BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

peran menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

HALAMAN PENGESAHAN...

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 2 Juni 2013 PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU. Yusni Maulida

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penduduk merupakan modal dasar pembangunan. Jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan, tapi dari sisi lain juga bisa

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada sektor tradisional. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2015

BERITA RESMI STATISTIK

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana pertumbuhan penduduk Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi pembangunan ekonomi. Permasalahan yang ditimbulkan akibat pertumbuhan penduduk yang pesat diantaranya masalah ketenagakerjaan, kesempatan kerja yang dikaitkan dengan peluang ekonomi yang diperoleh (Rizal, 2006). Dewasa ini pertumbuhan penduduk dari tenaga kerja menjadi sorotan pembicaraan di bidang ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dapat menyebabkan terjadinya ledakan penduduk karena banyak faktor yang mempengaruhi ledakan penduduk tersebut dari tingkat kematian, tingkat kelahiran sampai migrasi. Ledakan penduduk itu salah satunya berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi karena dengan pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan semakin ketatnya persaingan tenaga kerja, sehingga bagi yang tidak mampu bersaing akan menjadi pengangguran dan orang yang menganggur itu tidak mempunyai penghasilan akibatnya terjadilah kemiskinan. Studi tentang dinamika penduduk sama pentingnya, tetapi selama ini studi tentang migrasi penduduk lebih tertuju pada migrasi antar pulau atau antar provinsi terutama menuju kota-kota besar dan yang paling banyak menjadi perhatian adalah migrasi menuju Jakarta sebagai proses urbanisasi. Hal ini akan memberikan dampak besar terhadap kehidupan di perkotaan, dan dengan 1

sendirinya menghilangkan potensi sumber daya manusia yang akan membangun daerah/desa (Iskarni, 2011). Perpindahan penduduk merupakan salah satu faktor dari tiga faktor pasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, sedangkan faktor lainnya adalah faktor kelahiran dan kematian (Todaro, 2000). Tingginya pertumbuhan penduduk di suatu daerah menyebabkan kepadatan penduduk di daerah tersebut, hal ini mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan angkatan kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan penyediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah daerah akan mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran. Keadaan tenaga kerja yang demikian mendorong terjadinya mobilisasi dikalangan penduduk. Mereka mencari pekerjaan ke daerah lain yang dapat memberikan mereka kesempatan untuk bekerja agar mendapatkan penghasilan dan bisa memenuhi kebutuhan mereka setiap harinya yang beraneka ragam di daerah perkotaan. Mobilisasi di kalangan penduduk perkotaan menjadi salah satu bagian dari pembangunan daerah, dimana tujuan pembangunan daerah salah satunya meliputi penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup serta meningkatkan pendapatan penduduk sehingga terciptanya kesejahteraan penduduk. Faktor pesatnya pertumbuhan ekonomi serta ketidakmerataan penduduk ini mengakibatkan ketidakmertaan pembangunan baik fisik maupun mental, yang selanjutnya keinginan untuk pindah menjadi tinggi. Dimana di daerah tujuan tersebut terdapat kesempatan kerja yang lebih besar dengan jenis pekerajaan yang beragam, adanya berbagai fasilitas, dan dari segi ekonomi mereka yang 2

melakukan mobilitas tersebut berharap suatu kehidupan yang layak dengan pendapatan yang lebih besar daripada di daerah asal (Abidin, 2013). Kondisi sosial-ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang juga menyebabkan orang tersebut ingin pergi ke daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan tiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda, maka penilaian terhadap daerah asal dari masing-masing individu di masyarakat tersebut berbeda-beda, sehingga proses pengambilan keputusan untuk pindah (mobilitas) dari masing-masing individu berbeda pula (Mantra, 1992). Lee (1966) dan Todaro (1979) berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah ke daerah lain adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro juga menyebutkan bahwa motif utama tersebut sebagai pertimbangan ekonomi nasional, dimana seseorang melakukan mobilitas ke kota atau daerah lain adalah adanya harapan untuk memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di daerah asal. Tingginya angka pengangguran menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di kalangan penduduk, sehingga muncul permasalahan sosial ekonomi yang masalahnya relatif lebih beragam. Permasalahan yang muncul salah satunya yaitu, munculnya fenomena keputusan tenaga kerja untuk bekerja ke daerah lain. Menurut Mantra (2004), keputusan tenaga kerja ini tentunya mempunyai latar belakang yang berbeda dan beraneka ragam setiap individunya, salah satunya karena tekanan kondisi ekonomi mereka, dimana mereka tidak bisa 3

bekerja untuk mendapatkan penghasilan, sehingga mereka tidak bisa membiayai kehidupan diri sendiri dan keluarganya setiap hari yang beraneka ragam. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup tiap individu dalam satu rumah tangga, peningkatan harga beli berbagai barang serta pengaruh kehidupan sosial dalam suatu lingkungan pada akhirnya akan menuntut seseorang untuk mendapatkan penghasilan yang setinggi-tingginya untuk memenuhi segala macam kebutuhan terutama yang bersifat mendesak. Oleh sebab itu, banyak penduduk yang memilih untuk melakukan migrasi ke daerah lain di Sumatera Barat. Migrasi dikalangan tenaga kerja sering terjadi salah satunya migrasi nonpermanen yang termasuk ke dalam migrasi horizontal. Migrasi non-permanen ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu migrasi sirkuler (migrasi menetap) dimana tenaga kerja yang meninggalkan daerah asal menuju ke daerah tujuan (tempat bekerja) untuk bekerja, berdagang dan sebagainya dengan menetap lebih dari satu hari atau kembali ke daerah asal pada waktu tertentu. Sedangkan jenis yang kedua adalah migrasi commuter (ulang-alik) dimana tenaga kerja yang meninggalkan daerah asal menuju ke daerah tujuan (tempat bekerja) dengan kembali ke daerah asal pada hari yang sama. Dilihat dari keadaan ketenagakerjaan di Sumatera Barat sendiri pada tahun 2014 menunjukkan proses dinamis di pasar tenaga kerja. Jumlah penduduk usia kerja pada Agustus 2014 adalah sebanyak 3.577.219 orang, jumlah ini meningkat sebesar 54,05 ribu orang dibandingkan keadaan tahun sebelumnya (Agustus 2013) yaitu sebesar 3.523.167 orang. Pada kurun waktu yang sama, kenaikan jumlah penduduk usia kerja ini juga diikuti dengan peningkatan jumlah angkatan kerja 4

dari 2.216.687 orang (Agustus 2013) menjadi 2.331.993 orang pada Agustus 2014 (BPS,.Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2014). Kenaikan jumlah angkatan kerja ini juga diikuti oleh kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dimana TPAK Provinsi Sumatera Barat meningkat dari 62,92 persen (Agustus 2013) menjadi 65,19 persen pada Agustus 2014. Namun kondisi ini mengindikasikan menurunnya jumlah pengangguran dari 155.578 orang (Agustus 2013) menjadi 151.657 orang pada Agustus 2014, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,50 persen. Dan dalam kurun waktu Agustus 2013 Agustus 2014, jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan di semua sektor, terutama di sektor jasa kemasyarakatan yang mengalami peningkatan sebesar 18,23 persen dibandingkan dengan keadaan Agustus 2013 (BPS,.Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2014). Namun bila dilihat dari data jumlah migran dengan status migrasi pada SP 2010 mencatat sebesar 775.603 penduduk atau 16,0 persen penduduk merupakan migran masuk antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk di daerah perkotaan 1,7 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 26,2 persen dan 9,5 persen. Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan yaitu sebesar 402.088 berbanding 373.515 orang. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak melakukan perpindahan (BPS, SP 2010). Sumatera Barat sebagai Provinsi yang mempunyai karakteristik khusus dalam hal budaya merantau juga menghadapi permasalahan kependudukan terutama karena fenonema migrasi tersebut. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perpindahan penduduk itu menyebabkan tidak meratanya 5

distribusi persebaran penduduk, dan juga akan berpengaruh terhadap pembangunan daerah, karena penduduk hanya akan terkonsentrasi di daerah yang mempunyai daya tarik yang tinggi, terutama Kota Padang sebagai ibukota Provinsi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap penyebab, dan akibat-akibat dari migrasi merupakan bekal pokok bagi kita untuk memahami karakteristik dan hakikat proses pembangunan. Salah satu tahapan yang sederhana tetapi sangat penting dalam rangka memahami betapa pentingnya fenomena migrasi adalah memaklumi bahwa setiap kebijakan ekonomi atau sosial yang mempengaruhi pendapatan riil penduduk secara langsung atau tidak langsung pada akhirnya juga akan mempengaruhi proses migrasi. Proses migrasi itu sendiri pada gilirannya cenderung akan mempengaruhi atau bahkan mengubah pola-pola kegiatan ekonomi, baik secara sektoral maupun secara geografis, mengubah pola distribusi pendapatan. Karena semua kebijakan ekonomi pada hakikatnya selalu menimbulkan dampak langsung dan tidak langsung terhadap tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan di daerah perkotaan atau pedesaan. Analisis migrasi ini juga dapat dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan pembangunan dan juga menyusun kebijakan terutama yang berkaitan dengan kependudukan umumnya dan kebijakan yang berkaitan dengan aspek mobilitas khususnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi commuter di Sumatera Barat. 6

1.2. Perumusan Masalah Pada dasarnya manusia selalu bergerak, melampaui batas-batas sosial dan spasial untuk memperluas kemampuan dan hak dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka (Tirtosudarmo, 2009). Kesenjangan pembangunan juga berpotensi menimbulkan faktor pendorong (push factor) untuk migrasi dan faktor penarik migrasi (pull factors). Selain itu, adanya perbedaan struktur ekonomi antar daerah akibat pertumbuhan perekonomian dan pembangunan yang berbeda menimbulkan kesempatan ekonomi. Kesempatan ekonomi yang diharapkan individu yang bermigrasi antara lain adalah tingkat pendapatan/upah yang lebih tinggi, lapangan pekerjaan yang tersedia dan tingkat pengangguran yang rendah. Pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain (migrasi) sesungguhnya merupakan gambaran dari tanggapan terhadap kendala dalam memenuhi pilihan mereka, dengan kata lain, salah satu penyebab terjadinya migrasi adalah reaksi atas kesempatan ekonomi pada suatu wilayah (Firman, 1994). Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari daerah yang agak terbelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju. Faktor dominan yang mendorong seseorang untuk melakukan migrasi ke daerah lain adalah faktor ekonomi yaitu harapan untuk memperoleh upah yang lebih besar. Karena itu, perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi commuter di Sumatera Barat. Adapun rumusan masalahnya, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik migran yang melakukan migrasi commuter di Sumatera Barat? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi migrasi commuter di Sumatera Barat? 7

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui karakteristik migran di Sumatera Barat. 2. Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi migrasi commuter di Sumatera Barat. 1.4. Manfaat Peneltian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Untuk Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam pembuatan kebijakan yang tepat sasaran dan memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Daerah Kota Padang. 2. Untuk Masyarakat Penelitian ini dharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang terkait dan berkepentingan, serta hasil dari penelitian ini sebagai referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 3. Untuk Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk melakukan migrasi commuter ke daerah lain di Sumatera Barat. 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian Objek penelitian ini adalah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014. Adapun data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu raw data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2014, karena raw data ini digunakan untuk estimasi data tahunan dan penyajiannya sampai tingkat Kabupaten/Kota. Sebagai data pendukung digunakan data publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini mengkaji tenaga kerja yang melakukan migrasi commuter. 1.6. Sistematika Penulisan Untuk lebih terarahnya penulisan hasil penelitian ini, maka sistematika penulisan dibagi ke dalam enam bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini mengemukakan beberapa konsep teori dan studi-studi sebelumnya yang pernah dilakukan. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan, data dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel dan defenisi operasional, pengukuran variabel, dan metode analisis data. 9

BAB IV : GAMBARAN UMUM Pada bab ini menjelaskan tentang Sumatera Barat, kependudukan serta ketenagakerjaan di Sumatera Barat. BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN Menguraikan tentang hasil penemuan empiris dari variabelvariabel yang diuji. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. 10