Kata kunci: Sistem, pemecahan masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

permasalahannya Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan:

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencarian jawaban. Johnson (2002: 187) mendefinisikan berpikir adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: analisis kesalahan, perbandingan

Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lembaga pendidikan berusaha meningkatkan Sumber Daya Manusia

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

meggunakan metode penemuan. Secara umum, manfaat metode penemuan dalam proses pembelajaran matematika konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai letak dan penyebab kesalahan yang. persamaan linier dua variabel adalah sebagai berikut:

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS STRATEGI LANGKAH MUNDUR DAN BERNALAR LOGIS DALAM MENENTUKAN BILANGAN DAN NILAINYA. Landyasari Riffyanti 1), Rubono Setiawan 2)

BAB I PENDAHULUAN. matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa. diperlukannya kemampuan pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) yang semakin

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. matematika. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kurikulum yang sedang berlangsung sekarang merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

P - 51 DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FAKTORISASI BENTUK ALJABAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, ditambah

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. menuntun siswa dalam mencapai prestasi yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan

P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV UPT SD NEGERI SAMBIBULU DALAM MENYELESAIKAN SOAL SKALA

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

PROSES BERNALAR SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL-SOAL OPERASI BILANGAN DENGAN SOAL MATEMATIKA REALISTIK

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh segenap warga negara sebagai sarana untuk memecahkan. yang berteknologi maju di saat sekarang maupun yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar di setiap penyelenggaraan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

Transkripsi:

PENDEKATAN SISTEM PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Drs. Heryanto *) Abstrak Pembelajaran matematika tak terlepas dari suatu sistem yang terkait satu dengan yang lainnya. Pemecahan masalah merupakan inti dari pembelajaran matematika. Apabila perencanaan sebuah pemecahan masalah dari masalah yang diberikan telah direncanakan dengan matang, maka akan diperoleh sebuah pembelajaran yang efektif. Kesulitan peserta didik yang tampak adalah ketika sebuah masalah dalam bentuk soal cerita diberikan maka peserta didik kadang kala sulit untuk menyelesaikannya karena ketidakpahaman akan masalah yang diberikan. Kata kunci: Sistem, pemecahan masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Suatu pembelajaran dikatakan baik apabila di dalam proses pembelajaran menggunakan waktu yang cukup sekaligus dapat membuahkan hasil secara lebih tepat dan cermat serta optimal. Waktu pembelajaran yang sudah ditentukan sesuai dengan bobot materi pelajaran maupun pencapaian tujuan instruksional diharapkan dapat memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta didik. Untuk itu pendekatan mengajar yang tepat akan membuat proses belajar mengajar menjadi efektif. Salah satu kendala yang menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, atau model pembelajaran yang diterapkan kurang tepat. Salah satu pendekatan dalam mengajarkan matematika pada semua jenjang adalah pemecahan masalah. Salah satu materi matematika yang saat ini dirasakan sulit oleh siswa-siswa sekolah menengah adalah soal bentuk cerita. Dikemukakan oleh Soedjadi (1994) Tiga masalah yang menjadi hambatan atau kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika adalah soal pecahan, soal geometri, dan soal matematika yang menggunakan kata-kata. Dalam tulisannya yang lain Soedjadi (1992) mengemukakan, kesulitan soal cerita sebenarnya bukan monopoli murid dan guru di Indonesia, tetapi memang gejala umum dalam pelajaran matematika yang kurang analisis. 86 *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA.

Banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa soal-soal seperti ini merupakan soal yang sulit. Di antaranya adalah tidak ada cara yang sama untuk menyelesaikan beberapa bentuk soal cerita, terbatasnya kemampuan siswa dalam memahami soal dan lemahnya penguasaan siswa pada aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan utama untuk menyelesaikan soal bentuk cerita adalah membawa bentuk soal cerita ke bentuk model matematika. Dalam membuat model matematika, perlu dicari kaitan antara konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang berhubungan dengan soal tersebut. Dengan mengetahui hubungan konsep dan prinsip akan membantu dalam pembuatan model sehingga akan mempermudah penyelesaian soal bentuk cerita. Pada pokok bahasan persamaan kuadrat di SMP, terdapat bentuk-bentuk cerita yang penyelesaiannya menggunakan konsep persamaan kuadrat. Pada umumnya kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal ini adalah membawa bentuk cerita ke bentuk model matematika yang mengarah pada penggunaan konsep program linear. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika, sebahagian besar terletak pada pembuatan rencana penyelesaian dan pelaksanaan rencana pemecahan. Sebagian siswa masih mengerjakan soal cerita secara langsung, tanpa mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam soal bahkan kalimat matematikanya pun tidak dibuat. Apabila terjadi kesalahan dalam menyelesaikan soal itu, tidak mudah dicek kembali antara jawaban dan soalnya. PEMBAHASAN Pengertian Pendekatan Sistem Seandainya seorang siswa diminta untuk mendapatkan atau menemukan cara yang lebih baik untuk mendapatkan informasi tentang penyelesaian permasalahan dari soal yang diberikan, kira-kira dari mana siswa tersebut akan memulai? Apa yang akan siswa tersebut lakukan? Apakah siswa tersebut akan memutuskan untuk langsung bertindak dan berharap solusi yang ditawarkan merupakan solusi yang masuk akal? Bagaimana mengetahui apakah solusi yang diberikan siswa tersebut merupakan solusi yang tepat untuk suatu permasalahan yang dihadapinya? Dan apakah siswa tersebut berpikir bahwa solusi tersebut *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA. 87

merupakan solusi yang sistematis yang akan membantunya untuk membangun suatu solusi yang baik terhadap penyelesaian soal? Semua pertanyaan ini merupakan suatu proses yang sistematis dari pemecahan suatu masalah yang lebih dikenal dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu sistem yang sepenuhnya berlandaskan kepada metode pemecahan masalah (problem solving) yang lebih dikenal dengan metode berdasarkan ilmu pengetahuan (scientific method). Metode ini sudah cukup lama digunakan oleh para ilmuwan dan pelajar untuk menganalisa bentuk fenomena yang ada. Metode ini diperkenalkan oleh Aristoteles sejak zaman yunani kuno selain itu juga oleh seorang filsuf yang bernama sir Francis Bacon dan baru-baru ini oleh John Dewer pada awal tahun 1900. Berikut ini merupakan langkah-langkah dari penerapan metode berdasarkan ilmu pengetahuan (scientific method): 1. Mengenal fenomena yang terjadi 2. Memformulasikan hipotesa suatu kasus yang ada dan dampaknya terhadap fenomena tersebut. 3. Melakukan tes melalui percobaan 4. Evaluasi hasil percobaan 5. Menarik kesimpulan dari hipotesa Pendekatan sistem merupakan hasil modifikasi dari metode berdasarkan ilmu pengetahuan (scientific method). Hal ini menekankan akan proses sistematis terhadap pemecahan masalah. Suatu masalah akan ditampilkan ke dalam konteks sistem. Mempelajari suatu masalah dan memformulasikan suatu solusi merupakan suatu aktivitas pengaturan sistem yang saling berhubungan. Hal yang penting untuk disadari tentang pendekatan sistem adalah bahwa langkah-langkahnya dapat saling melengkapi satu sama lain. Aktivitas yang dibutuhkan untuk penyelesaian masalah dapat digunakan pada lebih dari satu tahapan proses. Penyelesaian aktivitas pada satu tahapan dapat memperluas kinerja yang lainnya. Kadang-kadang kita dapat mengulang kembali ke tahapan sebelumnya untuk mencoba kembali. Jadi, aktivitas dan tahapan pada pendekatan sistem dikelompokkan secara khusus menjadi sejumlah kecil langkah dari penyelesaian masalah. 88 *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA.

Pengertian Masalah Suatu kondisi atau keadaan merupakan masalah bagi seseorang apabila orang itu menyadari adanya situasi tersebut, menyadari hal itu memerlukan tindakan, menginginkan atau membutuhkan suatu tindakan dan tidak dengan segera dapat memecahkan situasi itu. Ruseffendi (1988) menyatakan suatu persoalan merupakan masalah bagi seseorang bila orang itu belum mempunyai prosedur dan algoritma tertentu untuk menyelesaikannya, tetapi harus mampu atau ada niat untuk menyelesaikannya. Suatu pertanyaan yang menantang merupakan masalah bagi seseorang, bila orang itu menerima tantangan. Dengan demikian apabila orang itu tidak menerima tantangan tersebut, maka pertanyaan itu bukan masalah baginya. Hudojo (1990) menyatakan suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah, hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa pertanyaan atau soal merupakan masalah bagi siswa, apabila siswa tersebut tidak mempunyai cara tertentu yang dapat dipergunakan segera untuk menemukan jawaban pertanyaan itu, tetapi siswa memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya Memecahkan masalah berarti mencari jalan keluar dari kesulitan yang menghambat disekitarnya untuk mencapai tujuan yang tidak dengan cepat dapat dicapainya. Hudojo (1990) mengemukakan dua macam masalah dalam matematika yaitu: (1) Masalah menemukan, dapat teoritis atau praktis atau konkrit, termasuk teka-teki. Kita harus mencari semua variabel masalah tersebut atau mengkonstruk semua jenis obyek yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah itu. Bagian utama dari masalah itu adalah apa yang dicari, data apa yang diketahui, bagaimana syaratnya. Ketiga bagian utama tersebut sebagai landasan untuk menyelesaikan masalah jenis ini. (2) Masalah untuk membuktikan yaitu menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah, tidak kedua-duanya. Kita harus menjawab pertanyaan Apakah pernyataan itu benar atau salah?. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Perencanaan Mengajarkan Pemecahan Masalah Setiap manusia dalam kehidupannya selalu akan dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan untuk *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA. 89

memecahkannya. Pentingnya mengajarkan pemecahan masalah seperti yang dikemukakan oleh Cooney (dalam Hudojo, 1980) Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan dalam kehidupan. Mengajar siswa untuk memecahkan masalah, perlu perencanaan. Secara garis besar, perencanaan itu adalah merumuskan tujuan, menentukan prasyarat, mengajarkan pemecahan masalah. Adapun garis-garis besar perencanaan dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut: (1) Merumuskan tujuan Tujuan itu hendaknya menyatakan bahwa siswa akan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang tidak rutin. Soal-soal yang serupa benar hendaknya dihindari karena soal-soal seperti itu bukan merupakan masalah bagi siswa tertentu. (2) Memerlukan pra-syarat Untuk menyelesaikan setiap masalah matematika, seorang siswa memerlukan pra-syarat pengetahuan, keterampilan dan pemahaman. Guru harus mengidentifikasi apa-apa yang sudah dipelajari siswa untuk suatu masalah, sehingga masalah-masalah yang cocok saja yang disajikan kepada siswa. Pra-syarat yang perlu dimiliki seorang siswa untuk menyelesaikan masalah adalah bahwa siswa tersebut sudah mengerti pengetahuan, prinsip, dan konsep apa yang harus dimilikinya sehingga dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. (3) Mengajarkan Pemecahan Masalah Untuk belajar memecahkan masalah, para siswa harus mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan masalah. Apabila siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik, siswa perlu mendapat penghargaan atas usaha mereka untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Bagaimana seharusnya seorang guru mempersiapkan masalah-masalah sedemikian hingga membuat siswa tertarik untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Guru seharusnya memiliki beraneka ragam masalah yang cocok sehingga bermakna bagi siswanya. Siswa dalam memecahkan masalah, harus memiliki strategi dalam pemecahan masalah. Strategi itu dapat timbul apabila guru sebagai fasilitator di dalam pembelajaran harus merancang pembelajaran dan memberikan scaffolding kepada siswa agar siswa dapat menyiapkan suatu pendekatan umum sedemikian 90 *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA.

hingga siswa tersebut dapat memilih suatu aktivitas yang produktif di dalam menemukan penyelesaian masalah. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Dalam membuat suatu rencana pemecahan masalah perlu dibuat langkahlangkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Ruseffensi (1988) mengemukakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah, antara lain (1) mengajukan masalah dalam bentuk lebih jelas, (2) mengajukan masalah-masalah dalam bentuk operasional, (3) menyusun hipotesishipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah, (4) mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya (pengumpulan data, pengolahan data dan lain-lain), (5) memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil yang diperoleh itu benar; mungkin memilih pula pemecahan yang terbaik. Soejadi mengemukakan, untuk menyelesaikan soal matematika umumnya dan terutama soal cerita, dapat ditempuh langkah-langkah berikut: (1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna kalimat, (2) memisahkan dan mengungkapkan: apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan oleh soal, membuat model matematika dari soal, menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut, mengembalikan jawaban model kepada soal asal. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah pemecahan masalah adalah: (1) Memahami masalah Memahami masalah merupakan langkah yang sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah. Tanpa memahami masalah dengan baik, maka seseorang tidak akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Untuk memahami masalah, perlu menjawab pertanyaan berikut. Hal-hal apa saja yang diketahui dan tidak diketahui, bagaimana kondisi data, apakah data tersebut sudah cukup untuk menyelesaikan masalah atau berlebihan, atau datanya bertentangan. (2) Menyusun Rencana pemecahan masalah Pada langkah ini terlebih dahulu ditentukan hubungan antar hal yang diketahui dengan hal yang tidak diketahui. Apabila hubungan tersebut tidak ditemukan, *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA. 91

dapat dicari dengan alat bantu yang lain. Selanjutnya disusun sebuah rencana pemecahan masalah, yaitu membuat model matematika dengan memperhatikan hal-hal berikut: apakah siswa pernah menemukan masalah itu sebelumnya? Apakah siswa dapat menggunakan aturan-aturan untuk menyelesaikan masalah tersebut? Untuk masalah yang lebih luas apakah dapat diselesaikan bagian demi bagian dari masalah tersebut? (3) Melaksanakan Rencana pemecahan masalah Melaksanakan rencana pemecahan masalah seperti yang telah disusun pada langkah sebelumnya. Pelaksanaan rencana pemecahan masalah dengan menyelesaikan model dengan aturan-aturan tertentu. (4) Peninjauan kembali hasil pemecahan masalah Tujuan dari langkah ini adalah untuk memeriksa langkah-langkah penyelesaian yang telah dilakukan dan menguji hasil-hasil pemecahan masalah yang telah diperoleh. Berikut ini akan diberikan contoh pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah bentuk cerita pada materi program linear. Masalah: Seorang tukang jahit mempunyai 120 m bahan wool dan 80 m bahan katun. Akan dibuat dua model pakaian seragam. Pakaian seragam model A memerlukan 3 m bahan wool dan 1 m bahan katun. Pakaian seragam model B memerlukan 2 m bahan wool dan 2 m bahan katun. Keuntungan pakaian seragam model A Rp 12.500,- dan keuntungan pakaian seragam model B Rp 10.000,-. Berapa banyak pakaian seragam model A dan pakaian seragam model B yang harus dijahit, agar penjahit mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk menyelesaikan soal di atas dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang telah diuraikan di atas. Langkah 1 : Memahami Masalah 1. Agar siswa dapat memahami masalah, maka guru menyuruh siswa untuk membaca soal cerita tersebut secara keseluruhan, untuk mengetahui seluruh isi yang terkandung dalam soal tersebut. Kemudian guru bertanya, Coba ceritakan kembali isi soal tersebut dengan kata-kata kamu sendiri!. Jika siswa masih belum mampu menceritakan isi soal tersebut, maka guru harus memberikan motivasi. Misalnya, Kamu jangan takut salah, tidak apa-apa. 92 *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA.

Jika siswa menjawab salah, maka guru memberi respon ataupun memberi scaffolding kepada siswa, hingga ada siswa yang menjawab benar. 2. Guru memberi perintah Coba kamu cermati kembali soalnya!, Apa yang dapat dijadikan pemisalan? Siswa membuat pemisalan dari soal tersebut untuk memeriksa apakah siswa benar-benar membuat pemisalan. Guru menghampiri siswa jika ada siswa yang membuat pemisalan yang salah. Guru di saat tertentu dapat memberikan bantuan dalam pemisalan. 3. Kemudian guru bertanya, Apa yang ditanya dalam soal tersebut? Harapan jawaban dari siswa adalah Berapa banyak model A dan model B yang harus dijahit, agar penjahit memperoleh keuntungan yang besar. 4. Guru bertanya, Informasi apa saja yang diberikan dalam soal tersebut? Misalnya ada siswa yang menjawab Untuk model A memerlukan 3 m bahan wool dan 1 m bahan katun dan membuat model B memerlukan 2 m bahan wool dan 2 m bahan katun. Kemudian guru bertanya kembali Adakah informasi penting lain yang belum disebutkan? Harapan jawaban dari siswa adalah Persediaan bahan wool 120 m dan persedian bahan katun 80 m. Langkah II : Menyusun Rencana Pemecahan Masalah 1. Dalam bagian ini sebaiknya guru berusaha untuk memfokuskan perhatian siswa terhadap masalah. Siswa dimotivasi agar berani mengemukakan rencana pemecahan masalah, jika perlu dengan bantuan guru. Guru memerintahkan siswa Sekarang buatlah model matematika dari apa yang diketahui! Jika siswa masih mengalami kesulitan guru boleh menuntun. 2. Guru memerintahkan siswa Coba kamu buat model matematikanya, dengan menggabungkan hal yang diketahui dengan hal yang ditanyakan! Jika siswa masih mengalami kesulitan, guru dapat mengarahkan siswa dengan membuat tabel sebagai berikut, sambil mengajak siswa untuk memperhatikannya Bahan Model A Model B Persediaan Wool 3 m 2 m 120 m Katun 1 m 2 m 80 m Banyaknya X Y Kemudian guru kembali mengarahkan: Coba dipikirkan bagaimana membuat model matematikanya! Jika masih ada siswa yang belum bisa membuatnya, maka guru mengajak siswa untuk memperhatikan tabel yang telah dibuat. Hal itu *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA. 93

dilakukan terus-menerus hingga siswa dapat menyebutkan Bahan wool yang diperlukan untuk membuat model A dan model B sebanyak (3x + 2y) meter. Bahan katun yang diperlukan untuk membuat model A dan model B sebanyak (x + 2y) meter. Kemudian guru mengingatkan siswa mengenai sistem pertidaksamaan linear dua variabel, bagaimana bentuknya? Jika siswa masih mengalami kesulitan tidak ada salahnya guru memberikan motivasi maupun scaffolding. Harapan jawaban dari siswa adalah Model matematika untuk soal tersebut adalah 3x + 2y 120 dan x + 2y 80. Guru memberikan arahan sebagai berikut Karena tidak mungkin dibuat pakaian seragam yang banyaknya negatif dan tidak boleh dalam bentuk pecahan, maka x dan y harus memenuhi pertidaksamaan x 0 dan y 0. Sehingga akhir dari langkah ini adalah siswa dapat menyebutkan model matematika dari permasalahan tersebut adalah 3x + 2y 120 x + 2y 80 x 0 y 0, x dan y anggota bilangan bulat non negatif Langkah III : Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah 1. Guru berkata Coba selesaikan model matematika yang telah kamu buat!, jika siswa mengalami kesulitan, guru boleh mengingatkan kembali cara menyelesaikan pertidaksamaan linear dua variabel dengan metode penyelesaian yang ada, misalnya metode eliminasi atau metode substitusi. 2. Adapun hasil yang diharapkan dari penyelesaian sistem pertidaksamaan linear tersebut adalah x = 20 dan y = 30. berarti kesimpulan dari yang diperoleh adalah Agar penjahit memperoleh keuntungan yang maksimal, maka penjahit tersebut harus menjahit model A sebanyak 20 buah dan model B sebanyak 30 buah. Langkah IV : Peninjauan Kembali Hasil Pemecahan Masalah Dalam hal ini guru harus memberitahukan bahwa hasil yang diperoleh harus dikembalikan pada permasalahan apa yang ditanyakan dalam soal. Artinya hasil yang diperoleh harus memenuhi sistem pertidaksamaan linear 3x + 2y 120 dan x + 2y 80. Peninjauan hasil dapat dilakukan dengan mensubstitusikan hasil yang diperoleh ke dalam sistem pertidaksamaan 3x + 2y 120 dan x + 2y 80. 94 *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA.

PENUTUP Langkah-langkah pemecahan masalah dapat merupakan prosedur untuk menyelesaikan soal bentuk cerita pokok bahasan program linear, adapun langkahlangkah untuk menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut: 1. Tahap pertama yaitu memahami masalah, memahami informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan soal. Siswa dapat menentukan/menemukan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan langkah berikutnya. 2. Tahap kedua yaitu merencanakan pemecahan masalah, kegiatan yang akan dilakukan adalah membuat model matematika dari permasalahan. 3. Tahap ketiga yaitu melaksanakan rencana pemecahan masalah, siswa menyelesaikan model-model matematika yang diperoleh dengan menggunakan konsep, prinsip yang terdapat dalam skemata siswa. 4. Tahap keempat yaitu Meninjau kembali hasil pemecahan masalah. Hal ini dilakukan dengan menguji kembali hasil-hasil yang diperoleh dengan mengembalikan jawaban model ke dalam soal yang diberikan. DAFTAR BACAAN Arends, R. I., Wenitzky, N.E., & Tannenboum, M. D. (2001). Exploring Teaching: An Introduction to Education. New York, McGraw-Hill Companies, Inc. Hudojo 1979, Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas, Usaha Nasional, Surabaya ----------- 1990, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika dan Pembelajaran Matematika, IKIP Malang, Malang Ruseffendi, E.T, 1988, Materi Pokok Pendidikan Matematika 3, Proyek Pendidikan Tenaga Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta Soedjadi 1992, Pokok-pokok Pikiran Tentang Orientasi Masa Depan Matematika Sekolah di Indonesia, Media Pendidikan Matematika No. 2 tahun 1992, IKIP Surabaya, Surabaya ----------- 1994, Memantapkan Matematika Sekolah sebagai Wawasan Pendidikan dan Pembudayaan Penalaran, Media Pendidikan Matematika No. 4 Th.3, IKIP Surabaya, Surabaya Soekamto, Toeti 1993, Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional, Intermedia, Jakarta *) Drs. Heryanto adalah Dosen Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Karo Kabanjahe Jurusan Matematika FKIP UKA. 95