BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

PENINGKATAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI GERAK DAN LAGU PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA BHAYANGKARI 70 KECAMATAN MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 01 SROYO, JATEN, KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan pada anak pun harus disusun secara bertingkat, dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki usia lanjut. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki karakteristik yang khas, baik dalam hal sikap, perhatian, minat, dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI GERAK DAN LAGU DI TK AISYIYAH CABANG KARTASURA KELOMPOK B TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN TEBAK NAMA DI TK AISYIYAH CABANG BLIMBING POLOKARTO SUKOHARJO SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini SRI SUMARMI A53B090201

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PAPAN TELUR DI TK AISYIYAH 7 DURI NOVA ROZI A ABSTRAK

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo Jaten Karanganyar pada anak kelompok A dalam kemampuan berhitung permulaan sangat rendah. Sebenarnya bermain dapat dijadikan sebagai salah satu jalan untuk merangsang minat mereka agar senang berhitung. Oleh karena itu, langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menentukan jenis permainan yang hendak digunakan sebagai sarana memperkenalkan mereka dengan hitung. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jengjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal (Maimunah Hasan, 2011:15). Sesuai dengan pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rrentang usia 0-6 tahun, sementara itu menurut kajian rumpun ilmu

2 PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun (Maimunah Hasan, 2011:17). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini atau yang sering disingkat PAUD adalah pendidikan yang diberikan kepada anak- anak usia 2 sampai 6 tahun. Pendidikan anak usia dini disebut juga dengan pendidikan anak prasekolah (pre-school), taman bermain (kinder garten). Pendidikan anak usia dini, dalam hal ini hanya berfungsi sebatas mengarahkan proses tumbuh kembang anak agar lebih terarah dan terpadu. Orientasi pokok pendidikan taman kanak-kanak adalah: (a) melatih kemampuan adaptasi belajaranak sejak awal; (b) meningkatkan kemampuan komunikasi verbal (tingkah laku/perbuatan) maupun non-verbal (komunikasi lisan); (c) mengenalkan anak pada lingkungan dunia sekitar, seperti orang, benda, tumbuhan, dan hewan; serta (d) memberikan dasar-dasar pembelajaran berikutnya, seperti mengingat, membaca, menulis, dan berhitung sederhana (Jasa Ungguh Muliawan, 2009:15-16).

3 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan proses interaksi antara pendidik (orang tua, pengasuh, dan guru) dengan anak usia dini secara terencana untuk mencapai suatu tujuan. Dalam proses interaksi pendidik harus memahami segala aspek pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang dihadapinya. Karena dengan memperhatikan pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, pendidik dapat menyesuaikan segala bentuk ucapan, sikap dan tindakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan serta perkembangan anak usia dini (Widarmi D Wijana, dkk, 2010:1.29). Di dalam proses pendidikan anak usia dini ini, anak dikenalkan dan dilatih untuk dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya ke dalam berbagai macam bentuk tindakan dan perilaku positif seperti : menyanyi, menggambar, bercerita, bermain, atau berkomunikasi dengan teman sebaya. Pendidikan anak usia dini, dalam tataran formal, dikenal dalam dua jenjang, yaitu kelompok bermain atau yang disebut play group dan taman kanakkanak atau yang disebut kinder garten (Jasa Ungguh Muliawan, 2009:17). Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Pendidikan anak usia dini tidak harus selalu mengeluarkan biaya mahal atau melalui suatu wadah tertentu, melainkan pendidikan anak usia dini dapat dimulai di rumah atau dalam pendidikan keluarga (Luluk Asmawati, dkk, 2011:1.3).

4 Kognitif ditentukan pada saat konsepsi (pembuahan) namun terwujud atau tidaknya potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan. Potensi kognitif yang dibawasejak lahir atau merupakan faktor keturunan yang akan menentukan batas perkembangan tingkat intelegensi (Yuliani Nurani Sujiono, dkk, 2007:1.3). Kemampuan kognitif yang memungkinkan pembentukan pengertian, berkembang dalam empat tahap, yaitu sensori motor (0-24 bulan), tahap praoperasional (24 bulan- 7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (dimulai usia 11 tahun). Tahap-tahap ini merupakan pola perkembangan kognitif yang berkesinambungan, yang akan dilalui oleh semua orang. Oleh karena itu, perkembangan kognitif seseorang dapat diramalkan (Trianto, M.Pd., 2011:16). Pengembangan ini bertujuan mengembangkan berpikir anak untuk mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternative pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematiknya, dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti (Trianto, M.Pd. 2011:125). Berhitung merupakan suatu mata pelajaran yang selama ini banyak dianggap sebagai momok bagi anak. Mereka enggan belajar berhitung sehingga pada akhirnya tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang matematika (Nurlaela Isnawati, 2009:23).

5 Berhitung merupakan faktor yang tidak mudah. Fenomena ini terjadi bukan hanya pada anak-anak yang masih usia dini saja. Bagi mereka yang sudah memasuki usia anak-anak pun biasanya ketika diajak berhitung akan menunjukan sikap-sikap yang kurang antusias. Cara untuk memancing anak agar senang berhitung tidak jauh berbeda dengan ketika kita ingin memancing minat mereka agar senang belajar. Perbedaannya mungkin terletak pada materi dan cara menggunakan alat-alat bantunya (Nurlaela Isnawati, 2009:92-93). Berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan ketrampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untk mengikuti pendidikan dasar. Berhitung permulaan untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. Tujuan khusus berhitung permulaan adalah dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak, dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehudupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung, memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan

6 kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan (Depdiknas, 2007:1-2). Teori Multiple Intelligences atau kecerdasan majemuk dikembangkan pada 1983 oleh dokter Howard Gardner, professor dibidang kependidikan di Harvard University, Amerika Serikat. Multiple Intelligences adalah sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan alat untuk melihat bagaimana pikiran manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda yang konkret maupun hal-hal abstrak (Iva Noorlaila, S.Pd., 2010:95). Kecerdasan multiple adalah sesuatu yang bisa dikembangkan sejak dini. Ada delapan kecerdasan di dalam kecerdasan multiple, yaitu kecerdasan berbahasa verbal-linguistik (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasi, pidato, diskusi, tulisan), logika matematika (kemampuan menggunakan logika matematika dalam memecahkan berbagai masalah), visual-spasial (Kemampuan berpikir tiga dimensi), bodilykinesthetic (ketrampilan gerak tubuh, menari, olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, melodi, irama), emosi interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), emosi intrapersonal (kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri), dan kecerdasan naturalis (kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan). Untuk membantu anak dalam mengembangkan

7 kecerdasan logika matematika dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklang, swipoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan computer dan lain-lain (Maimunah Hasan, 2011:119). Multiple intelligences melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidikan akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam belajar, di mana setiap variasi menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya. Multiple intelligence dapat didefinisikan sebagai kemampuan utama, yakni: kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari, kemampuan untuk menghasilkan persoalanpersoalan baru yang dihadapi untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang (Tadkiroatun Musfiroh, 2010:1.5). Pembelajaran anak usia dini menggunakan esensi bermain. Esensi bermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa, dan merdeka. Pembelajaran hendaknya sisusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta, dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut, sehingga anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal (Drs. Slamet Suyanto, M.Ed, 2005:9). TK Aisyiyah 16 Ngringo Jaten Karangayar kemampuan berhitung anak masih rendah yaitu dalam memahami urutan angka 1-10. Anak kesulitan dalam mengurutkan angka 1-10. Apabila guru menunjukkan salah satu

8 angka kepada anak maka anak belum bisa menyebutkan nama angka tersebut, Prosentase dalam prasiklus yang diperoleh 29% sedangkan target yang dicapai adalah 80%. Untuk itu perlu adanya suatu pengembangan kemampuan berhitung permulaan anak. Oleh karena itu, penulis tertarik dengan judul ini : Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Kereta Bernomor Pada Anak Kelompok A TK Aisyiyah 16 Ngringo Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2013/ 2014. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas rumusan masalah yang diajukan adalah: Apakah melalui permainan kereta bernomor dapat mengembangkan kemampuan berhitung permulaan anak kelompok A di TK Aisyiyah 16 Ngringo Jaten Karanganyar Tahun ajaran 2013/ 2014?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan melalui permainan kereta bernomor. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan anak melalui permainan kereta bernomor pada anak kelompok A di TK Aisyiyah 16 Ngringo Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014.

9 b. Untuk mengetahui besarnya pengembangan kemampuan berhitung permulaan melalui permainan kereta bernomor pada anak kelompok A TK Aisyiyah 16 Ngringo Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan berhitung melalui permainan kereta bernomor pada anak usia dini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Agar sekolahan dapat mengembangkan pembelajaran berhitung melalui permainan kereta bernomor. b. Bagi Guru Meningkatkan kreativitas guru dalam menyajikan pembelajaran berhitung yang lebih menarik dan berkesan. c. Bagi Anak 1) Memberi bekal anak dalam menempuh jenjang pendidikan selanjutnya, khususnya kemampuan berhitung. 2) Anak menjadi lebih tertarik pada pembelajaran yang disampaikan guru.