HUBUNGAN ANTARA PANJANG ULNA DENGAN JENIS KELAMIN DAN TINGGI BADAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

BAB IV METODE PENELITIAN

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional adalah suatu

KELENGKAPAN ADMINISTRASI STAF MEDIS KEDOKTERAN FORENSIK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG MENGHADAPI AKREDITASI RUMAH SAKIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

Hubungan Antara Lebar Panggul Dengan Jenis Kelamin dan Tinggi Badan Stephanie Renni Anindita 1, Arif Rahman Sadad 1, Tuntas Dhanardhono 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

PERBANDINGAN TINGGI BADAN MENURUT KARTU SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) TERHADAP TINGGI BADAN SEBENARNYA SEBAGAI ALAT IDENTIFIKASI ANTROPOMETRI FORENSIK

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. Analitik dengan metode Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup penelitian bidang ilmu Fisiologi.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

Setuju dalam mengikuti penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB 4 METODE PENELITIAN. dan mulut. Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta karena penambahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Biologi dan Ilmu Kesehatan Anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 HUBUNGAN ANTARA PANJANG ULNA DENGAN JENIS KELAMIN DAN TINGGI BADAN Dadan Rusmanjaya 1, R.P Uva Utomo 2, Bianti H. Machroes 2 Abstrak Jenis kelamin dan tinggi badan merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam identifikasi. Perkiraan yang paling tepat untuk pengukuran Tinggi Badan dapat dihitung dengan tulang panjang. Ulna merupakan tulang panjang yang sering digunakan untuk menentukan tinggi badan maupun jenis kelamin. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran panjang ulna untuk mengetahui adanya hubungan antara panjang ulna dan jenis kelamin dengan tinggi badan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 167 sampel (46 orang lakilaki dan 121 orang perempuan). Penentuan jenis kelamin dan pengukuran tinggi badan serta panjang ulna. Pengukuran menggunakan satu meteran dengan unit centimeter oleh 1 (satu) pemeriksa secara bergantian. Pengukuran tinggi badan dari puncak kepala (vertex) sampai ke tumit (heel) dan pengukuran panjang ulna dari proksimalolecranon sampai ujung distal processus styloideus ulna. Berdasarkan uji Pearson terdapat hubungan signifikan (p<0,05) antara panjang ulna kanan dan kiri dengan tinggi badan laki-laki dan perempuan. Berdasarkan uji spearman rho terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara panjang ulna kanan dan kiri dengan jenis kelamin. Berdasarkan backward linier regresion didapatkan empat hubungan antara panjang ulna dengan tinggi badan pada masingmasing jenis kelamin. Pada penelitian ini mencari hubungan antara panjang ulna dengan jenis kelamin dan tinggi badan didapatkan hubungan yang signifikan sehingga pada pengukuran panjang ulna dapat menentukan tinggi badan seseorang. Parameter identifikasi yang dapat digunakan yaitu jenis kelamin dan tinggi badan. Pengukuran tinggi badan berhubungan dengan panjang tulang panjang. Kata Kunci: Forensik, Forensik Antropologi, Tulang Panjang, Jenis Kelamin, Tinggi Badan Afiliasi Penulis : 1. Program Pendidikan Dokter Spesialis 1, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2. Staf Medis KSM Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr.Kariadi Semarang. Korespondensi: dr. Dadan Rusmanjaya, email Rusmanjaya.dadan@gmail.com, Telp/Hp: (024) 8413993. PENDAHULUAN Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah apabila mendapat tekanan. Seperti jaringan ikat lain, tulang terdiri atas sel-sel, serabut-serabut, dan matriks. Tulang bersifat keras oleh karena matriks ekstraselularnya mengalami kalsifikasi, dan mempunyai derajat elastisitas tertentu akibat adanya serabut-serabut organik. 1 Dapat dibedakan dua jenis tulang, yakni tulang kompakta dan tulang spongiosa. Perbedaan antara kedua jenis tulang tadi ditentukan oleh banyaknya bahan padat dan jumlah serta ukuran ruangan yang ada di dalamnya. Semua tulang memiliki kulit luar dan lapisan substansia spongiosa di sebelah dalam, kecuali apabila masa substansia spongiosa diubah menjadi cavitas medullaris (rongga sumsum). 2 Menghitung tinggi badan dengan tulang merupakan elemen penting dari ilmu forensik. Perkiraan yang paling tepat berdasarkan pada tulang panjang di ekstremitas bawah atau ekstremitas atas. Ulna adalah tulang panjang yang sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan. Sejumlah penulis telah menyelidiki estimasi tinggi badan berdasarkan pengukuran ulna dan tulang lain dari ekstremitas atas (Rao et al, 1989;. Badkur dan Nath, 1990; Mall et al, 2001.). Beberapa penulis telah memaparkan persamaan metode berdasarkan tulang panjang (Breitinger 1937; Telkkä, 1950; 83 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

Trotter dan Gleser, 1958; Muñoz et al, 2001); namun ternyata juga diketahui bahwa rumus yang berlaku untuk satu populasi tidak selalu memberikan hasil yang akurat untuk populasi lain. Beberapa penulis telah memaparkan persamaan metode berdasarkan tulang panjang (Breitinger 1937; Telkkä, 1950; Trotter dan Gleser, 1958;. Muñoz et al, 2001); namun ternyata juga diketahui bahwa rumus yang berlaku untuk satu populasi tidak selalu memberikan hasil yang akurat untuk populasi lain. Seorang peneliti yang pertama kali melaporkan ini pada tahun 1899, yang menyatakan bahwa metode formula diturunkan untuk satu populasi seharusnya hanya diterapkan pada kelompok lain dengan hati-hati. Pada tahun 1929, Stevenson membenarkan adanya perbedaan antarpopulasi sehubungan dengan estimasi tinggi badan (Lundy, 1985). Kebanyakan penelitian sejak saat itu telah menekankan bahwa rumus regresi untuk estimasi tinggi badan harus spesifik pada populasi tertentu (Krogman dan Iscan, 1986). Rumus diturunkan oleh Trotter dan Gleser (1958) merupakan yang paling sering digunakan untuk estimasi tinggi badan. Di Turki, rumus Trotter-Gleser untuk kulit putih telah paling banyak digunakan untuk studi forensik dan antropologi; Namun, akurasi formula ini untuk penduduk Turki belum dievaluasi secara rinci. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian dengan consecutive sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 167 sampel (46 orang lakilaki dan 121 orang perempuan) dengan rentang usia pria dan wanita pada usia 21-25 tahun pada tanggal 27 Januari 2017 sampai dengan 7 Februari 2017. Hipotesis pada penelitian ini yaitu pengukuran panjang tulang ulna dapat menentukan jenis kelamin dan tinggi badan seseorang dan rumus penentuan tinggi badan dengan menggunakan pengukuran panjang tulang ulna. Untuk mendapatkan data, peneliti Membuat formulir informed consent sebagai instrument pengumpulan data, melakukan informed consent terhadap subjek penelitian, melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrument penelitian berupa formulir consent yang diisi oleh mahasiswa/i dan pengukuran langsung tinggi badan dan panjang tulang ulna mahasiswa/i tersebut, melakukan pengolahan, analisis dan interpretasi data, penulisanlaporan penelitian. Pengukuran menggunakan satu meteran dengan unit centimeter oleh 1 (satu) pemeriksa secara bergantian. Pengukuran tinggi badan dari puncak kepala (vertex) sampai ke tumit (heel) dan pengukuran panjang ulna dari proksimalolecranon sampai ujung distal processus styloideus ulna. Data yang diperoleh di olah menggunakan SPSS for Windows versi 20 dengan tingkat kemaknaan yang digunakan besarnya 0,05. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji statistik Kolmogorov - Smirnov, dilakukan dalam batas kepercayaan (α = 0,05) yang berarti bila diperoleh nilai p 0,05 ditemukan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara variabel bebas dan variabel tergantung 167 subyek diikutsertakan dalam penelitian yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 46 laki-laki dan 121 perempuan. Pada Tabel 1 tercantum distribusi panjang ulna kanan dan kiri pada Pria serta Wanita. Berdasarkan Tabel 2 pada uji Uji pearson Hubungan Antara Panjang Ulna dengan Tinggi Badan menunjukkan bahwa sebagian besar data 84 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

tidak terdistribusi normal dengan nilai p< 0,05. Kemudian dilakukan uji korelasi pearson. Pada uji korelasi pearson didapatkan hubungan yang bermakna Panjang Ulna dengan Tinggi Badandengan nilai p < 0,05 (Tabel 3). Pada uji korelasi Spearmens didapatkan hubungan yang bermakna Antara Panjang Ulna dan Jenis Kelamindengan tinggi badan dengan nilai p < 0.05 (Tabel 4). Pada Tabel 5 menunjukan hasil uji regresi linear dalam menentuan rumus yang dapat digunakan dalam menentukan tinggi badan. Tabel 4. Hubungan Antara Panjang Ulna dan Jenis Kelamin dengan Uji Spearman Tabel 5. Uji Regresi Linear Terhadap Tinggi Badan HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Panjang Ulna Kanan dan Kiri pada Pria serta Wanita Tabel 2. Uji pearson Hubungan Antara Panjang Tabel 3. Hubungan Antara Panjang Ulna dengan Tinggi Badan dengan Uji Pearson Terdapat perbedaan tinggi badan pada pria dibanding perempuan, hal ini disebabkan Tinggi badan berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Menurut Supariasa (2002) hal tersebut berdasarkan dua faktor, yaitu: 1. Faktor Internal a. Genetik Pada usia dewasa seks hormon berkontribusi dalam remodeling tulang dengan memperlambat penyerapan tulang lama dan mempercepat deposit tulang baru (Tortora dan Derrickson, 2011). b. Jenis Kelamin Sejak usia 12 tahun, anak pria sering mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit, sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan wanita dewasa cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot. Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan (Snell, 2012). 85 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

2. Faktor Eksternal a. Lingkungan Lingkungan pra natal dari masa konsepsi sampai lahir mempengaruhi bayi yang akan dilahirkan menjadi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan lahir mati. Lingkungan post natal mempengaruhi pertumbuhan bayi setelah lahir antara lain lingkungan biologis, seperti ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit infeksi dan kronis, adanya gangguan fungsi metabolisme dan hormon. Selain itu faktor fisik dan biologis, psikososial dan faktor keluarga yang meliputi adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat turut berpengaruh (Supariasa, 2002). b. Gizi Beberapa zat gizi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan remodeling tulang adalah mineral dan vitamin. Sejumlah besar kalsium dan fosfat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tulang, dan sejumlah kecil magnesium, fluoride dan mangan. Vitamin A menstimulasi aktivitas osteoblas. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen, protein utama dari tulang. Vitamin D membantu pertumbuhan tulang dengan carameningkatkan absorbsi kalsium dari makanan pada sistem gastrointestinal ke dalam darah. Vitamin K dan B12 juga dibutuhkan untuk sintesis protein tulang (Tortora dan Derrickson, 2011). c. Obat-obatan Pemakaian beberapa jenis obat juga dapat mengganggu metabolisme tulang. Jenis obat tersebut antara lain kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti kejang, anti koagulan (heparin, warfarin). Beberapa obat tertentu dapat meningkatkan resiko terkena osteoporosis. Pengobatan tiroid juga berperan terhadap timbulnya osteoporosis (Supariasa, 2002). d. Penyakit Beberapa penyakit dapat menyebabkan atrofi pada bagian tubuh, sehigga terjadi penyusutan tinggi badan. Beberapa penyakit tersebut adalah: 1) Kelainan akibat gangguan sekresi hormon pertumbuhan dapat menyebabkan gigantisme, kretinisme dan dwarfisme. (Schteingart, 2012). 2) Kelainan pada sikap tubuh dapat berupa skoliosis, kifosis dan lordosis. (Fauci et al., 2008). Pada lanjut usia biasanya menderita osteoporosis. Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas masa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Angka kejadian laki-laki dibanding perempuan adalah 1:2 dengan usia diatas 70 tahun. 3 DISKUSI Berdasarkan uji Pearson antara panjang ulna dengan tinggi badan pada pria didapatkan korelasi yang kuat dengan nilai (p) < 0.05. Nilai korelasi Pearson 0,574 dan 0,619 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat. Dari hasil analisis regresi linier responden untuk digunakan. Berdasarkan uji Pearson antara panjang ulna dengan tinggi badan pada 86 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

wanita didapatkan korelasi yang kuat dengan nilai (p) < 0.05. Nilai korelasi Pearson 0,612 dan 0,659 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat. Dari hasil analisis regresi linier responden untuk digunakan. Berdasarkan uji Spearman's rhoantara panjang ulna dengan jenis kelamin didapatkan korelasi yang kuatdengan nilai (p) < 0.05. Nilai uji Spearman's rhoantara 0,396 dan 0, 398 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat. Dari hasil analisis regresi linier responden untuk digunakan. SIMPULAN Terdapat hubungan antropometri tangan dengan jenis kelamin. Dimana antropometri tangan laki-laki lebih besar daripada perempuan. Terdapat hubungan antara panjang tulang pengumpil kanan dan kiri dengan jenis kelamin. Dimana tulang pengumpil kanan dan kiri pada laki-laki lebih panjang daripada perempuan. Terdapat hubungan antara tinggi badan dengan jenis kelamin. Dimana tinggi badan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. DAFTAR PUSTAKA 1. Syaifuddin. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. 2. Irianto, Kus. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung: Yrama Widya; 2004. 3. Watson, Roger. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC; 2002. 4. Iknes Sihombing,Sunny Wangko,Sonny J. R. Kalangi Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Biomedik,Volume 4, Nomor 3, Suplemen, November 2012, hlm. S18-28. diunduh dari : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/bio medik/article/view/1210.com 5. Referensi: Buranda Theopilus et. al., Osteologi dalam: Diktat Anatomi Biomedik I. Penerbit Bagian Anatomi FK Unhas. Makassar. 2011. Hal 4-7. 6. Handkerchief el-ahmed. Refarat Fraktur Tulang Radius. Diunduh dari: http://www.kumpulaninformasi.com/articl e-el-ahmed-handkerchief-referat-frakturtulang-radius.html 7. Mann RW. The Forensic Anthropologist.http://www.crimeandclues. com[diakses 3 February 2017] 8. Glinka J, Artaria MD, Koesbardiati T. Metode Pengukuran Manusia Airlangga University Press. Surabaya : 2008. 9. Munim Idris, Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan Edisi Revisi Cetakan I 2008 CV. Sagung Seto 10. Etty Indriati Ph.D. Identifikasi Rangka Manusia Aplikasi Antropologi. In : Konteks Hukum.Gajah Mada Universitas Press. Cetakan pertama, Juli 2004. 87 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017