BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 DANA DEKONSENTRASI DI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2013, No

perwakilan pusat di daerah, gubernur yang menunjuk SPKD provinsi sebagai pengelola dana dekonsentrasi sesuai bidangnya masingmasing.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

2 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2015 perlu dilakukan perubahan;

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Alokasi. Anggaran Pendidikan. APBN.

BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

POKOK-POKOK PIKIRAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI 2016 DALAM RANGKA PERSIAPAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Alokasi dana..., Erlina Hartanti, FE UI, 2010.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/

2017, No Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian Ko

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Ind

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VI KERANGKA IMPLEMENTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun merupakan landasan pemerintah dalam mengatur kegiatannya dan untuk

2016, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Tahun 2005 terhadap penetapan dan penyampaian Perda APBD, maka dapat ditarik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB 3 DEKONSENTRASI DI INDONESIA

2 Dana Desa mengingat anggaran Dana Desa yang dialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2015 masih belum mencapai 10% (sepuluh per seratus) dari Dana Tra

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

II. KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN No. 42, 2016 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memasuki era otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001.

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH

BAB VI KERANGKA IMPLEMENTASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 66 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari amanah yang diemban pemerintah dan menjadi faktor utama dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2-2. Ung-Ung Perbendaharaan 1 Tahun (Lembaran 2004 tentang Republik Indonesia Tahun , Tambahan Lembaran Republik Indonesia 4355); 3. Ung-Ung 15

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG

2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

PENDANAAN PENDIDIKAN DAN STRATEGI MEMPEROLEHNYA. M.D.Niron

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 95/Perrrentan/ar.140/12/2011 TENTANG

Transkripsi:

89 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN 5.1.1 Kebijakan pendidikan Sistem pendidikan di Indonesia, secara kebijakan maupun berdasarkan pengukuran desentralisasi dari OECD (1995), sudah dapat dikatakan telah melakukan desentralisasi, karena telah memberikan kewenangan pada daerah untuk menentukan kebijakannya sendiri terkait dengan pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan. Namun dalam pelaksanaannya, dengan belum adanya standar pelayanan minimal yang seharusnya ditetapkan oleh masing-masing kabupaten/kota serta belum optimalnya peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan termasuk peran dan fungsi dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah, pemerintah Indonesia belum dapat dikatakan telah melakukaan desentralisasi secara penuh dalam penyelenggaraan pendidikannya. 5.1.2 Pengertian & penerapan dekonsentrasi di Indonesia Pengertian dekonsentrasi berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004: adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, pengertian dekonsentrasi dalam peraturan pemerintah Indonesia tersebut tidak berbeda jauh dengan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli (Dubois dkk), kecuali pelimpahan wewenang dalam dekonsentrasi di Indonesia hanya kepada instansi vertikal dan gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah, sementara pengertian dekonsentrasi yang dikemukakan para ahli, adalah pelimpahan wewenang kepada instansi vertikal, pemerintah provinsi, juga kepada pemerintah kabupaten/kota dan unit mandiri. Hal lainnya lagi terkait dengan pengertian dekonsentrasi adalah bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan Indonesia yang dimaksud dengan dana dekonsentrasi adalah dana yang dialokasikan bagi pelimpahan wewenang kepada gubernur saja dan tidak kepada instansi vertikal, walaupun secara pengertian pelimpahan weweng kepada instansi vertikal termasuk dalam 89

90 dekonsentrasi. Sementara secara umum, para ahli tidak membedakan masalah tersebut. Dilihat dari penerapannya, khususnya pada dekonsentrasi pendidikan, di Negaranegara yang melaksanakan desentralisasi pendidikan, dekonsentrasi dilakukan dengan memberikan dana dan kewenangan penuh pada sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan disekolahnya, mulai dari penentuan kepala sekolah, guru-guru dan kebijakan lain dengan tetap mengacu pada pedoman pusat. Sementara di Indonesia pelaksanaan dekonsentrasi yang dibiayai dari dana dekonsentrasi sesuai dengan tujuannya adalah untuk membiayai pelaksanaan urusan pusat yang ada di daerah, terkait dengan kebijakan, penyusunan pedoman, sosialisasi, pengawasan kebijakan dan monitoring & evaluasi. Mengenai instansi vertikal tertentu, dengan adanya pembagian urusan yang menjadi urusan pemerintah dan pemerintahan daerah, seyogyanya untuk urusan yang bersifat konkuren tidak lagi ada instansi vertikal tertentu yang merupakan bagian dari instansi pusat. Artinya untuk urusan-urusan diluar enam urusan pemerintah yang mutlak, jika penyelenggaraannya tidak ingin dilakukan oleh pemerintah sendiri, maka diserahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah pusat di daerah, melalui dekonsentrasi, sehingga tidak perlu ada instansi vertikal tertentu lagi di daerah. Tidak dibentuknya instansi vertikal tertentu dalam pelaksanaannya akan mengurangi total belanja kementerian/lembaga yang bersangkutan. Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar enam urusan pemerintahan yang mutlak, Pemerintah dapat: a. menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan; b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah; atau c. menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan. Artinya bahwa untuk urusan pemerintah diluar 6 urusan pemerintah yang mutlak, pemerintah dapat menyelenggarakannya sendiri atau melimpahkannya kepada gubernur, tidak ada pembentukan instansi vertikal (tertentu) di daerah.

91 5.1.3 Alokasi dana dekonsentrasi di Indonesia - Alokasi Dana dekonsentrasi nasional selama tahun 2005 2009 mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan alokasi dana dekonsentrasi dari Kementerian Pendidikan Nasional yang selama kurun waktu 2005-2009 tersebut mengalokasikan dana dekonsentrasi ke provinsi sebesar 51 %- 92 % dari total alokasi dana dekonsentrasi nasional. - Dari total alokasi dana dekonsentrasi Kementerian Pendidikan Nasional tersebut 62 % - 88% di alokasikan untuk urusan terkait dengan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah (Ditjen Mandikdasmen), khususnya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (wajar dikdas 9 tahun) sebesar 88 % -90 %. - Dilihat dari program yang ditetapkan untuk memperoleh alokasi dana dekonsentrasi, kenaikan alokasi dana dekonsentrasi tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah dan amanat UUD 45 tentang wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Namun dilihat dari tujuan alokasi dana dekonsentrasi yang diperuntukan bagi urusan pemerintah di daerah, kenaikan alokasi dana dekonsentrasi tersebut menimbulkan pertanyaan, mengingat urusan pemerintah yang menjadi lebih kecil dengan adanya desentralisasi dan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dan pemerintahan daerah (PP Nomor 38 tahun 2007). Dampak dari berkurangnya kewenangan pemerintah tersebut, alokasi dana yang dapat didekonsentrasikan seharusnya juga menjadi lebih kecil, bukan meningkat seperti kondisi yang terjadi di Kementerian Pendidikan Nasional maupun sebagian besar kementerian/ lembaga. - Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008 tanggal 13 Agustus 2008, yang menyatakan bahwa pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, menimbulkan permasalahan alokasi anggaran bagi Kementerian Pendidikan Nasional. Permasalahan dimaksud timbul karena berkurangnya

92 urusan yang menjadi kewenangan pemerintahan, sementara dana pendidikan yang harus dikelola meningkat. - Untuk mengatasi permasalahan alokasi dana tersebut, jalan termudah yang dapat ditempuh adalah melalui alokasi dana dekonsentrasi, karena alokasi dana dekonsentrasi dapat menyerap banyak dana. - Permasalahan lain yang timbul karena adanya peraturan penyelenggaraan dana dekonsentrasi (PP Nomor 7 tahun 2008), tampaknya di abaikan mengingat dalam peraturan tersebut tidak disertai sanksi bagi pelaksanaan alokasi dana dekonsentrasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku (PP Nomor 38 Tahun 2007 dan PP Nomor 7 tahun 2008). - Hal lain terkait dengan meningkatnya alokasi dana dekonsentrasi ini adalah belum adanya ketentuan mengenai tata cara perhitungan alokasi dana dekonsentrasi, kecuali kegiatan yang terkait dengan urusan pemerintah. - Amanat yang terkandung dalam PP nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, serta rekomendasi Menteri Keuangan tahun 2010, bahwa pelaksanaan dekonsentrasi harus dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah, tidak ada kaitannya dengan alokasi dana dekonsentrasi, yang telah ditetapkan untuk melaksanakan urusan pemerintah pusat di daerah. - Kondisi penetapan besarnya alokasi dana dekonsentrasi yang hanya terkait dengan banyaknya kegiatan pemerintah di daerah tersebut sangat bias dan tidak pasti dan dapat membuka peluang bagi pihak-pihak yang ingin mengalokasikan dana dekonsentrasi kepada kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. - Tidak adanya sanksi atas penggunaan dana dekonsentrasi yang tidak sesuai dengan ketentuan, memperluas kesempatan untuk mengalokasikan dana tersebut pada kegiatan diluar ketentuan yang telah ditetapkan.

93 5.1.4 Kesesuaian program/kegiatan wajardikdas 9 tahun dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku: Kesesuaian dengan Renstra Tahun 2005-2009 Kementerian Pendidikan Nasional. Berdasarkan analisis program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Ditjen Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional yang menggunakan alokasi Dana dekonsentrasi tahun 2009, dan dialokasikan pada empat program (peningkatan pendidikan anak usia dini/paud, wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun/wajardikdas 9 tahun, pendidikan menengah, dan manajemen pelayanan pendidikan), program dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut belum sesuai dengan peruntukan dana dekonsentrasi berdasarkan Restra (2005-2009) Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam arti bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka alokasi dana dekonsentrasi, tidak dilaksanakan dalam rangka pengendalian dan penjaminan mutu pendidikan, dan tidak termasuk kegiatan evaluasi akreditasi, sertifikasi dan pengembangan kapasitas. PP 24 Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan antara lain menyatakan bahwa pendanaan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh Pemerintah menjadi tanggung jawab Pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah. Pendanaan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah. Kegiatan yang dilakukan dengan dana dekonsentrasi Ditjen Mandiknasmen Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2009 tersebut merupakan kegiatan rutin dinas pendidikan yang termasuk urusan pemerintah daerah dan bukan kegiatan yang terkait dengan urusan pemerintah pusat, yaitu kebijakan, perencanaan, koordinasi, menitoring dan evaluasi ataupun pengendalian dan pengawasan. Meskipun peraturan mengenai penyelenggaraan dana dekonsentrasi dan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota sudah jelas, dan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 24 PP Nomor 48 tahun 2008 paragraf 2 Biaya Nonpersonalia Pasal 26

94 telah mencantumkan dengan tegas penggunaan alokasi dana dekonsentrasi harus terkait dengan urusan pemerintah, tetapi pelaksanaan alokasi dana dekonsentrasi tetap seperti ketika peraturan mengenai penyelenggaraan maupun pembagian urusan pemerintah belum ada, seperti yang dikemukakan pada evaluasi-evaluasi/ kajian terdahulu. Kesesuaian dengan PP Nomor 38 tahun 2007 Peraturan mengenai penyelenggaraan dekonsentrasi dan pembagian urusan pemerintahan yang merupakan dasar dalam pelaksanaan alokasi dana dekonsentrasi telah dikeluarkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan, antara urusan pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Keberhasilan pelaksanaan alokasi dana dekonsentrasi untuk membantu pelaksanaan tugas pemerintah di daerah, tidak lepas dari ketaatan masing-masing pihak dalam pengalokasian dana dekonsentrasi dan kesesuaiannya dengan peraturan-peraturan yan berlaku tersebut. Berdasarkan analisis kegiatan dana dekonsentrasi Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2009 yang dialokasikan ke 33 provinsi, terhadap PP Nomor 38 Tahun 2007, disimpulkan bahwa: seluruh kegiatan dekonsentrasi Ditjen Mandikdasmen merupakan kegiatan yang menjadi urusan Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota dan tidak ada kegiatan yang terkait dengan urusan pemerintah pusat. Artinya bahwa, pelaksanaan alokasi dana dekonsentrasi Ditjen Mandikdasman Kementerian Pendidikan Nasional, tidak sesuai dengan tujuan pengalokasisan dana dekonsentrasi, untuk membantu pelaksanaan urusan pemerintah di daerah. Ketidak patuhan penyelenggara pemerintahan terhadap peraturan yang ada tersebut disebabkan oleh tidak adanya sanksi atas ketidak patuhan yang dilakukan terhadap penggunaan dana dekonsentrasi. Sanksi yang dikenakan dalam PP Nomor 7 Tahun 2008 adalah sanksi atas keterlambatan penyusunan laporan dekonsentrasi saja, yaitu penundaan pencairan dana dekonsentrasi untuk triwulan berikutnya dan penghentian alokasi dana dekonsentrasi tahun berikutnya. Pemberian sanksi yang ada tersebut sangat tidak tepat, mengingat dana dekonsentrasi ini disediakan untuk melaksanakan urusan pusat di daerah. Artinya. Sanksi seperti itu hanya akan membuat urusan

95 pemerintah tidak dapat dijalankan, sementara pemerintah daerah yang tidak menjalankan perintah pemerintah pusat ataupun ataupun pemerintah yang tidak merencanakan alokasi dana dekonsentrasi sesuai dengan ketentuan, tidak dikenakan sanksi apa-apa. Untuk itu sanksi yang seharusnya diberikan atas keterlambantan penyusunan laporan dan atas kesalahan penggunaan dana dekonsentrasi adalah denda yang harus dibayar oleh pemerintah daerah dan/atau kementerian/lembaga sebagai pihak perencana. Selain itu kurangnya pemahaman juga dapat menjadi penyebab ketidak patuhan, seperti yang dikemukakan pada evaluasi/kajian terdahulu. Berdasarkan kondisi dimana dana dekonsentrasi tidak digunakan untuk menjalankan urusan pemerintah, tetapi urusan pemerintah secara keseluruhan, tampaknya tidak terganggu dan tujuan-tujuan nasional tetap dapat tercapai, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang terkait dengan urusan pemerintah tersebut, sebetulnya sudah dilaksanakan oleh pemerintah pusat sendiri dan atau telah dilaksanakan melalui skema pendanaan lain (DAK). Untuk itu, pelimpahan wewenang kepada gubernur selaku wakil pemerintah pusat di daerah serta alokasi dana dekonsentrasi untuk melaksanakan urusan pemerintah di daerah, tidak diperlukan lagi. Khusus untuk kegiatan BOS dengan mengacu pada: - amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar dan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa dipungut biaya; dan - Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 bidang pendidikan menyatakan Penetapan kebijakan operasional pendidikan di provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan kebijakan nasional menjadi urusan pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota. - pola Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan pelaksanaan kebijakan khusus yang menjadi prioritas nasional dan dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan

96 sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar nasional yang diharapkan; - Program BOS merupakan program yang sesuai dengan prioritas nasional; maka program BOS lebih tepat dilaksanakan melalui pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) daripada alokasi dana dekonsentrasi. Namun karena melalui pola DAK diperlukan dana pendamping dari pemerintah daerah, yang akan memberatkan pemerintah daerah, kemungkinan untuk dapat berjalannya program BOS menjadi tidak pasti. Untuk itu agar dapat dipastikan bahwa program BOS yang merupakan kebijakan nasional dapat berjalan dengan baik, pendanaan untuk program tersebut sebaiknya di serahkan langsung ke daerah, baik melalui transfer pemerintah pusat ataupun skema pendanaan lainnya yang tidak membebani pemerintah daerah, tetapi juga tidak menyalahi peraturan yang telah ditetapkan. 5.2 SARAN Berdasarkan hal tersebut di atas, disarankan kepada pemerintah agar: - meniadakan dana dekonsentrasi, mengingat berkurangnya urusan pemerintah pusat, sehingga dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri; - menyusun formula untuk menetapkan besarnya dana dekonsentrasi yang akan dialokasikan kepada provinsi, jika pemerintah pusat tidak dapat menjalankan sendiri seluruh urusan yang menjadi kewenangannya dan menetapkan sanksi atas pengalokasian dana dekonsentrasi yang tidak sesuai dengan ketentuan. - untuk program BOS yang merupakan kebijakan nasional, agar program tersebut dapat berjalan dengan baik, pendanaan untuk program tersebut sebaiknya di serahkan langsung ke daerah, baik melalui transfer pemerintah pusat ataupun skema pendanaan lainnya (conditional block grant) yang tidak membebani pemerintah daerah, tetapi juga tidak menyalahi peraturan yang telah ditetapkan. - mengkaji kembali kebijakan mengalokasikan 20% dari APBN bagi anggaran pendidikan, mengingat berkurangnya kewenangan pemerintah khususnya kewenangan Kementerian Pendidikan seiring dengan adanya pembagian urusan pemerintahan (PP Nomor 38 tahun 2007). Kajian tersebut dapat dilakukan dengan menetapkan alokasi 20% dari APBN bagi anggaran

97 pendidikan di daerah, dan dilimpahkan langsung kepada pemerintah daerah. Pelimpahan tersebut dapat dilakukan melalui skema pendanaan yang sudah ada, Dana Bagi Hasil (DBH) pendidikan, DAU, DAK ataupun membuat skema pendanaan baru dengan mempertimbangkan kondisi pendidikan di daerah. 5.3 Kelemahan penelitian dan ruang perbaikan untuk penelitian lebih lanjut Penelitian yang dilakukan ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan, baik keterbatasan dalam data yang digunakan yang hanya menggunakan data dekonsentrasi Ditjen Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2009, keterbatasan dalam pendekatan penelitian, keterbatasan pendalaman data, dimana data yang digunakan hanya data sekunder dan tidak melakukan penelitian lebih lanjut ke unit-unit kegiatan di provinsi untuk memperoleh informasi lebih dalam, maupun keterbatasan lainnya, berupa keterbatasan dana dan waktu. Diharapkan dalam penelitian pada masa yang akan datang, keterbatasan seperti tersebut di atas dapat di atasi sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alokasi dana dekonsentrasi di Indonesia.