarakat memohon agar diberikan keberkahan, keselamatan dari berbagai macam bahaya, dan semoga hasil panennya diberikan hasil yang bagus. Ucapan syukur atas apa yang masyarakat dapatkan selama ini tercermin ketika mereka khusyuk memanjatkan doa kepada sang pencipta. 3 Tujuan utama slametan adalah mencapai keadaan slamet yaitu suatu keadaan dimana peristiwa- 3 Shodiqin, Wawancara, Jati 4 Mei 2017

55 peristiwa akan bergerak mengikuti jalan yang telah ditetapkan dengan lancar dan tidak akan terjadi kemalangan-kemalangan pada sembarang orang. 4 Secara umum, tujuan slametan adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman, dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata dan juga makhluk halus. Bagi orang jawa hidup ini tak dapat terlepas dari upacara tradisi, yang semula dilakukan untuk meninggalkan pengaruh buruk dari daya kekuatan ghaib yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan manusia. Dengan upacara tradisi tersebut, diharapkan agar pelaku upacara senantiasa hidup dalam keadaan selamat B. Makna Upacara Manganan Melakukan upacara mangananan menurut masyarakat desa Jati adalah suatu ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt atas rezeki yang telah di berikan kepada kita, untuk menjauhkan diri dari musibah. Melihat dari semua itu, sungguh sangat perlu untuk melaksanakan ritual upacara manganan. Upacara manganan adalah bentuk dari apresiasi warga, ucapan terima kasih warga karena panen mereka diberikan hasil yang bagus. Maka dari itu mereka ingin menyedekahkan sebagian beras mereka denagn menbuat nasi berkat atau nasi putih biasa yang diberi lauk pauk dalam acara upacara manganan. banyak makna yang terkandung dalam upacara manganan yaitu agar rezekinya tidak cepat habis bahkan bisa bertambah bnyak, juga dijadikan sebagai tempat silaturrahmi dan betkumpulnya warga, tidak setiap waktu bahkan diri kita mampu untuk 4 Pak Lurah, Wawancara, Jati 2 Mei 2017

56 berinteraksi terhadap seluruh warga desa. Baik karena kesibukan ataupun karena keterbatasan waktu dan tempat, melalui acara upacara manganan ini menjadi ajang silaturrahmi, berbagi cerita dan pengalaman serta dapat menambah harmonisasi tatanan kehidupan warga. Ritual manganan bagi masyarakat desa jati sudah menjadi tradisi yang melekat dan merupakan media bersyukur kepada Allah. Memberikan sesuatu kepada orang, merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan dalam agama Islam, karena di dalamnya terdapat manfaat yang sangat besar. Perkembangan tradisi seperti ini merupakan perpaduan antara unsur-unsur Islam-Hindhu-Budha dan unsur asli sebagai bentuk Sinkretisme Jawa yang sering dinamakan agama Jawa. Sinkretisme ini oleh orang Jawa disebut tradisi rakyat. 5 Upacara tradisional pada hakikatnya dilakukan untuk menghormati, memuja, mensyukuri dan minta keselamatan pada leluhurnya dan Tuhannya. Penyelenggaraan upacara adat beserta aktivitas yang menyertainya ini mempunyai arti bagi masyarakat yang bersangkutan. 6 Tradisi upacara manganan di desa Jati tidak bertentangan dengan ajaran syariat islam, dikarenakan meskipun upacara manganan di desa Jati merupakan warisan tradisi leluhur yang selalu dilaksanakan secara turun temurun setiap tahun namun substansi dari upacara manganan ini tidakbertolak belakang dengan ajaran Agama Islam, yaitu sebagai bentuk syukur terhadap anugerah yang telah Allah berikan. Kepercayaan masyarakat desa manganan Upacara manganan 5 Zaini Muchtarom, Santri dan Abangan di Jawa, (Jakarta:INIS, 1988), 6. 6 Budiono Heru Susanto, Simbolisme Budaya Jawa, (Yogyakarta: PT Hanindita, 1983), 125.

57 dilaksanakan untuk mengucap rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang telah diberikan kepada masyarakat desa jati setiap tahun, karena mayoritas mata pencaharian di desa Jati adalah bertani. 7 Masyarakat juga harus bersahabat dengan Alam dan dari hasil Bumi itulah manusia memperoleh rezeki. Berdasarkan hal tersebut mengingatkan manusia, bahwa bumi beserta alam seisinya adalah milik Allah SWT, dan di bumi inilah manusia menjalani kehidupan. Manusia sendiri di anjurkan untuk bersedekah, dan Allah akan memberikan balasan yang sepadan dengan apa yang dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, sudah jelas bahwa upacara manganan merupakan bentuk rasa syukur yang disampaikan masyarakat Jati dengan menyedekahkan hasil bumi. Implementasinya yaitu dengan mengadakan ritual upacara manganan sebagai manifestasi rasa terimakasih kepada Allah atas nikmat yang diberikan-nya. Upacara manganan tidak hanya sebagai tradisi turuntemurun dari nenek moyang namun memiliki makna yang lebih dalam yaitu agar Allah Swt selalu memberi kemakmuran, kesejahteraan, ketentraman, dan dijauhkan dari segala malapetaka. Selain itu, dalam puncak acara upacara manganan di akhiri dengan melantunkan doa bersama-sama oleh masyarakat desa Jati dengan dipimpin sesepuh desa. Adanya upacara Manganan ini merupakan salah satu dari budaya masyarakat yang penuh dengan simbol-simbol. sebagai makhluk yang berbudaya, segala tindakan-tindakan manusia atau baik tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan maupun religinya, selalu diwarnai dengan simbolisme yaitu suatu 7 Pak Lurah, Wawancara, Jati 2 Mei 2017

58 tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikyti pola-pola mendasarkan diri kepada simbol-simbol. simbolisme selain menonjol peranannya dalam hal religi juga menonjol peranannya dalm hal tradisi atau adat istadat. Dalam hal ini, simbolisme dapat dilihat dalm upacara-upacara adat yang di laksanakan oleh masyarakat yang merupakan warisan turun temurun dari generasi yang tua ke generasi berikutnya yang lebih mudah. 8 Islam sendiri adalah agama yang ajatan-ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui Muhammad sebagi Rasul. Islam apda hakikatnya adalah membawa ajaran yang bukan hanya mengenai berbagai segi kehidupan manusia tetapi juga sumber ajaran yang mengambil berbagai aspek dari al-quran dan al-hadisth. 9 Ritual-ritual keagamaan Muslim Jawa yang melekat pola keberagaman Muslim tradisional justru di kulit luarnya terkesan bukan berasal dari Islam, karena tidak memiliki rujukan secara eksplisit menegasakan status keabsahannya. Namun secara mendalam yang dilakukan Kiai Hasyim Asy ari, justru memiliki keselarasandengan sumber Islam otentik (al-qur an dan al-hadisth). Dalam bahasa lain, sinkretisme Islam menurut Geertz. 10 Dalam tradisi Islam Jawa sulit dibuktikan validitasnya, karena yang terjadi, kulit luarnya menampakkan bukan 8 Budiono Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa, ( Yogyakarta :Hanindita Graha Widia, 2001), 29-30 9 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta : Universitas Indoneisa, 1985), 24 10 Sikretisme Islam lokal menurut Greetz, bahwa dialektika kebudayaan lokal dengan agamadari luar berujung pada ketidakmampuan agama luar tersebut merasuk ke dalam jantung tradisikebudayaan lokal. Sebaliknya, penyerapan hanya menembus kulit luar kebudayaan lokal, sehinggayang secara determinan menguasai adalah budaya lokalnya, bukan nilai-nilai dan ajaran agama(islam). Atau dapat dikatakan, Islam Jawa tidak lebih sebagai Islam sinkretik, campuran antaraanimisme, Hinduisme, dan Budhisme. Dalam Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. HasyimAsy ari tentang Ahl al-sunnah wa al-jama ah

59 dari Islam, namun justru Islam otentiknya melekat di jantung tradisi ritual-ritual tersebut 11. Islam Sinkretis bagi Geertz adalah masyarakat Islam dengan praktik dan perilaku keagamannya diadopsi dari budaya agama lain dan praktik tersebut berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan masyarakat desa Jati beranggapan bahwa tradisi Upacara Manganan dilaksanakan sebagai ucapan rasa syukur kepada sang pencipta (Allah). Tradisi manganan mempunyai makna bahwa manusia harus senantiasa mengingat akankebesaran Tuhan yang telah menciptakan manusia hidup didunia ini dan senantiasa bersyukur akan kenikmatan yangtelah manusia terima dari Tuhan sehingga dapat hidup didunia. Dengan melestarikan budaya dan tradisi yang ada dan dikemas Islam seperti tradisi upacara ritual manganan di desa Jati. Sebagaimana yang diungkapkam oleh Franz Magnis Suseno bahwa : Manusia itu harusmensyukuri nikmat apapun yang diberikan olehtuhan dengan cara melaksanakanritual-ritual yangada dalam setiap tradisi Jawa, misalnya: sedekahbumi, suronan, upacara bulanan, dan tradisi-tradisi Jawa lainnya. Syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara di tuangkan melalui upacara-upacara tersebut. Orang Jawa mempercayai bahwa hidup ini penuh dengan upacara, itu semula dilakukan dalam rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang dikehendaki yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan manusia, tentu dengan upacara diharapkan agar hidup senantiasa dalam keadaan selamat. Namun,sebenarnya esensinya itu ditujukan kepada TuhanYang Maha Esa. 12 Berdasarkan pendapat diatas, penulis menganalisis bahwa masyarakat Desa Jati melaksanakan ritual upacara manganan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YangMaha Esa atas nikmat yang diberikan-nya dengan 11 Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy ari tentang Ahl al-sunnah wa al-jama ah, 261. 12 Franz Magnis Suseno, Etika Jawa, (Jakarta: Gramedia Utama, 2003), 1.

60 mengadakan ritual upacara manganan untuk memperoleh rasa Slamet antara masyarakat desa Jati dengan sekitarnya Hubungan keharmonisan pedesaan, dan tingkah laku individu untuk menyelaraskan diri. Tujuan slametan desa Jati adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman, dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata dan jugamakhluk halus (suatu keadaan yang disebut slamet). Kataslamet di sini dengan melaksanakan tradisi upacara manganan. sebagai bentuk implementasi syukur, dan sebagai keinginan mencapai keadaan ayng aman dan sejahtera. 13 Dalam bukunnya Clifford Geertz mengatakan bahwa Baik slametan peralihan tahap maupun slametan menurut penanggalan, keduanya berorientasi ke arah pengkudusan saat-saat tertentu dam waktu, yang pertama dalam siklus hidup, yang kedua dalam rentetan kegiatan sosial tahunan. Slametan bersih desa berhubungan dengan pengkudusan hubungan dalam ruang, dengan merayakan dan membersihkan batas-batas kepada salah satu unit teritoral dasar dari struktur sosial orang Jawa, Apa yang ingin dibersihkan dari desa itu tentu saja adalah makhluk-makhluk halus yang berbahaya. Ini dilakukan dengan melakukan slametan, dimana hidangana dipersembahkan kepada danyang desa (makhluk halus penjaga desa) ditempatnya pemakamannya. Di desa yang kuat santrinya, bersih desa bisa berlangung di masjid dan seluruhnya terdiri atas pembacaan doa. Di desa yang tidak bermakam danyang atau bila tempatnya tidak baik letaknya, upacara itu bisa diselenggarakan dirumah kepala. desa. Setiap keluarga di desa itu 13 Ahmad Khalil, Islam Jawa: Sufisme dalam Etika dan TradisiJawa, (Malang: UIN Malang Press, 2008), 279-280.

61 diharuskan menyumbang makanan dan setiap kepala keluarga yang sudah dewasa harus ikut serta dalam slametan ini. Tiga varian agama menurut Dr. Geertz, berdasarkan penelitiannya di Mojokuto yaitu: abangan, yang menekankan aspek-aspek animisme sinkritisme Jawa secara keseluruhan dan pada umumnya diasosiasikan dengan unsur petani desa penduduk: santri, yang menekankan aspek-aspek islam sinkritisme itu dan pada umumnya diasosiasikan dengan unsur pedagang ( dan juga dengan unsurunsur tertentu kaum tani) dan priyayi. 14 Salah satu adat istiadat sebagai ritual keagamaan yang paling populer di dalam masyarakat Islam Jawa adalah slametan, yaitu upacara ritual komunal yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Islam Jawa yang dilaksanakan untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang. Slametan diyakini sebagai sarana spiritual yang mampu mengatasi segala bentuk krisis yang melanda serta bisa mendatangkan berkah bagi mereka. Di desa yang kuat santrinya, bersih desa bisa berlangung di masjid dan seluruhnya terdiri atas pembacaan doa. Di desa yang tidak bermakam atau bila tempatnya tidak baik letaknya, upacara itu bisa diselenggarakan dirumah kepala. desa. Setiap keluarga di desa itu diharuskan menyumbang makanan dan setiap kepala keluarga yang sudah dewasa harus ikut serta dalam slametan ini. 15 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proses dan tujuan upacara ritual manganan di lokasi adalah merupakan tradisi/budaya yang telah ada sejak lama 14 Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa ( Jakarta: Pustaka Jaya, 1981), hlm. 524 15 Clifford Geertz, Agama Jawa : Abangan, Santri, Priyayi dalam kebudayaan Jawa. (Depok :Komunitas Bambu, 2014), 109-110.

62 (nenek moyang) tetapi dalam proses selanjutnya dengan perkembangan waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat setempat telah terjadi pergeseran dimana acara ritual tersebut telah disinergikan dengan Islam artinya bahwa tradisitradisi tersebut yaitu tradisi Jawa telah dikemas dengan nilai-nilai Islam yang ada. Hal ini bisa dilihat ketika mereka mengadakan upacara ritual tersebut diisi dengan doa-doa, bacaan ayat-ayat al-qur an seperti acara tahlil bersama dan disini kita tidak menemukan cara-cara yang identik dengan agama Hindu (adat Jawa). Maka dengan demikian selanjutnya dapat digambarkan bahwa praktik ritual keagamaan yangberupa upacara mangananbagi masyarakat desa Jati kecamatan Suko kabupaten Tuban tersebut adalah tergolong Islam lokal/ Islam Kultural bukan Islam Sinkretis. Artinya bahwa praktik-praktik yang dijalankan masyarakat setempat adalah model praktik keagamaan yang tidak pernah ada dalam sejarah Islam Arab akan tetapi praktik-praktik keagamaan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam karena kemasan acaranya adalah diisi sesuai dengan nilai-nilai keislaman baik doa nya maupun tatacara upacaanya. Berbeda dengan Islam Sinkretik, Islam disini adalah baik tradisi/budayanya maupun doa-doanya masih menggunakan tradisi Hindu tersebut dan cara-cara seperti ini dilarang dalam aqidah Islam.