17 BAB IV Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek 4.1 Unit Kerja Kerja Praktek Network NOC Provisioning Project Admin and Monitoring Partnership Preventive Maintenance & Competence Gambar 4.1. Struktur organisasi team Network Jasnikom 4.1.1 Admin and Monitoring Admin and monitoring bertugas untuk memantau berkas tender dan laporan performance bulanan, serta membantu team teknis untuk menyelesaikan laporan day report jika ada aktifitas pekerjaan diluar kota.
18 4.1.2 Partnership Dalam pengertiannya partnership adalah salah satu bentuk kerjasama kemitraan yang ditawarkan antara kedua atau lebih perusahaan. Sesuai dengan pengertian tersebut, partnership di Jasnikom menjalin hubungan (relationship) antar operator dalam dan luar negri. Untuk bagian partnership ini menangani kerjasama antar operator untuk bekerjasama dengan Jasnikom yang berada di luar negri maupun dalam negri. Sebagai contoh Jasnikom menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan di Singapura. 4.1.3 Preventive Maintenance and Competence Preventive maintenance dapat dikatakan suatu pengamatan secara sistematik serta menganalisis teknis-ekonomis untuk menjamin fungsi dari suatu peralatan yang digunakan. Tujuannya untuk memperoleh kualitas produk yang optimu. Pada bagian maintenance ini mempunyai tugas dalam pengecekan peralatan yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas baik. Preventive maintenance and competence ini juga menangani karyawan baru serta praktik kerja yang akan bergabung dengan Jasnikom. 4.2 Uraian Kerja Praktek 1. Minggu ke 1 sampai ke 4 Karena penulis sedang bekerja di perusahaan ini, penulis langsung mengerjakan pekerjaan monitoring sambil menunggu jadwal instalasi VSAT. 2. Minggu ke 4 sampai 8 Penulis melakukan instalasi VSAT, selain instalasi penulis juga mengerjakan bidang document untuk planning migration pada bagian Sumatra menggunakan aplikasi NMS (Network Monitoring System).
19 Mengecek endpoint pada setiap path untuk destination tertentu yang akan dituju serta pengecekan alarm mana saja yang masih disabled agar dapat ditindak lanjuti. 4.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek Berikut ini hasil dari pembahasan dan langkah langkah dalam menginstal antenna VSAT. 4.3.1 Instalasi Konektor Tipe Ampemol RG-8 Konektor merupakan pengubung antara kabel yang digunakan sebagai media transmisi dengan komponen dimana kabel tersebut akan dihubungkan, misalnya ke komputer atau peralatan jaringan lainnya. Gambar 4.2. Konektor N-Male Type Amphenol RG-8 Langkah-langkah pemasangan sebagai berikut: 1. Memasukkan mur, cincin logam dan karet ke dalam kabel lalu potong jaket kabel sekitar 0,4cm. 2. Menyisir jalinan kabel serabut dan rapikan keatas 3. Menarik kabel serabut meruncing ke pusat inner lalu masukkan besi penjepit ke jalinan kabel dan dorong menuju karet. permukaan besi penjepit di kikir terlebih dahulu sehingga solderan mudah menempel.
20 4. Melipat kabel serabut kebelakang dan potong sejajar dengan bagian belakang besi penjepit. Solder kabel serabut ke besi penjepit dilanjutkan dengan penyolderan konektor inner ke besi induktor kabel. Besi induktor dikikir terlebih dahulu supaya timah solderan mudah menempel dan Bersihkan sisa-sisa timah hasil solder sehingga tidak terjadi short. 5. Masukkan plug body kedalam inner lalu kencangkan. Pastikan inner terpasang dengan kuat dan tidak miring. Ujung inner sejajar dengan permukaan plug body. Tekan ibu jari kearah permukaan konektor, akan muncul bekas lingkaran dan titik pada pusat lingkaran jika konektor sejajar dengan permukaan plug body. 4.3.2 Instalasi Antenna 1.8m Prodelin Berikut langkah langkah dalam penginstalan dan perakitan Antena VSAT 1. Membuat pondasi ukuran 2.5m x 2.5m dengan tebal 20 cm. Tinggi pondasi 10cm di atas permukaan tanah dan 10cm di bawah permukaan tanah. Pembuatan tinggi pondasi dan material pondasi tergantung jenis tanah dilokasi. 2. Merakit bagian dasar antenna, yaitu boom/tiang antenna beserta keempat kaki pedestal 3. Mengatur level pedestal untuk mendapatkan posisi boom/tiang yang tegak lurus dengan bantuan waterpass. 4. Memasang Canister, tuas azimut dan tuas elevasi pada boom/tiang antenna. 5. Memasang back frame dish (landasan dish) pada canister. 6. Memasang dish antena pada landasan dish. 7. Memasang feed support untuk feedhorn. 8. Memasang feedhorn pada feed support. 9. Memasang LNB dan BUC pada feedhorn. 10. Melakukan pointing antena ke arah satelit yang digunakan.
21 Catatan: Pemasangan antenna dengan system Single Pole Boom poin a dan b diabaikan. Pemasangan boom/tiang dengan cara : 1. Membuat lubang boom/tiang dengan ukuran lebar 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 60-80 cm. 2. Melakukan pengecoran boom/tiang pada lubang yang dibuat dengan tinggi boom 1.5 m dari permukaan tanah. Bagian bawah boom menggunakan cakar ayam untuk memperkuat pemasangan boom. 3. Membentuk pengecoran ini yang umum digunakan pada tanah dengan kekerasan normal, desain cor, dan tinggi boom/tiang disesuaikan pada jenis tanah. Sebagai contoh daerah dengan tanah pasir dan gambut menggunakan landasan dari kayu ulin yang keras itu, yaitu dengan cara membuat platform dari ulin kemudian boom/tiang bagian bawah dilaskan plat ukuran 40 cm x 40 cm tebal minimal 5 mm. Empat sudut plat dibor kemudian dipasangkan ke landasan ulin dengan baut. 4.3.3 Instalasi dan Konfigurasi Modem Paradise Langkah selanjutnya agar antenna VSAT dapat bekerja adalah instalasi dan konfigurasi modem. Modem yang saya gunakan untuk instalasi adalah modem merk Paradise PD10L. Langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Melakukan Setting IP management pada modem manual, tekan main pada modem, edit, unit, M&C, Ip address dan isi IP nya sesuai plan diawal yaitu 192.168.0.60 dan subnet mask 255.255.255.0. 2. Mengkoneksikan laptop dan modem menggunakan kabel LAN dan seting IP pada laptop dengan satu segmen IP. Dengan Command Prompt lakukan Ping ke perangkat modem paradise mempergunakan Command : ping 192.168.0.60 (seperti contoh di bawah)
22 Gambar 4.3. Tes ping 3. Setelah ping berhasil. Lalu buka browser pada laptop seperti mozila firefox atau google chrome, akses alamat ip modem tersebut, jika meminta username isikan admin, dan password paradise, maka akan muncul tampilan: Gambar 4.4. Tampilan awal modem paradise 4. Masuk ke menu edit dan isikan data sesuai perhitungan link budget yang mengacu pada permintaan information rate dari customer
23 Gambar 4.5. Menu edit tx rx pada modem paradise Gambar 2.3. Menu edit BUC LNB pada modem Paradise 5. Selanjutnya masuk kemenu Home lagi untuk melakukan pointing, saat pointing perhatikan parameter EbNo, semakin tinggi semakin baik. Saat pointing perhatikan arah azimuth dan elevasi sebuah antenna kearah satelit. Seorang teknisi dapat mengetahui posisi longitude dan latitude dari lokasi instalasi dengan menggunakan aplikasi satfinder
24 atau dari website www.satbeam.com. Dengan aplikasi tersebut teknisi juga dapat mengetahui posisi longitude dan latitude dari satelit yang digunakan. Berikut adalah tampilan dari satfinder. Gambar 4.6. Mencari longitude dan latitude menggunakan satbeam 6. Antena Pointing dan Crosspole Pointing adalah mengarahkan antenna dari lokasi penginstallan ke arah satelit komunikasi yang digunakan. Pengarahan tersebut melibatkan 3 hal yaitu sudut elevasi, sudut azimuth dan polarisasi feedhorn. Setelah teknisi melakukan pointing dan hasilnya Maksimal, Hasil maksimal (range : diatas 7db) dapat dilihat pada menu modem paradise. Crospole adalah proses untuk mengidentifikasi bahwa sebuah antenna bekerja pada polarisasi vertical atau horizontal agar tidak terjadi interferensi dari antenna lain yang menggunakan transponder berbeda pada satelit yang sama. untuk melakukan crosspole hubungi NOC Jasnikom agar diberikan nilai frekuensi carrier pada antenna remote. Setelah NOC menyatakan bahwa Remote tersebut sudah dipancarkan carrier-nya, langsung koordinasi dengan operator di HUB pengendali satelit (misalnya : Telkom Cibinong), operator tersebut akan memonitor carier yang ditransmitkan ke arah satelit dan meminta teknisi untuk menggerakan (memutar) Feedhorn antena. Arah (sudut) feedhorn pada antena parabola ini lah yang menentukan apakah sebuah antena bekerja pada polarisasi vertikal atau horizontal. Nilai cross pole akan dihitung oleh operator satelit dengan membandingkan carier utama pada transponder kerja dengan bocoran
25 yang keluar di transponder polarisasi sebaliknya, makin tinggi nilai cross pole maka makin bagus pointing antena karena tidak mengganggu transponder reuse disisi polarisasi lainnya. 7. Tes ping ke HUB Setelah Crosspole berhasil dan remote sudah di normalkan kembali, lalu melakukan ping ke salah satu IP yang berada di pusat HUB / Jakarta. Gambar 4.7. Ping ke alamat IP di Jakarta 8. Mengkoneksikan port data serial Setelah itu cek pada system monitoring PRTG untuk melihat grafik pada output port serial modem VSAT Gambar 4.8. Sistem PRTG monitoring port serial customer
26 data. Lalu cek full parameter jika sudah selesai semua untuk mengambil capture Gambar 4.9. Display semua parameter setelah selesai instalasi