BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lain (Jawetz dkk., 2013). Infeksi yang dapat disebabkan oleh S. aureus antara lain

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. banyak 2-3 kali lipat dibandingkan dengan negara maju (Simadibrata &

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. diare. Infeksi enteric yang disebabkan oleh bakteri E.coli dapat terjadi pada usus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa minyak atsiri dari daun cengkeh yang diperoleh dengan destilasi alat Stahl mempunyai aktivitas terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia. Infeksi adalah multiplikasi bakteri yang merupakan bagian flora normal dari saluran gastrointestinal, kulit, dan lain-lain (Jawetz dkk., 2001). Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, tetapi hanya dapat dilihat oleh bantuan mikroskop. Contohnya, beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia, seperti infeksi pada saluran kemih, infeksi meningitis pada neonatus, dan infeksi intestin (gastroenteritis) (Radji, 2011). Pengatasan penyakit infeksi telah dilakukan terutama dengan penggunaan disinfektan dan berbagai macam antibiotik (Kuswandi dkk., 2001). Golongan fluorokuinolon merupakan antibiotik yang efektif untuk infeksi saluran kemih dan untuk diare bakteri yang disebabkan oleh Shigella, Salmonella, E. coli toksigenik atau Campylobacter (Katzung, 2004). Salah satu golongan fluorokuinolon adalah siprofloksasin yang aktif terhadap Gram positif dan Gram negatif. Siprofloksasin terutama aktif terhadap Gram negatif dan hanya memiliki aktivitas yang sedang terhadap bakteri Gram positif (BPOM, 2008). Penggunaan antibiotik perlu dipertimbangkan karena adanya angka kejadian resistensi yang semakin meningkat. Pada pasien infeksi saluran kemih yang menjalani rawat inap di salah satu RSUD di Yogyakarta, siprofloksasin merupakan antibiotik alternatif yang direkomendasikan apabila kombinasi SXT- TMP (sulfametoksazol-trimetoprim) tidak dapat digunakan karena alasan resistensi. Resistensi E. coli terhadap siprofloksasin dilaporkan kurang dari 3%. Beberapa ahli mendukung penggunaan siprofloksasin sebagai alternatif, dan dalam beberapa kasus sebagai lini pertama, untuk pengobatan ISK (infeksi saluran kemih) tanpa komplikasi. Meskipun efikasi turunan kuinolon sama dengan SXT- 1

2 TMP, IDSA (infectious disease society of America) tidak merekomendasikan turunan kuinolon sebagai lini pertama karena alasan resistensi dan juga untuk menjaga efektivitasnya pada pengobatan ISK dengan komplikasi (Saepudin dkk., 2006). Resistensi Escherichia coli terhadap antibiotik juga ditemukan pada pasien yang dirawat di ruang intensif RSUP Dr. Karyadi Semarang. Resistensi Escherichia coli terhadap kloramfenikol sebesar 45,5%, siprofloksasin 50%, dan tetrasiklin 57% (Setiawan, 2010). Adanya penelitian tentang uji aktivitas antibakteri terus berkembang dengan adanya kasus resistensi antibiotik, untuk mendapatkan obat yang paling efektif yang dapat melawan pertumbuhan bakteri. Salah satu obat yang efektif untuk melawan pertumbuhan bakteri diperoleh dari tanaman. Tanaman cengkeh telah banyak dikenal dan dikembangkan di Indonesia, namun khasiat bunganya sebagai bahan obat mungkin belum banyak yang mengenal. Tanaman ini termasuk familia Myrtaceae (Kartasapoetra, 2004). Cengkeh adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Bagian tanaman yang digunakan untuk ramuan tradisional adalah kuncup bunga (Maryani dan Suharmiati, 2004). Beberapa penelitian tentang bunga cengkeh telah dilakukan untuk mengetahui potensi antibakteri bunga cengkeh. Salah satu metode yang digunakan adalah difusi, yaitu metode dengan mengukur diameter zona hambatan untuk mengetahui kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji (Jawetz dkk., 2005). Hasil penelitian Maidment et al. (2006) menunjukkan bahwa diameter zona hambat rata-rata ekstrak etanol bunga cengkeh terhadap Staphylococcus albus sebesar 4,2 ± 1,4 mm, Escherichia coli sebesar 2,8 ± 2,0 mm, dan Saccharomyces cerevisiae sebesar 1,2 ± 0,6 mm dengan metode disc-diffusion. Adwan dan Mhanna (2008) mengungkapkan bahwa efikasi antimikroba dapat ditingkatkan dengan cara mengkombinasikannya dengan ekstrak tanaman. Kombinasi ekstrak Syzygium aromaticum (kuncup bunga) dengan enrofloksasin mempunyai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) sebesar > 32 mg/l terhadap Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA) dan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan MIC sebesar > 64 mg/l. Hasil penelitian

3 Ahmed et al. (2010) menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak batang Salvadora persica dengan tetrasiklin memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan efek yang sinergis. Diameter zona hambat yang dihasilkan untuk tetrasiklin sebesar 23 mm, ekstrak batang Salvadora persica sebesar 18 mm dan kombinasi keduanya sebesar 31,5 mm. Berdasarkan penelitian tersebut, bunga cengkeh dan siprofloksasin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, maka dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak etanol bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dan siprofloksasin terhadap Escherichia coli dan Escherichia coli multiresisten. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah kombinasi ekstrak etanol bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dan antibiotik siprofloksasin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Escherichia coli multiresisten? 2. Apakah kombinasi ekstrak etanol bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dan antibiotik siprofloksasin mempunyai efek sinergis terhadap Escherichia coli dan Escherichia coli multiresisten? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak etanol bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dan antibiotik siprofloksasin terhadap Escherichia coli dan Escherichia coli multiresisten. 2. Mengetahui efek kombinasi ekstrak etanol bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dan antibiotik siprofloksasin terhadap Escherichia coli dan Escherichia coli multiresisten.

4 D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) a. Sistematika Klasifikasi tanaman cengkeh dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Rosidae Bangsa/ordo : Myrtales Famili/suku : Myrtaceae Spesies : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry (Syamsudin dan Hutapea, 1991) b. Nama Daerah Tanaman Cengkeh Tanaman cengkeh mempunyai nama yang berbeda-beda pada masingmasing daerah. Misalnya, bunga lawang, singke, bunga lasang, cengkeh, cengkih (Sumatera); cengkeh, cengke (Jawa); cengkeh, wunga lawang, cengke, singke, pelasenge, sengke (Nusa Tenggara); bang rawan, single, bulangawang, hungolawa (Sulawesi); dan bunglawa, buwalawa, gomede (Maluku) (Maryati dan Suharmiati, 2004). c. Kandungan Kimia Kandungan zat-zat pada kuncup-kuncup bunga ataupun bunganya yaitu: 1) Minyak atsiri sekitar 16% sampai 20% yang mengandung pula eugenol sekitar 80% sampai 82%, asetilegenol, kariofilin, furfural, metal amil keton, dan vanilin. 2) Kariofilen yaitu zat serupa damar sekitar 6% 3) Zat penyamak sekitar 17%, gom sekitar 13%, serat 28%, dan air sekitar 18% (Kartasapoetra, 2004). d. Khasiat Minyak atsiri bersifat sebagai antibakteri dan banyak digunakan sebagai pereda rasa sakit gigi serta penggunaan untuk inflamasi mukosa membran mulut, kerongkongan, atau tenggorokan. Pada pengobatan sakit gigi, biasanya cengkeh

5 digunakan sebagai pereda rasa sakit yang topikal. Cengkeh berkhasiat menghilangkan rasa sakit (analgesik) terutama sakit gigi, memberi aroma (korigen odoris), menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik), dan mengobati kejang perut (Maryani dan Suharmiati, 2004). Pada umumnya, tanaman cengkeh yang diproduksi adalah minyak cengkehnya, karena mengandung bahan aktif yang digunakan sebagai antioksidan, antifungi, antiviral, antimikrobia, antidiabetes, dan antiinflamasi (Milind and Deepa, 2011). 2. Escherichia coli Bakteri adalah sel prokariotik yang khas dan uniseluler. Sel berisi massa sitoplasma dan inti yang tidak memiliki membran inti (Pelczar dan Chan, 2007). Bakteri bertumbuh berarti jumlah bakteri tersebut bertambah dan berakumulasi sebagai koloni yang merupakan populasi yang terdiri atas miliaran sel. Koloni bakteri dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan mikroskop (Radji, 2011). Bakteri Escherichia coli bersifat sensitif terhadap ekstrak etanol Syzygium aromaticum (Khan et al., 2009). a. Sitematika Sistematika dari Escherichia coli adalah sebagai berikut : Kingdom : Prokaryotae Divisi : Gracilicutes Klass : Scotobacteria Ordo : Eubacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli (Jawetz dkk., 2001) b. Morfologi Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini merupakan bakteri Gram-negatif, berbentuk batang pendek (kokobasil), mempunyai flagel, berukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm dan mempunyai simpai.

6 Escherichia coli tumbuh dengan baik di hampir semua media perbenihan, dapat meragi laktosa, dan dapat bersifat mikroaerofilik (Radji, 2011). c. Habitat dan kondisi pertumbuhan Escherichia coli dapat tumbuh pada berbagai kondisi. Pada umumnya, Escherichia coli hidup di dalam saluran pencernaan manusia sebagai flora normal. Escherichia coli seperti Gram negatif lainnya dapat mensintesis semua asam amino yang dibutuhkan (Jawetz dkk., 2005). d. Patogenesis Beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia, seperti infeksi pada saluran kemih, infeksi meningitis pada neonatus, dan infeksi intestin (gastroenteritis). Infeksi Escherichia coli sering kali berupa diare yang disertai darah, kejang perut, demam, dan terkadang dapat menyebabkan gangguan pada ginjal. Infeksi Escherichia coli pada beberapa penderita, anak-anak di bawah 5 tahun, dan orang tua dapat menimbulkan komplikasi yang disebut dengan sindrom uremik hemolitik. Sekitar 2-7% infeksi Escherichia coli menimbulkan komplikasi (Radji, 2011). 3. Antibiotik Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Prinsip penetapan kadar antibiotik dalam sediaan obat adalah membandingkan dosis larutan sediaan uji terhadap dosis larutan baku pembanding yang menghasilkan derajat hambatan yang sama pada mikroorganisme uji (Radji, 2011). Salah satu antibiotik yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri adalah siprofloksasin yang merupakan golongan kuinolon yang bekerja melalui hambatan sintesis asam nukleat. Siprofloksasin mempunyai subtituen 6-fluoro yang sangat memperkuat potensi antibakteri melawan organisme Gram positif dan terutama Gram negatif, termasuk E. coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella, dan Campylobacter. Siprofloksasin diabsorbsi dengan baik secara oral dan dapat diberikan secara intravena. Siprofloksasin dieliminasi oleh ginjal

7 dan sebagian besar dieliminasi dalam bentuk yang tidak berubah. Efek samping jarang terjadi, tetapi meliputi mual, muntah, ruam-ruam, pusing dan sakit kepala. Konvulsi dapat terjadi karena kuinolon merupakan antagonis asam γ aminobutirat (GABA) (Neal, 2005). Siprofloksasin (Cyrocin) 250 mg dan 500 mg tablet mempunyai potensi yang sama dengan siprofloksasin murni dengan standar disk siprofloksasin sebesar 5 µg (Mughal et al., 2009). 4. Resistensi terhadap antimikrobia Ada beberapa perbedaan mekanisme resistensi pada mikroorganisme terhadap obat: a. Mikroorganisme menghasilkan enzim dan merusak obat yang aktif. Bakteri Gram negatif resisten terhadap kloramfenikol jika bakteri Gram negatif menghasilkan asetilase kloramfenikol (chloramphenicol acetylase). b. Mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap obat. Resistensi terhadap amikasin dan aminoglikosida lain mungkin tergantung rendahnya permeabilitas terhadap obat, karena perubahan membran sebelah luar yang menghalangi transpor aktif ke dalam sel. c. Mikroorganisme mengubah struktur target untuk obat. Resistensi terhadap beberapa penisilin dan sefalosporin merupakan akibat berubah atau hilangnya Penicillin Binding Protein (PBP). Resistensi penisilin dan Streptococcus pneumoniae dan enterococcus adalah akibat perubahan PBP. d. Mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme baru yang menghindari jalur yang biasa dihambat oleh obat. Misalnya, beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak membutuhkan asam p-aminobenzoat (PABA) ekstraseluler tapi seperti sel mamalia, dapat menggunakan asam folat. e. Mikroorganisme dapat mengembangkan enzim baru yang masih dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi sedikit dipengaruhi oleh obat. Misalnya, penghambatan enzim dihidrofolat reduktase pada bakteri yang resisten terhadap trimetoprim lebih kecil daripada bakteri yang peka terhadap trimetoprim (Jawetz dkk., 2001).

8 E. Landasan Teori Cengkeh mengandung minyak atsiri, kariofilen, dan zat penyamak. Minyak atsiri pada cengkeh berhasiat sebagai antibakteri (Kartasapoetra, 2004 ). Kim et al. (2011) melaporkan aktivitas antibakteri ekstrak cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap Escherichia coli O157:H7 dengan tiga konsentrasi yaitu sebesar 1%, 5%, dan 10% menggunakan metode difusi. Pada konsentrasi 1% didapatkan hasil yang tidak signifikan, sedangkan pada konsentrasi 5% dan 10% didapatkan hasil yang signifikan dengan diameter zona hambat sebesar > 8,0 mm terhadap Escherichia coli O157:H7 dengan diameter disk 8 mm. Hasil penelitian Maidment et al. (2006) menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga cengkeh mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus albus (MIC 31,3 µg cm -3 ), Escherichia coli (MIC 7,8 µg cm -3 ), dan Saccharomyces cerevisiae (MIC 15,6 µg cm -3 ). Khan et al. (2009) mengungkapkan aktivitas antimikroba ekstrak tanaman herbal terhadap bakteri dan fungi. Salah satunya yaitu ekstrak etanol Syzygium aromaticum didapatkan diameter zona hambat sebesar 16-25 mm terhadap E. coli. Sedangkan diameter zona hambat antibiotik siprofloksasin terhadap E. coli [ATCC # 25922] sebesar ± 35 mm (Mughal et al., 2009). Ahmed et al. (2010) mengungkapkan efikasi antibakteri kombinasi antibiotik dan ekstrak batang dan daun salvadora terhadap Staphylococcus aureus. Hasil dari penelitian ini ditunjukkan dengan didapatkannya zona hambat tetrasiklin tunggal sebesar 23 mm, ekstrak batang salvadora sebesar 18 mm, ekstrak daun salvadora sebesar 10, 5 mm, kombinasi tetrasiklin dan ekstrak batang salvadora sebesar 31,5 mm, dan kombinasi tetrasiklin dan ekstrak daun salvadora sebesar 30 mm. Kombinasi tersebut mempunyai efek sinergis. F. Hipotesis Kombinasi ekstrak etanol bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dan siprofloksasin mempunyai aktivitas antibakteri dengan efek yang sinergis terhadap bakteri Escherichia coli dan Escherichia coli multiresisten.