BAB V PEMBAHASAN. komunikasi matematis peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN. Pendekatan Open-Ended kelas VII SMPN 1 Ngantru Kab. Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau mathenein,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penalaran merupakan proses berpikir seseorang dalam mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

Kata kunci: komunikasi matematis, perbedaan gender, faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN. menurut National Council of Teachers of Mathematics tahun 1989 (dalam Yuliani,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi merupakan komponen penting karena membantu dalam proses

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL TSTS SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 24 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Pada Materi Kubus Dan Balok

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL SFE PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 15 PURWOREJO

BAB V PEMBAHASAN. deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang kemampuan Koneksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB II KAJIAN TEORETIS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB V PEMBAHASAN. tentang kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan gender kelas VII C MTs Darul

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATERI KULIAH GEOMETRI ANALITIK DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. 2016/2017 pokok bahasan lingkaran sebagai berikut. Siswa dengan kemampuan matematika tinggi pada umumnya memiliki

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Oni Nurhayati,2015

JURNAL PROFIL KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS SMK PGRI 4 KEDIRI

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematika, Statistika

datar berdasarkan kemampuan berpikir geometris Van Hiele sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Biluhu

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB II KAJIAN TEORITIK

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB II KAJIAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Sejalan dengan itu Jujun (Prasetya, 2010: 2) mengatakan, dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena pendidikan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan yang dapat membantu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE TALKING STICK

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi matematis peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan, Menurut National Council of Teachers Of Mathematics (NCTM), melalui principles and standard for school mathematics, menempatkan komunikasi sebagai salah satu bagian penting dalam matematika dan pendidikan matematika. Melalui kegiatan komunikasi, peserta didik dapat bertukar gagasan dan sekaligus mengklarifikasi pemahaman dan pengetahuan yang mereka peroleh dalam pembelajaran. 1 Berikut merupakan pembahasan dari penelitian yang dilaksanakan: A. Identifikasi Komunikasi Matematis Peserta Didik Laki-Laki Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Open- Ended Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh peneliti, peneliti mengidentifikasi peserta didik laki-laki pada saat pembelajaran berlangsung melalui observasi bahwa kemampuan komunikasi matematis secara lisan peserta didik laki-laki lebih dominan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended. Hal ini ditandai dengan keaktifan peserta didik laki-laki dalam menyelesaikan soal open-ended yang di berikan oleh peneliti ketika pembelajaran matematika sedang berlangsung. Peserta didik laki- 1 Ariyadi wijaya, Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika,(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012), hal. 72 114

115 laki lebih banyak terlibat pembicaraan publik, peserta didik laki-laki menggunakan pembicaraan sebagai pernyataan fungsi perintah, menyampaikan informasi, dan meminta persetujuan. 2 Peserta didik laki-laki juga lebih aktif dalam mengekspresikan ide-idenya peneliti bertanya dikelas baik secara lisan maupun tertulis, seperti halnya menurut Elliot dan Ormrod yang berpendapat bahwa peserta didik laki-laki lebih memiliki rasa percaya diri dalam mengatasi masalah dan menilai kinerjanya secara lebih positif. 3 Mereka mampu menggunakan rumus matematika dengan tepat dan mampu mengkomunikasikannya secara matematis dalam pembelajaran serta memahami konsep Garis dan Sudut pada saat pembelajaran berlangsung. Ketika peneliti menganalis hasil tes peserta didik laki-laki, ditemukan bahwa keseluruhan peserta didik mampu menafsirkan soal uraian kedalam bentuk kalimat matematika, tetapi ada juga peserta didik yang menuliskan jawaban mereka dengan mengggunakan kata-kata (kalimat) yang tidak disingkat dalam bentuk matematika. Pemahaman istilah-istilah matematika pada peserta didik laki-laki diperoleh bahwa subjek DYD dan AN kurang dapat mengaplikasikannya dalam menyelesaikan soal uraian yang diberikan oleh peneliti salah satunya adalah simbol garis sejajar // yang digunakan subjek DYD untuk menyimbolkan garis bersilangan pada pekerjaannya. Subjek AN yang menggunakan simbol sebagai simbol dari garis AB dalam hasil pekerjaannya. Ada juga beberapa peserta didik laki-laki yang tidak memberikan simbol derajat pada hasil 2 Sangra Juliano. P, Komunikasi dan Gender: Perbandingan Gaya Komunikasi Dalam Budaya Maskulin Dan Feminin, (Bandung:Redaksi JIPS, 2015), Hal 28 3 Khoirun Ni mah, Komunikasi Matematis Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator And Explaning (SFAE) Berdasarkan Gender di MA Al -Hikmah Langkapan Srengat Blitar Tahun Ajaran2015/2016, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016), hal.33

116 pengerjaan atau saat perhitungannya pada lembar jawaban mereka. Beberapa peserta didik laki-laki, salah satunya subjek (DYD dan AN) tidak membuat kesimpulan dari hasil pengerjaan yang telah diselesaikan. Peserta didik laki-laki dalam pengerjaan tes tertulis mampu mengidentifikasi dan mengingat kembali ide-ide matematis mereka dengan baik. Peserta didik laki-laki mampu mengekspresikan ide-idenya melalui tes tertulis dengan pengerjaan yang runtut, hal ini sesuai dengan pendapat Krutetski yang menyatakan bahwa laki-laki lebih unggul dalam penalaran dan dengan tepat menuangkan informasi kedalam kalimat matematis secara langsung. 4 Pada hasil wawancara yang diperoleh peneliti bahwa subjek DYD maupun subjek AN telah mampu mengekspresikan ide-ide matematisnya secara lisan, mampu menafsirkan suatu masalah kedalam bentuk kalimat matematis secara lisan. Subjek mampu menguasai definisi dari konsep garis dan sudut, misalkan definisi dari garis sejajar. Subjek AN maupun AN mampu mendefinisikannya dengan bahasa yang lugas dan sederhana sesuai dengan kemampuan matematis mereka, subjek DYD mampu merepresentasikan hasil kerjanya dengan mengkomunikasikan idenya antara memodelkan suatu masalah kedalam kalimat matematis dan menggunakan pola hubungan yang ada pada materi garis dan sudut untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik laki-laki lebih mampu mengevaluasi ide-ide matematikanya secara lisan dari pada secara tertulis. 4 Retno Putri Dwi Rahmawati, Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Secara Tertulis Peserta Didik Kelas X SMAN 1 Sukoharjo ditinjau dari perbedaan gender, (Surakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2015) hal. 125

117 B. Identifikasi Komunikasi Matematis Peserta Didik Perempuan Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Open- Ended Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh peneliti ketika melakukan observasi pada pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended, diketahui bahwa peserta didik perempuan belum mempunyai kemampuan komunikasi matematis secara lisan ketika pembelajaran berlangsung. Peserta didik perempuan tidak terlalu merespon ketika peneliti memberikan sebuah masalah dimana masalah tersebut memerlukan kemampuan mengekspreikan ideide matematika dimuka kelas sehingga dibutuhkan keaktifan peserta didik dalam menyelesaikan masalah tersebut dan peserta didik cenderung malu-malu ketika mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dimuka kelas. Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil tes tertulis peserta didik perempuan, peserta didik perempuan telah mampu mengubah informasi yang diperoleh menjadi kalimat matematis. Peserta didik perempuan mampu mengekspresikan ide-idenya dalam menyelesaikan soal secara tertulis, dalam hal pengaplikasian notasi matematis peserta didik perempuan lebih cermat dibandingkan dengan peserta didik laki-laki. Ketika peneliti mengevaluasi hasil pekerjaan peserta didik perempuan. Sesuai dengan tesis Henry putra imam wijaya bahwa peserta didik perempuan mampu menggunakan istilah, notasinotasi matematika da strukturnya dengan baik. 5 Ada beberapa peserta didik perempuan yang kurang teliti dalam proses operasi hitung sehingga hasil akhirnya bernilai salah. Terlihat pada soal nomer 5 Henry putra imam wijaya, kemampuan komunikasi matematis siswa sesuai dengan gender dalam pemecahan masalah pada materi balok dan kubus (studi kasus pada siswa kelas VIII SMP Islam Al-Azhar 29 Semarang), (Surakarta: Tesis Tidak Diterbitkan, 2016) hal xvi

118 tiga, ada beberapa yang menjawab soal dengan 180 36 = 44 padahal jika dihitung dengan benar 180 36 = 144. Kurangnya angka 1 sebagai ratusan akan mengubah nilai dan makna, sehingga dibutuhkan ketelitian dalam operasi hitung. Peneliti menemukan bahwa ada beberapa jawaban peserta didik yang sama dengan cara yang sama dan kesalahan yang sama, peserta didik perempuan yang melakukannya adalah pesera didik perempuan yang melamun dan tidak memperhatikan penjelasan guru ketika proses pembelajaran. Banyak peserta didik perempuan yang mampu mengaitkan dua ide dalam menyelesaikan soal yang telah diberikan. Peserta didik perempuan mampu memvisualisasikan hasil pekerjaanya melalui gambar sehingga mempermudah pekerjaan peserta didik dalam menyelesaikan soal. Pada hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan subjek ADZP dan JNP, subjek mampu menafsirkan suatu masalah kedalam bentuk matematis secara lisan. Peneliti mengetahui bahwa subjek ADZP maupun JNP mampu mengekspresikan ide-ide matematis secara lisan dengan baik, pada soal nomer satu misalnya, ADZP maupun JNP mampu dengan benar menyelesaikan soal sehingga jawabannya bernilai benar. subjek ADZP maupun JNP mampu menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi melalui lisan. Subjek ADZP mampu mendefinisikan terkait kedudukan dua garis yang peneliti tanyakan secara lisan kepada subjek ADZP. Subjek ADZP mampu memberikan jawaban lain selain jawaban yang dia berikan dalam lembar jawabannya, tetapi subjek ADZP belum mampu memberikan suatu kesimpulan dari hasil pekerjaannya baik lisan maupun tulisan. Oleh sebab itu, perlunya pemahaman

119 akan konsep dalam pembelajaran perlu ditekankan lagi agar peserta didik lebih mempu mengevaluasi hasil pekerjaan dan dapat mengkomunikasikannya secara matematis. Peserta didik perempuan memiliki kemampuan matematis secara lisan yang lebih jika peserta didik tersebut mengungkapkannya secara personal, seperti yang diungkapkan oleh Elliot dan Ormrod yang berpendapat bahwa peserta didik perempuan merasa lebih percaya diri dalam melakukan hubungan personal. 6 Rekapitulasi Komunikasi Matematis yang Dimiliki Peserta Didik Laki- Laki dan Peserta Didik Perempuan pada Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended Setelah peneliti melakukan penelitian dengan serangkaian prosedur yang telah ada, peneliti mampu memberikan gambaran singkat kemampuan komunikasi matematis antara peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan pada tabel 5.1 berikut ini: Komunikasi Matematis Peserta Didik No Laki-Laki 1. Mampu menafsirkan soal cerita kedalam kalimat matematika dengan cukup baik. 3. Memiliki kemampuan kognitif yang baik 5. Belum teliti dalam penerapan operasi hitung secara tertulis. 6. mampu memahami konsep hubungan dua garis sejajar yang dipotong oleh garis lain. 7. Sebagian peserta didik laki-laki mampu mengekspresikan ide-ide matematikanya secara tertulis dengan cukup baik. Komunikasi Matematis Peserta Didik Perempuan Mampu menafsirkan soal cerita kedalam kalimat matematika dengan cukup baik. Memiliki kemampuan kognitif yang baik. Belum teliti dalam penerapan operasi hitung secara tertulis. mampu memahami konsep hubungan dua garis sejajar yang dipotong oleh garis lain. Sebagian peserta didik perempuan mampu mengekspresikan ide-ide matematikanya secara tertulis dengan cukup baik. 6 Khoirun Ni mah, Komunikasi Matematis Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator And Explaning (SFAE) Berdasarkan Gender di MA Al -Hikmah Langkapan Srengat Blitar Tahun Ajaran 2015/2016, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016), hal.33

120 8 Mampu mengevaluasi ide-ide matematika secara lisan dan tertulis Sebagian peserta didik mampu mengevaluasi ide-ide matematika secara lisan dan tertulis Mampu menginterpretasikan ide-ide 9 Mampu menginterpretasikan ide-ide matematika dengan lisan matematika dengan lisan 10 Mampu menggambarkan hubunganhubungan Mampu menggambarkan hubungan- atau pola dalam hubungan atau pola dalam menyelesaikan soal open-ended. menyelesaikan soal open-ended. Tabel 5.1 Rekapitulasi Komunikasi Matematis Peserta Didik Laki-Laki Dan Perempuan Pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa peserta didik laki-laki maupun peserta didik perempuan sama-sama memiliki kemampuan menafsirkan soal cerita kedalam kalimat matematika dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil wawancara peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan yang mampu mengubah informasi dari soal cerita kedalam kalimat matematika. Kesamaan yang dimiliki oleh peserta didik laki-laki dan perempuan selanjutnya adalah sama-sama memiliki kemampuan kognitif yang baik, hal ini dapat dibuktikan dengan cara pengerjaan peserta didik laki-laki maupun perempuan baik dalam tes tertulis ataupun dalam penjelasannya secara lisan dalam wawancara. Kemudian, kesamaan selanjutnya adalah peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan sama-sama belum teliti dalam penerapan operasi hitung secara tertulis, hal ini dapat dibuktikan dalam lembar jawaban subjek ada kesalahan dalam proses operasi hitung. Kesamaan selanjutnya adalah peserta didik lakilaki maupun perempuan mampu mengekspresikan ide-idenya dengan cukup baik secara tertulis. Kemudian baik peserta didik laki-laki maupun perempuan mampu menginterpretasikan ide-ide matematikanya secara lisan dengan baik ketika proses wawancara dengan peneliti berlangsung. Setelah itu kesamaan terakhir yang dimiliki oleh peserta didik laki-laki dan perempuan adalah peserta

121 didik mampu menghubungkan dua ide dalam menyelesaikan soal-soal openended salah satunya adalah soal nomer 2, peserta didik mampu mengetahui bagaimana mencari besar sudut yang sama sesuai pertanyaan yang diajukan.