BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pendapatan Negara negara yang diaturkan pada undang-undang dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, peran pajak semakin terlihat jelas

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin sulit diharapkan. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang berdaulat. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin majunya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DEFERRED TAX EXPENSE DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP TAX AVOIDANCE

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak menurut undang-undang, serta dipaksakan dalam pembayarannya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak. dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pajak (Tax Planning). Keduanya sama-sama menggunakan cara legal. untuk mengurangi atau memperkecil beban pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

1. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. negeri yaitu pajak (Waluyo, 2014). Pajak merupakan sumber pendapatan negara

BAB I PENDAHULUAN. terbaik dan yang paling unggul. Perusahaan publik selalu dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, sumbangan terbesar untuk pendapatan negara bersumber dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Pada awalnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk kepentingan masyarakat melalui pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Fokus utama pelaporan keuangan. adalah informasi mengenai laba dan komponennya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi investor. Informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kepercayaan para investor atas kinerja keuangan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, karena itu perpajakan sebagai salah satu perwujudan yang diwajibkan oleh Negara. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, pembangunanpembangunan yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi perekonomian yang ada di Indonesia saat ini. Dalam mensejahterakan rakyat pemerintah menerapkan pemungutan yang bersifat memaksa didasari dengan Undang-Undang yang mengatur. Penerimaan pajak memberikan potensi yang tinggi bagi negara, karena penerimaan pajak akan diolah digunakan untuk pembelanjaan negara, sebagai infrastruktur, serta meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Peraturan perundang-undangan perpajakan selalu dilakukan perubahanperubahan mengenai aturan perpajakan, adanya perubahan ini seiring dengan perkembangan ekonomi, teknologi, informasi sosial, dan politik. Pajak adalah kontribusi wajib yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang mempunyai sifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, serta tidak mendapatkan imbalan secara langsung (kontraprestasi) yang akan digunakan untuk memenuhi keperluan negara bagi sebesar-besarnya dalam mensejahterahkan kemakmuran rakyat di negara tertentu. Ada tiga sistem pemungutan yaitu Official Assessment System, Self Assessment System, dan Withholding System. Pada waktu Reformasi di indonesia menganut sistem pemungutan pajak dengan menerapkan 1

2 Self Assessment System yaitu memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan dilaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Pajak mempunyai peran penting bagi masing-masing negara. Pemerintah menginginkan pajak yang optimal dari target penerimaan pajak yang sudah ditetapkan. Namun, pendapat ini bertolak belakang dengan para wajib pajak khususnya wajib pajak badan. Perusahaan menginginkan beban pajak yang cukup rendah, karena beban pajak dianggap sebagai beban yang mengurangi penghasilan yang diperoleh. Adanya perbedaan kepentingan dari sudut pandang pemerintah dengan pihak perusahaan sehingga menimbulkan untuk melakukan penghindaran pajak baik legal maupun illegal. Penghindaran pajak inilah yang menjadi masalah dan menyebabkan tidak maksimalnya penerimaan pajak. Untuk melakukan perlawanan penghindaran pajak, maka di negara-negara di dunia harus mempunyai kebijakan yang transparan, kapasitas administrasi untuk mengidentifikasikan transaksi yang mencurigakan, serta kemampuan dalam melakukan penegasan pajak secara efektif Bank Dunia pada Selasa (21/4) (kemenkeu.go.id). Penggabungan usaha yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi PT XL Axiata Tbk dan PT Axis Telkom Indonesia memiliki potensi penghindaran pajak yang diduga dari mekanisme pembayaran sisa utang Axis kepada pemegang saham existing. Sebelum melakukan merger Axis menerapkan mekanisme membersarkan utang sehingga jumlahnya jauh di atas nilai modal (Koran Ekonomi dan Bisnis, Selasa 28 Januari 2014).

3 Berdasarkan data dari UNCTAD (United Nations Conference on Trade And Development) adanya hal yang sering dilakukan penghindaran pajak ilegal melalui perdagangan global yang terjadi dalam grup perusahaan multinasional. Hal tersebut dilakukan lebih dari 60 persen yang telah terjadi, inilah yang menciptakan potensi kegagalan dalam melaporkan kuntungan dari yurisdiksi pajak-tinggi ke pajak-rendah. Informasi terbaru juga diperoleh dari UNCTAD mengindikasikan bahwa terdapat potensi hilangnya pendapatan pajak berkisar sekitar USD 100 miliar per tahun terdapat di negara-negara yang berkembang, melalui transaksi secara langsung dengan hubungan di luar negeri. Menurut pengamat perpajakan Yustinus Prastowo, mengatakan shortfall (kekurangan) penerimaan pajak akan mencapai Rp. 240 triliun. Angka ini tentu berbeda jika dibandingkan dengan prediksi Pemerintah yang sebesar Rp. 120 triliun (kemekue.go.id). Target penerimaan pajak di tahun 2016 adalah Rp 1.360 triliun, tumbuh 16,33 persen, dibandingkan dengan proyeksi realisasi penerimaan pajak pada tahun 2015 sebesar Rp 1.169 triliun. Target tersebut mencerminkan optimisme dari pemerintah. Namun, pencapaian target tersebut dinilai masih cukup berat untuk realisasi penerimaannya. Penentuan target penerimaan pajak pada tahun 2016 tersebut merupakan hasil kesepakatan dari Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro dengan Komisi XI DPR dalam rapat kerja membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di tahun 2016. Menurut Direktur Jenderal Pajak Kementrian Keuangan Sigit Priadi Pramudito bahwa proyeksi penerimaan pajak sampai akhir tahun 2015 adalah Rp 1.169 triliun, yang terdiri dari penerimaan pajak nonmigas dan penerimaan pajak penghasilan migas. Masing-masing senilai Rp 1.129

4 triliun diperoleh dari penerimaan pajak nonmigas dan Rp 40 triliun yang diperoleh dari penerimaan pajak migas. Di Indonesia sendiri tingkat kepatuhan wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak sebagai kewajiban wajib pajak masih tergolong rendah. Mengacu pada realisasi sampai dengan 30 September, penerimaan pajak di tahun ini diperkirakan masih kurang minimal Rp 200 triliun dari target yang telah ditentukan (Senin 19 oktober 2015 KOMPAS). Grafik 1.1 REALISASI PENERIMAAN PAJAK 1200 1000 800 600 400 200 PBB PPh Nonmigas PPN dan PPnBM PPh Migas 0 2013 2014 2015 Sumber : Data diolah

5 Tabel 1.1 DAFTAR REALISASI PENERIMAAN PAJAK Jenis Pajak Penerimaan Pajak Tahun 2013 Penerimaan Pajak Tahun 2014 Penerimaan Pajak Tahun 2015 APBNP Realisasi % APBNP Realisasi % APBNP Realisasi % PPh Nonmigas 464,48 413,90 89% 485,98 458,69 94% 629,83 357,77 57% PPN dan 423,71 383,42 90% 475,59 408,99 86% 576,47 271,70 47% PPnBM PBB 27,34 25,30 93% 21,74 23,48 108% 26,69 13,23 50% Pajak lainnya 5,40 4,93 91% 5,18 6,239 120% 11,73 3,85 33% PPh Migas 74,278 88,75 119% 83,89 87,45 104% 49,53 39,73 80% Total 995,214 916,3 92% 1.072,38 984.903 92% 1.294,26 686,27 53% Sumber : Kompas, 19 Oktober 2015. Perolehan penerimaan pajak yang paling tinggi didapatkan dari pajak penghasilan badan. Meskipun di tahun 2015 ini merupakan tahun yang menjadi tahun pembinaan wajib pajak bagi wajib pajak atau sunset policy, namun momen ini masih kurang dimanfaatkan oleh para wajib pajak. Salah satu kendala untuk mencapai target pajak yang optimal adalah adanya perencanaan pajak yang dilakukan secara legal (tax avoidance) ataupun pengelakan pajak yang secara ilegal (tax evasion). Adanya tax avoidance di pengaruhi oleh berbagai faktor dari masingmasing perusahaan. Kondisi keuangan yang ada di perusahaan maupun kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan bisa dijadikan pemicu untuk dilakukannya tax avoidance. Kondisi keuangan yang terdapat di perusahaan bisa di lihat dari tingkat profitabilitas (Return On Assets), perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi merupakan sebagai tolok ukur keberhasilan dari perusahaan dan keefesienan dari perusahaan. Leverage atau bisa dikatakan tingkat hutang yang ada di perusahaan untuk mengelola pembiyaaan yang dibutuhkan, leverage menggambarkan rasio

6 jumlah total utang dengan total aset. Adanya penambahan jumlah hutang akan mengakibatkan adanya beban bunga yang harus di tanggung oleh perusahaan. Beban bunga ini akan mengurangi laba sebelum pajak perusahaan, sehingga dengan adanya pengurangan laba maka beban pajak yang ditanggung perusahaan juga berkurang. Ukuran perusahaan (size) merupakan dari gambaran perusahaan mengenai kestabilan dan kemampuan perusahaan untuk melakukan aktivitas dan pengoperasian ekonominya. Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang besar maka menjadi menarik perhatian pemerintah dan akan menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk berlaku patuh dalam perpajakan. Selain itu juga adapun kondisi keuangan yang mempengaruhi tax avoidance, deferred tax expense (beban pajak tangguhan). Didasarkan pada PSAK no. 46 bahwa alokasi pajak antar periode diawali dengan adanya kewajiban dan keharusan bagi perusahaan dalam mengakui aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang harus dilaporkan pada neraca. Adanya pengakuan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan merupakan sebagai pengakuan konsekuensi pajak untuk dimasa yang akan mendatang atas efek kumulatif perbedaan temporer antara pengakuan penghasilan dan beban yang akan digunakan untuk tujuan akuntansi dan tujuan fiskal. Perbedaan temporer yang di maksud dalam pendekatan aktiva-kewajiban adalah perbedaan perhitungan antara dasar pengenaan pajak (DPP), yang diperoleh dari nilai suatu aktiva atau kewajiban dengan nilai yang tercatat dalam aktiva atau kewajiban tersebut. Dengan adanya efek perubahan temporer yang terefleksi pada kenaikan ataupun penurunan pada aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus diberlakukan

7 sebagai beban pajak tangguhan (deferred tax expense) dan dilaporkan dalam laporan laba rugi. Tata kelola perusahaan juga dapat mempengaruhi adanya tax avoidance, salah satu jenis tata keola perusahaan yaitu adanya kepemilikan institusional yang dapat mencerminkan kegiatan dari tata kelola perusahaan. Struktur kepemilikan yang ada di perusahaan juga dapat mempengaruhi dampak pada perusahaan dalam mengelola urusan pajak. Semakin tingginya kepemilikan institusional maka mekanisme good governance akan mencerminkan semakin baik sehingga adanya penghindaran pajak perusahaan juga akan terlaksana dengan sewajarnya dan kemungkinan meningkatnya praktik tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan (Randi 2015). Tommy Kurniasih & Maria M. (2013) menyatakan bahwa ROA, leverage, ukuran perusahaan, corporate governance dan kompensasi rugi fiskal yang digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini menunjukkan hasil berpengaruh yang signifikan secara simultan terhadap tax voidance. Selain itu ada juga hasil yang menunjukkan berpengaruh signifikan secara parsial ditunjukkan dari variabel bebas Return On Assets (ROA), ukuran perusahaan, dan kompensasi rugi fiskal. Sedangkan leverage dan corporate governance tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance. Randi Meiza (2015) menunjukkan hasil penelitian yang menguji karakteristik good corporate governance dan deferred tax expense terhadap tax avoidance, bahwa yang berpengaruh secara signifikan ditunjukkan dari variabel bebas kepemilikan

8 institusional, sedangkan hasil yang menujukkan tidak berpengaruh secara signifikan yaitu dari variabel bebas dari struktur dewan komisaris, dan deferred tax expense. Berdasarkan penelitian terdahulu ditinjau dari hasil pengujian yang menggunakan variabel ROA, ukuran perusahaan, leverage, deferred tax expense dan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance terdapat perbedaan hasil dari masing-masing peneliti ada yang menyatakan berpengaruh secara signifikan dan tidak berpengaruh secara signifikan. Dengan adanya beberapa kasus fenomena yang telah diuraikan di latar belakang, mengenai penghindaran pajak dan kepatuhan wajib pajak yang ada di Indonesia masih lemah. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali yang bertemakan tax avoidance dan dilihat ada beberapa faktor yang mempengaruhi adanya tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu, peneliti memilih variabel return on assets, leverage, ukuran perusahaan, deferred tax expense dan kepemilikan institusional akan dilakukannya pengujian kembali untuk mengetahui hasil yang berbeda-beda dari masing-masing peneliti. Selain itu juga peneliti ini layak dilakukan karena untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Sampel yang akan digunakan oleh peniliti yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45. Salah satu alasan untuk menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di LQ-45, karena perusahaan LQ-45 merupakan perusahaan yang paling likuid. Selain itu saham yang tergolong di LQ-45, merupakan saham yang paling aktif untuk diperdagangkan sehingga pemisahaan antara kepemilikan dengan manajemen mengarahkan keputusan pajak perusahaan yang mencerminkan

9 kepentingan pribadi manajer. Selain itu, perusahaan yang terdaftar di LQ-45 memiliki tingkat kapitalisasi pasar yang paling signifikan. Perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 terdiri dari berbagai jenis perusahaan, sehingga berharap untuk dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Berdasarkan uraian yang telah diuraikan oleh peneliti di dalam latar belakang maka penulis mengambil judul PENGARUH RETURN ON ASSETS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DEFERRED TAX EXPENSE DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP TAX AVOIDANCE 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang ada di latar belakang maka peneliti merumuskan masalah yang akan dilakukan penelitian untuk membuktikan secara terperinci dari pokok-pokok rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah return on assets berpengaruh positif terhadap tax avoidance? 2. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap tax avoidance? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance? 4. Apakah deferred tax expense berpengaruh negatif terhadap tax avoidance? 5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap tax avoidance? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh return on assets terhadap tax avoidance. 2. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap tax avoidance.

10 3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. 4. Untuk mengetahui pengaruh deferred tax expense terhadap tax avoidance. 5. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax avoidance. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini berharap dapat bermanfaat antara lain : 1. Manfaat Bagi Perusahaan Sebagai acuan perusahaan untuk tidak melakukan penghindaran pajak atas adanya kegiatan yang terjadi baik operasional, investasi, dan aktivitas yang berkaitan dengan perusahaan. 2. Manfaat Bagi Akademis Sebagai bahan informasi untuk wacana dan refrensi serta literatur yang berkaitan dengan topik ini, sehingga memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai topik sejenis. 3. Manfaat Bagi Peneliti Sebagai pengembangan ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan dan sumber ilmu pengetahuan baru dengan melakukan penelitian yang dilakukan.

11 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Dalam memudahkan penambahan secara sistematis, maka pembahasan dalam penulisan ini sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Didalam bab ini menguraikan pembahasan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka yang berisikan tentang penelitian terdahulu untuk mendukung penelitian ini. Selain itu juga, menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi penelitian, pengumpulan data, jenis dan sumber data, serta metode analisis. BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran subyek penelitian, yang meliputi analisis data yang digunakan dalam penelitian, menjelaskan analisis deskriptif dari masing-masing variabel, serta melakukan interpretasi dari hasil uji yang telah dilakukan serta pembahasan dari hasil analisis.

12 BAB V : PENUTUP Pada bagian ini menjelaskan mengenai tentang kesimpulan dari penelitian berdasarkan hasil akhir yang diperoleh dari hasil pengujian statistik, selain itu juga menjelaskan keterbatasan penelitian serta saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian.