BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB III METODE PENELITIAN

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sintesis Nano-Komposit Hidroksiapatit/Kitosan (nha/cs)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Ekstraksi Kolagen Kulit Ikan Lele Sangkuriang. Langkah awal dalam proses ekstraksi kolagen dari kulit ikan Lele

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

4. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik,

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

WULAN NOVIANA ( )

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

4. Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004).

4. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

4 Hasil dan pembahasan

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

4. Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

Transkripsi:

37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari dan 15 hari. Keempat sampel yang telah dibuat dengan lama waktu perendaman berbeda selanjutnya dilakukan karakterisasi dengan beberapa uji. Pengujian kimia fisis menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus-gugus karakteristik dalam sampel komposit gelatin-hidroksiapatit. Pengujian kristalinitas menggunakan XRD dengan melihat puncak-puncak kristal. Pengujian struktur permukaan, ukuran pori dan komposisi unsur dari sampel komposit gelatinhidroksiapatit menggunakan SEM EDX. Pengujian sitotoksisitas dilakukan menggunakan uji MTT assay. Hasil sintesis dan pengujian keempat sampel adalah sebagai berikut. 4.1 HASIL SINTESIS Pembuatan komposit hidroksiapatit-gelatin dengan proses freeze drying dan crosslinking menggunakan larutan glutaraldehid 0,5%. Gelatin dengan sebanyak 5 gram distirer dengan suhu 40º C selama 2 jam. Waktu stirer lebih lama dibandingkan dengan referensi hal ini dikarenakan pada referensi gelatin dalam bentuk bubuk, sedangkan pada penelitian ini menggunakan gelatin berbentuk granule. Hal tersesebut menyebabkan larutan gelatin yang homogen memerlukan waktu yang lebih lama. Hidroksiapatit sebanyak 1,5 gram dimasukkan dan distirer selama 5 jam sesuai dengan referensi.

Selanjutnya dilakukan proses freeze drying kemudian crosslinking dalam larutan glutaraldehid 0,5% selama 24 jam. Sampel komposit kemudian dicuci dengan PBS dan dilakukan proses freeze drying lagi sehingga menghasilkan sampel yang berbentuk seperti sponge. Sebelum direndam di dalam larutan glutaraldehid 0,5 %, sampel komposit hidroksiapatit-gelatin berwarna putih namun setelah dilakukan crosslinking sampel komposit hidroksiapatit-gelatin berubah warna menjadi kuning kecoklatan akibat pengaruh glutaraldehid. Sampel ini secara fisik kenyal seperti karet. Sampel apabila diberi beban atau tekanan akan rata. Gambar 4.1. Komposit Hidroksiapatit-Gelatin 4.2 HASIL KARAKTERISASI 4.2.1 Karakterisasi Gugus Fungsi dengan Uji FTIR Uji FTIR digunakan untuk mengetahui struktur molekul yang terbentuk dalam sampel. Hasil FTIR komposit dengan waktu perendaman 0 hari sampai 15 hari digambarkan dalam grafik spektrum dengan sumbu x sebagai wavenumber (cm-1) dan sumbu y sebagai besarnya nilai % transmitan. Spektrum FTIR sampel ditunjukkan pada Gambar 4.2 sampai Gambar 4.8. 49

Gambar 4.2. Hasil pengujian FTIR dari Gelatin Spektra infra merah (Gambar 4.2) di atas menunjukkan adanya pita serapan yang kuat pada bilangan gelombang 3445,12 cm -1 yang merupakan regangan dari gugus fungsi NH. Bending dan streaching CH ditunjukkan pada daerah 3000-2800 cm -1 ditunjukkan oleh bilangan gelombang 2926,25 cm -1. Pada bilangan gelombang 2341,86 dengan serapan sedang, diduga sebagai akibat vibrasi dari regangan N-H dari amina primer. Serapan lemah pada bilangan gelombang 1644,60 cm -1 sebagai akibat dari vibrasi tekuk N-H amina primer. Regangan C O dari alkohol sekunder memberikan serapan kuat pada bilangan gelombang 1080,30 cm -1, dengan diikuti oleh serapan pada bilangan gelombang 669,09 cm -1 sebagai akibat dari tekukan O H keluar bidang.

Gambar 4.3 Hasil pengujian FTIR dari Hidroksiapatit Spektra FTIR hidroksiapatit memiliki pita serapan fosfat (PO 4 ) pada bilangan gelombang 473,56 cm -1, 571,05 cm -1, 602,44 cm -1, 632,18 cm -1 dan 1090,49 cm -1, pita serapan substitusi karbonat (CO 2-3 ) pada bilangan gelombang 1458,39 cm -1, pita serapan OH - pada bilangan gelombang 3571,70 cm -1. NH Streaching OH NH Bending CO 3 2- PO 4

Gambar 4.4. Hasil pengujian FTIR dari sampel komposit Hidroksiapatit-Gelatin sebelum direndam NH Streaching OH NH Bending PO 4 Gambar 4.5. Hasil pengujian FTIR komposit Hidroksiapatit-Gelatin perendaman 1 hari pada SBF CO 3 2- NH Streaching OH NH Bending PO 4

Gambar 4.6. Hasil pengujian FTIR komposit Hidroksiapatit-Gelatin perendaman 7 hari pada SBF NH Streaching OH NH Bending CO 3 2- PO 4 Gambar 4.7. Hasil pengujian FTIR dari sampel komposit Hidroksiapatit-Gelatin perendaman 15 hari pada SBF Keempat sampel hidroksiapatit-gelatin yang terbentuk masih mengandung gugus fungsi khas antara hidroksiapatit dan gelatin. Tabel 4.1 menunjukkan pita serapan dari gugus fungsi yang terdapat pada keempat sampel. Namun, hasil FTIR semua sampel terbentuk gugus lain pada bilangan gelombang 2360 cm -1 yang kemungkinan adalah kontaminasi dengan udara pada saat sintesis.

Tabel 4.1. Bilangan gelombang dari gugus fungsi keempat sampel Waktu Perendaman O-H PO 4 0 hari 2360,88 1049,25 571,47 1 hari 2360,63 1049,41 569,18 7 hari 2359,77 1048,05 568,49 15 hari 2361,87 1050,88 569,06 Wavenumber (cm -1 ) N-H N-H Bending streaching 1455,73 1629,71 3432,54 CO 3 2- - 1645,80 3421,16 1456,88 1646,64 3459,33 1457,22 1637,94 3424,72 Tabel 4.2. Hasil identifikasi gugus CO 3 2- dan PO 4 Transmitansi (%) Waktu 2- CO 3 PO 4 Perendaman 1420-1470 cm -1 560-575 cm -1 1040-1090 cm -1 0 hari 73 80 58 1 hari 69-59 7 hari 41 40 24 15 hari 40 41 18 Pada Spektroskopi FTIR mengidentifikasi gugus fungsi dalam sampel yang telah direndam. Pada sampel komposit setelah perendaman selama 15 hari menunjukkan penurunan nilai transmitansi yang menandakan semakin banyaknya gugus pita absorbsi OH -, CO 3 2- dan PO 4 ditunjukkan gugus pita absorbsi pada bilangan gelombang 3424,72 cm -1, 1457,22 cm -1, sedangkan pada gugus PO 4 dua bilangan gelombang yaitu 1050,88 cm -1 dan 569,06 cm -1. 4.2.2 Karakterisasi Kristalinitas dengan Uji XRD Kristalinitas didefinisikan sebagai fraksi berat kristalinitas dalam suatu bahan. Semakin teratur susunan atom dalam bahan, semakin tinggi tingkat

kristalinitasnya. Hasil XRD pada keempat sampel menunjukkan adanya perubahan spektra puncak HA. Gambar 4.8. Kurva XRD komposit sebelum perendaman SBF Gambar 4.9. Kurva XRD komposit perendaman SBF selama 1 hari

Gambar 4.10. Kurva XRD komposit perendaman SBF selama 7 hari Gambar 4.11. Kurva XRD komposit perendaman SBF selama 15 hari Gambar 4.12. Gabungan Kurva XRD Sampel Komposit Hidroksiapatit-Gelatin

Identifikasi puncak-puncak spektrum XRD pada sampel 2 (Gambar 4.9) yang muncul pada sudut 2θ = 45.8336º dengan intensitas 85,46% merupakan puncak khas dari garam NaCl. Hal ini karena kandungan tertinggi dari larutan SBF adalah NaCl yang mencapai 40% sehingga gugus-gugus aktif pada komposit akan terlebih dahulu berikatan dengan ion Na + dan Cl - dari larutan SBF. Spektrum XRD komposit hidroksiapatit-gelatin (Gambar 4.11) yang direndam selama 15 hari menunjukkan puncak-puncak khas hidroksiapatit yang lebih banyak dan mengurangi daerah amorf karena susunan rantai menjadi lebih rapat dan teratur sehingga memperluas daerah berstruktur kristal. Derajat kristalinitas merupakan besaran yang menyatakan banyaknya kandungan kristal dalam suatu material dengan membandingkan luasan kurva kristal dengan luasan amorf dan kristal (Helly,2008). Perhitungan derajat kristalinitas menggunakan parameter FWHM (Full Width at Half Maximum). Fraksi luas kristal atau amorf dihitung dengan mengkalikan FWHM dan intensitas. Derajat kristalinitas dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Derajat Kristalinitas Komposit Hidroksiapatit-Gelatin dengan Variasi Perendaman dalam SBF Waktu Perendaman Derajat Kristalinitas 0 hari 62,02% 1 hari 64,28 % 7 hari 66,67 % 15 hari 89,75%

Variasi waktu menunjukkan derajat kristalinitas yang berbeda. Persentase derajat kristalinitas meningkat sebanding dengan lama waktu perendaman SBF. Hal ini dikarenakan perendaman dalam larutan SBF yang kaya akan ion-ion inorganik seperti pada kandungan cairan tubuh menyebabkan lingkungan komposit kaya akan ion kalsium dan menginduksi pembentukan inti apatit yang dengan bertambahnya waktu kristalinitas hidroksiapatit akan meningkat. Hal tersebut menyebabkan susunan atom dalam sampel semakin teratur sehingga semakin banyak. Bertambahnya waktu perendaman kristalinitas hidroksiapatit akan meningkat sejalan dengan rasio Ca/P yang lebih besar. Peningkatan HA juga terdeteksi dari peningkatan fraksi volume HA pada komposit hidroksiapatit-gelatin. Gelatin akan mengalami degradasi akibat sifat protein alam yang mudah terabsorbsi pada perendaman waktu dan suhu tertentu. Tabel 4.4. Fraksi Volume HA pada Komposit Hidroksiapatit-Gelatin Waktu Perendaman Fraksi Volume 0 hari 22% 1 hari 32% 7 hari 40% 15 hari 69% 4.2.3 Karakterisasi Morfologi dengan Uji SEM Pengujian dengan SEM EDX dilakukan untuk mengamati pertumbuhan kalsium fosfat di dalam pori-pori gelatin dan menganalisis komponen kimia dan rasio Ca:P. Hasil pengujian SEM yang menunjukkan struktur permukaan dari

sampel gelatin-hidroksiapatit dengan variasi lama waktu perendaman 0 hari, 1 hari, 7 hari dan 15 hari dapat dilihat pada Gambar 4.13. Hasil SEM dengan perbesaran 2000x menunjukkan semakin lama waktu perendaman didapat hasil dimana kristal-kristal hidroksiapatit menunjukkan pertumbuhan kristal apatit semakin meningkat pada permukaan gelatin. Hal tersebut karena pengaruh ion-ion SBF yang merupakan media yang menunjang pertumbuhan kristal apatit. Semakin lama maka kristal yang terbentuk semakin bagus sehingga meningkatkan kristalinitas dari hasil XRD. Komposit gelatinhidroksiapait menunjukkan kapasitas yang baik untuk membentuk kristal apatit dipermukaannya. Adanya pori akan memudahkan pertukaran ion dari material dengan larutan SBF. Pori pada graft memudahkan pembuluh darah dapat masuk ke area graft tersebut dan merangsang diferensiasi osteoblas. Graft tulang akan menstimulasi osteoblas untuk menghasilkan osteoid dan mendeposisi mineral dalam osteoid untuk membentuk tulang baru. Graft tulang akan mempercepat proses pembentukan tulang baru. Ukuran pori dapat dilihat pada Tabel 4.14. Hasil analisis SEM menunjukkan rasio Ca/P hasil dari perendaman dalam SBF semakin meningkat dengan semakin meningkatnya pula banyak ion Ca dapat dilihat melalui hasil analisis EDX pada Tabel 4.15.

(a) (b) (c) (d) Gambar 4.13. Hasil pengujian SEM dari Komposit Hidroksiapatit-Gelatin dengan variasi lama waktu perendaman (a) 0 hari, (b) 1 hari, (c) 7 hari, dan (d) 15 hari.

Tabel 4.14. Diameter pori komposit hidroksiapatit-gelatin dengan variasi waktu perendaman SBF Waktu Perendaman Diameter Pori (µm) 0 hari 170,30 1 hari 200,01 7 hari 175,80 15 hari 212,50 Tabel 4.15. Hasil SEM EDX Rasio Ca/P komposit hidroksiapatit-gelatin variasi waktu perendaman Waktu perendaman Komposisi Ca P Rasio Ca/P 0 hari 14,35 11,15 1,29 1 hari 13,28 08,93 1.49 7 hari 25.66 16,77 1.53 15 hari 25,75 13,00 1.59 Lama waktu perendaman SBF berpengaruh pada pertumbuhan mineral inorganik dan rasio Ca:P. Nilai rasio molar perbandingan Ca/P dari komposit gelatin-hidroksiapatit dengan variasi perendaman dalam SBF mengalami kenaikan dan penurunan. Kemungkinan karena setiap bagian sampel memiliki perbedaan kandungan Ca dan P, terkecuali jika sampel yang diuji homogen. Pengaruh konsentrasi kandungan ion-ion P 5+, Mg 2+, K +, dan Na + selama proses perendaman

juga mempengaruhi kadar Ca dan P. Penggunaan SBF sebagai media penumbuhan senyawa kalsium fosfat mengakibatkan fasa kristal dari senyawa kalsium fosfat yang terbentuk tidak murni hidroksiapatit karena ion-ion yang terkandung dalam SBF akan mempengaruhi kadar kalsium dan fosfat dalam hidroksiapatit sehingga perbandingan Ca/P tidak tepat 1,67 ( Firman, 2010). Peningkatan konsentrasi kalsium dikarenakan ketika sampel direndam dalam larutan SBF, terjadi pertukaran ion antara permukaan sampel dan larutan akibat dari perbedaan potensial kimia. Peningkatan kandungan Ca 2+ linier dengan semakin lama waktu perendaman karena larutan SBF yang digunakan sebagai media perendaman diganti setiap 3 hari sekali sehingga kandungan SBF tetap terjaga seperti pada keadaan dalam tubuh yang terus mendapatkan nutrisi. Hasil identifikasi EDX sampel komposit hidroksiapatit-gelatin setelah perendaman selama 15 hari (lampiran 14) memperlihatkan komposisi hasil síntesis yang didominasi oleh kalsium (Ca) hingga 25,75% massa diikuti karbon (C) 14,38% dan fosfor (P) 13%. Selain itu unsur oksigen (O) muncul hingga 26,98% dan mineral-mineral yang terdapat pada kandungan tulang yaitu Na, Mg, Cl dan C. Kehadiran mineral-mineral tersebut menjadikan kalsium fosfat dalam tulang mempunyai sifat yang kompleks. 4.2 Hasil Uji MTT assay MTT assay digunakan sebagai uji toksisitas dari sampel yang disintesis. Hasil dari uji toksisitas dibaca menggunakan ELISA Reader. Hasil pembacaan ELISA Reader dari sampel gelatin-hidroksiapatit menunjukkan bahwa sampel tidak bersifat toksik pada sel fibroblas, hal ini ditunjukkan oleh presentase sel

yang hidup masih diatas 60% ( 60%) yaitu densitas optik dari perlakuan masih mendekati densitas optik dari kontrol sel. Presentase sel hidup ditunjukkan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7. Persentase sel fibroblas dengan MTT assay Waktu Perendaman Nilai Densitas Optik (OD) % Sel hidup (OD) 0 hari 0,281 93,76% 1 hari 0,246 86,14% 7 hari 0,295 96,88% 15 hari 0,305 99,10% 100 95 % Viabilitas Sel 90 85 80 75 kontrol sel 0 hari 1 hari 7 hari 15 hari Variasi Waktu Perendaman dalam SBF Gambar 4.14. Grafik variasi pesentase komposit HA terhadap viabilitas sel Hasil uji MTT menunjukkan tidak adanya sifat toksik pada semua sampel. Sampel 0 hari yang merupakan komposit HA-gelatin sebelum perendaman bersifat tidak toksik karena memang HA dan gelatin memiliki biokompatibilitas yang baik untuk kontak dengan jaringan tulang. Sampel dengan waktu

perendaman 1 hari sampai 15 hari menunjukkan bahwa semua sampel tidak bersifat toksik pada sel fibroblas. Nilai densitas optik sampel yang semakin dekat dengan nilai densitas optik kontrol sel menunjukkan semakin banyak sel yang hidup. 4.3 PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis komposit hidroksiapatit-gelatin dengan metode freeze drying dan crosslinking menggunakan glutaraldehid 0,5%. Komposit HA-gelatin yang didapatkan kemudian direndamam dalam larutan SBF dengan variasi waktu yang bertujuan untuk menghasilkan komposit yang memiliki karakteristik yang menyerupai tulang dengan terbentuknya HA biologii sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia medis. Hasil pengujian yang meliputi uji, FTIR uji XRD, uji SEM-EDX, dan uji MTT Assay, diperoleh hasil yang cukup baik namun masih jauh dari bone graft yang ideal. Uji FTIR pada sampel hasil perendaman dalam SBF menunjukkan rendahnya transmitansi pada gugus CO 3 2- dan PO 4 yang menandakan bahwa tingginya kandungan dari kedua gugus tersebut yang merupakan gugus khas hidroksiapatit. Uji XRD menunjukkan peningkatan kristalinitas seiring dengan waktu perendaman. Sampel 4, yaitu komposit HA-gelatin yang direndam selama 15 hari menunjukkan peningkatan HA terlihat dari hasil perhitungan fraksi volume sebesar 69% dan memiliki kristalinitas yang paling tinggi yaitu 89,75%. Hasil uji SEM selanjutnya dianalisis dengan EDX untuk mengetahui komposisi HA. Hasil diambil dari salah satu titik sehingga tidak dapat dijadikan patokan sebagai rasio Ca/P keseluruhan, terkecuali jika sampel homogen. Akan

tetapi, dari analisis EDX menunjukkan bahwa semua sampel mempunyai rasio Ca/P yang belum tepat 1,67 namun masih mendekati nilai tersebut. Komposisi Ca/P yang kurang sesuai ini disebabkan karena pengaruh konsentrasi kandungan ion-ion P 5+, Mg 2+, K +, dan Na + selama proses perendaman sehingga mempengaruhi kadar Ca dan P. Morfologi yang terlihat pada sampel hasil uji SEM menunjukkan adanya pori yang berkisar antara 100-200 µm dan tampak kristal-kristal apatit yang menempel pada pori sampel. Adanya pori memudahkan pertumbuhan sel osteoblast pada sampel. Berdasarkan hasil pengujian MTT assay, didapatkan viabilitas sel tertinggi adalah pada sampel 15 hari dengan persentase 99,10%. Sementara itu, viabilitas sel sampel 1 hari merupakan yang terendah dengan persentase 86,14 %. Hasil pengujian ini tidak secara langsung menentukan bahwa suatu bahan bersifat toksik. Pendektesian efek racun dari bahan uji misalnya, tingkat pertumbuhan, proliferasi dan diferensiasi sel pada material dapat tergantung pada kontak dan penyebaran sel-sel pada permukaan bahan. Apabila sel tidak berinteraksi dengan bahan secara sempurna maka tidak akan terjadi pertumbuhan sel. Komposit hidroksiapatit-gelatin akan efektif untuk merangsang pertumbuhan sel tulang apabila terjadi interaksi dengan sel.