ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

KAJIAN DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. ABSTRAKSI Rita Yani lyan, Yusbar Yusuf Susi Lenggogeni

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

3.2. Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian pada saat ini khususnya perkebunan lebih diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

PEREKONOMIAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal,

Abstraksi. Rita Yani Iyan, Yusbar Yusuf dan Susi Lenggogeni

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Ekonomi Volume 17, Nomor 3 Desember 2009 PERANAN SEKTOR PERTANIAN DI PROPINSI RIAU. Nursiah ChaUd

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. tanaman yang diusahakan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil

SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA

ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

Transkripsi:

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU Eriyati Rosyeti Abstraksi Perkembangan komoditi Crude Palm Oil (CPO) Riau menghadapi berbagai saingan, untuk itu studi analisis daya saing ekspor Crude Palm Oil Provinsi Riau perlu dikaji. Adapun tujuan kajian untuk mengetahui daya saing ekspor Crude Palm Oil (CPO) Provinsi Riau. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data skunder "time-series" untuk tahun 2000-2010 yang dikumpulkan dari berbagai sumber data yang telah dipublikasikan oleh lembaga-lembaga resmi seperti Biro Pusat Statistik dan Instansi Pemerintah lainnya. Untuk analisis data, mengetahui tingkat daya saing ekspor dari suatu daerah/negara digunakan pengukuran dengan indeks daya saing yaitu melihat angka Revealed Comperative Advantage (RCA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka yang cukup baik dimana nilai Revealed Comperative Advantage (RCA > 1) artinya ekspor Crude Palm Oil (CPO) Provinsi Riau mempunyai daya saing diatas daya saing rata-rata Indonesia. Komoditi CPO memiliki keunggulan dari komoditi ekspor non migas lainnya, indeks RCA tertinggi pada tahun 2004 dengan nilai 2,790 dan terendah pada tahun 2009 dengan nilai 0,733, hal ini pengaruh krisis dari luar negeri yang berdamapak terhadap permintaan CPO. Selama periode 2000-2010 menunjukkan keadaan dimana tahun 2001, 2003, 2008 dan 2009 pertumbuhan ekspor CPO Riau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor CPO Indonesia. Tahun 2000, 2002, 2004, 2005, 2006, 2007 menunjukkan pertumbuhan ekspor CPO Riau lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia, artinya kinerja ekspor CPO Provinsi Riau lebih baik dibandingkan dengan kinerja ekspor Indonesia. Key words: Daya Saing. Crude Palm Oil, RCA

PENDAHULUAN Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan faktor penting dalam memenuhi tujuan dari suatu negara yaitu terjadinya peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata. Pembangunan industri merupakan salah satu aspek penting dalam menopang peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diarahkan untuk tercapainya landasan yang kuat imtuk tumbuh dan berkembang atas kemampuan sendiri. Dalam memacu pertumbuhan ekonomi, sub sektor perkebunan merupakan industri yang menjanjikan bagi negara Indonesia. Tanaman perkebiman yang cukup potensial dan memiliki prospek yang menjanjikan sebagai tanaman perdagangan salah satunya perkebunan kelapa sawit. Provinsi Riau merupakan daerah yang memiliki potensi lahan perkebiman kelapa sawit setiap tahunnya mengalami peningkatan, berdasarkan data dari Dinas Perkebunan tahun 2006 luas areal perkebunan kelapa sawit di Riau 1.530.150,39 Ha, dan terus bertambah setiap tahunnya. Tahun 2007 menjadi 1.612.381,60 Ha, tahun 2008 menjadi 1.673.551,37 Ha, tahun 2009 menjadi 1.925.341 Ha dan tahun 2010 menjadi 2.103.175 Ha. Salah satu komoditi kelapa sawit yang dipasarkan adalah dalam bentuk minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO). Menurut Pahan (2005) minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia bukan saja disebabkan karena kelapa sawit merupakan salah satu sumber pendapatan devisa negara tetapi kelapa sawit juga merupakan sumber makanan bagi rakyat Indonesia, yaitu sebagai bahan baku industri minyak goreng.

Banyaknya luas areal perkebunan sawit memberi dampak terhadap produksi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil / CPO), juga mengalami peningkatan setiap tahunnya, tahun 2006 produksi CPO 4.659.239 ton, tahun 2007 produksi CPO 5.119.264 ton, tahun 2008 produksi CPO 5.763.144 ton, tahu 2009 produksi CPO 5.932.308 ton, dan tahun 2010 produksi CPO 6.293.542 ton. Seiring dengan perkembangan komoditi CPO Riau tentunya menghadapi saingan, baik persaingan CPO dari daerah-daerah lain maupun terhadap substitusi CPO untuk berbagai input dalam kegiatan industri hilimya. Berkenaan dengan masalah daya saing yang dihadapi ini diperlukan strategi yang tepat imtuk menghadapinya. Untuk itulah studi analisis daya saing ekspor CPO Provinsi Riau perlu dilakukan. Bahkan isu negatif yang ditimbulkan tentang kerusakan lingkungan akibat dibukanya hutan tropis guna perluasan perkebunan kelapa sawit yang pada akhimya akan mengganggu bagi pemasaran minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunan lainnya. Adapun tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui daya saing ekspor Crude Palm Oil (CPO) Provinsi Riau. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder 'time - series' untuk tahun 2000-2010 yang dikumpulkan dari berbagai sumber data yang telah dipublikasikan oleh lembaga-lembaga resmi seperti Biro Pusat Statistik dan Instansi Pemerintah lainnya. Untuk batasan operasional variabel dimana daya saing ekspor adalah kemampuan suatu barang atau komoditi dalam memasuki pangsa pasar, indikatomya adalah nilai ekspor Provinsi Riau skala pengukuran dengan indeks

daya saing ekspor komoditi kelapa sawit dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO) skala pengukuran pertahun. Untuk menganalisis tingkat daya saing ekspor dari suatu daerah/negara digunakan dengan melihat angka indikator Revealed Comperative" Advantage (RCA) RCA ij = Xij / Xit Wj / Wt Dimana RCA = Angka Revealed Comperative Advantage Xij Xit Wj Wt = Nilai komoditi ekspor CPO Riau = Nilai total ekspor komoditi CPO Riau = Nilai komoditi ekspor CPO Nasional = Nilai total ekspor komoditi Nasional Nilai yang didapat dari perhitungan RCA bervariasi, ada yang lebih, kurang atau bahkan sama dengan satu. a. Jika nilai RCA lebih besar dari satu maka komoditi ekspor perkebunan di Riau mempunyai daya saing diatas daya saing rata-rata Indonesia. b. Jika nilai RCA lebih kecil dari satu, maka komoditi tersebut mempunyai daya saing dibawah daya saing rata-rata Indonesia. c. Jika nilai RCA sama dengan satu, maka daya saing komoditi di Riau sama dengan daya saing rata-rata Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perkembangan nilai ekspor CPO dan nilai total ekspor non migas Provinsi Riau dari tahun 2000 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Perkembangan Nilai Ekspor CPO dan Nilai Total Ekspor Non Migas Provinsi Riau Tahun 2000-2010. Tahun Nilai Ekspor CPO (US$) Nilai Total Ekspor Non Migas (US $) 2000 466.454.000 7.063.504.000 2001 478.308.000 5.739.110.000 2002 824.625.000 6.559.844.000 2003 1.162.621.000 7.208.062.000 2004 1.347.679.040 2.520.344.203 2005 1.548.424.799 3.141.926.698 2006 2.146.399.301 4.263.803.232 2007 3.630.868.422 6.385.414.685 2008 7.578.866.640 7.923.880.634 2009 4.965.098.960 7.637.623.796 2010 6.077.284.326 10.141.549.236 Sumber: BPS Provinsi Riau 2010 Berdasarkan data di atas bahwa secara umum nilai ekspor CPO Provinsi Riau mengalami kenaikan setiap tahurmya, hanya pada tahun 2009 yang mengalami penurunan dari tahun 2008 dan tahun 2010 nilai ekspor CPO naik kembali, dengan nilai US $ 6.077.284.326, untuk nilai total ekspor non migas mengalami fluktuasi setiap tahunnya dengan nilai terendah pada tahun 2004 US $ 2.520.344.203, dan tertinggi pada tahun 2010 US $ 10.141.549.236.

Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor CPO Dan Nilai Total Ekspor Non Migas Indonesia Tahun 2000-2010. Tahun Nilai Ekspor CPO Indonesia (000.000. US $) Nilai Total Ekspor Non Migas Indonesia (000.000. US $) 2000 1.087,3 47.757,4 2001 1.080,9 43.684,6 2002 2.092,4 45.046,1 2003 2.454,6 47.406,8 2004 3.441,8 55.939,3 2005 3.756,3 66.428,4 2006 4.817,6 79.589,1 2007 7.869,6 92.012,3 2008 12.375,6 107.894,2 2009 10.367,6 97.491,7 2010 13.469,0 129.738,5 Sumber: Statistik Indonesia 2011 Berdasarkan tabel di atas bahwa selama periode sepuluh tahunan nilai ekspor CPO Indonesia memiliki trend yang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, hanya saja tahun 2009 yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dengan nilai US $ 10.367.600.000, dan tahim 2010 nilai ekspor meningkat kembali menjadi US $ 13.469.000.000. Untuk nilai total ekspor non migas Indonesia terjadi fluktuasi dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Tahun 2004 sampai tahun 2008 menunjukkan

peningkatan. Tahun 2009 terjadi penurunan kembau dan hingga tahun 2010 nilainya menjadi US $ 129.738.500.000. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan" analisis RCA selama sepuluh tahun diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 3. Nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Tahun 2000-2010. Nilai Ekspor Nilai Total Ekspor Nilai CPO Nilai Total Ekspor Tahun CPO Riau Non Migas Riau Indonesia Non Migas RCA (US$) (US$) (Juta US $) Indonesia (US $) 2000 466.454.000 7.063.504.000 1.087,3 47.757,4 2,901 2001 478.308.000 5.739.110.000 1.080,9 43.684,6 3,368 2002 824.625.000 6.559.844.000 2.092,4 45.046,1 2,706 2003 1.162.621.000 7.208.062.000 2.454,6 47.406,8 3,115 2004 1.347.679.040 2.520.344.203 3.441,8 55.939,3 8,691 2005 1.548.424.799 3.141.926.698 3.756,3 66.428,4 8,715 2006 2.146.399.301 4.263.803.232 4.817,6 79.589,1 8,316 2007 3.630.868.422 6.385.414.685 7.869,6 92.012,3 6,648 2008 7.578.866.640 7.923.880.634 12.375,6 107.894,2 8,339 2009 4.965.098.960 7.637.623.796 10.367,6 97.491,7 6,113 2010 6.077.284.326 10.141.549.236 13.469,0 129.738,5 5,772 Suml Der: Data Olahan Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan bahwa tingkat daya saing Crude Palm Oil (CPO) Riau, nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) setiap tahun dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan angka yang

cukup baik (RCA > 1) artinya ekspor CPO Provinsi Riau mempunyai daya saing diatas daya saing rat-rata Indonesia, nilai tertinggi pada tahun 2005 dengan nilai 8,715 dan terendah pada tahun 2002 dengan nilai 2,706. Penilaian angka Revealed Comparative Advantage (RCA) terhadap Crude Palm Oil (CPO) Riau dengan batasan jika nilai besar dari satu maka komoditi tersebut memiliki keunggulan dan jika nilai kecil dari satu tidak unggul. Tabel 4. Penilaian Revealed Comparative Advantage (RCA) terhadap Crude Palm Oil (CPO) dari Tahun 2000-2010. Tahun Nilai RCA CPO Keterangan 2000 2,901 Memiliki keunggulan 2001 3,368 Memiliki keunggulan 2002 2,706 Memiliki keunggulan 2003 3,115 Memiliki keunggulan 2004 8,691 Memiliki keunggulan 2005 8,715 Memiliki keunggulan 2006 8,316 Memiliki keunggulan 2007 6,648 Memiliki keunggulan 2008 8,339 Memiliki keunggulan 2009 6,113 Memiliki keunggulan 2010 5,772 Memiliki keunggulan Sumber: Data Olahan Setelah diperoleh nilai RCA maka dapat dilihat besamya indeks RCA dengan cara membandingkan nilai RCA antara dua waktu, indeks RCA ini menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari daerah Riau dalam suatu komoditi terhadap Indonesia. Ketentuan yang dipakai adalah indeks

yang lebih kecil dari satu menunjukkan terjadinya penimman RCA artinya kinerja ekspor komoditi CPO dari Riau mengalami kemunduran relatif dibandingkan dengan kinerja ekspor rata-rata Indonesia. Indeks RCA yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa kinerja ekspor CPO Riau meningkat relatif dibandingkan dengan kinerja ekspor rata-rata Indonesia. Indeks RCA sama dengan satu maka kinerja ekspor CPO Riau sama dengan kinerja ekspor rata-rata Indonesia. Tabel 5. Nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Revealed Comparative Advantage Crude Palm Oil Riau Tahun 2000-2010. Tahun Nilai RCA Indeks RCA 2000 2,901-2001 3,368 1,161 2002 2,706 0,803 2003 3,115 1,151 2004 8,691 2,790 2005 8,715 1,003 2006 8,316 0,954 2007 6,648 0,799 2008 8,339 1,254 2009 6,113 0,733 2010 5,772 0,944 Sumber: Data Olahan Berdasarkan hasil indeks RCA diperoleh indeks tertinggi tahun 2004 dengan nilai 2,790. Sedangkan indeks terendah pada tahun 2009 dengan nilai 0,733 yang menunjukkan kecil dari satu, artinya kinerja ekspor Crude Palm Oil Riau mengalami kemunduran relatif dibandingkan dengan kinerja ekspor rata-rata

Indonesia. Mengukur tingkat daya saing suatu ekspor berhubungan erat dengan pertumbuhan standar. Tabel 6. Pertumbuhan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Riau dan Indonesia Tahun 2000-2010. Tahun Pertumbuhan Ekspor CPO Riau % Pertumbuhan Ekspor CPO Indonesia % 2000 0,03 3 (0,01) (1) 2001 0,72 72 0,94 94 2002 0,41 41 0,17 17 2003 0,16 16 0,40 40 2004 0,15 15 0,09 9 2005 0,39 39 0,28 28 2006 0,69 69 0,63 63 2007 1,09 109 0,57 57 2008 (0,34) (34) (0,16) (16) 2009 0,22 22 0,30 30 2010 (1,00) (100) (1,00) (100) Sumber: Data Olahan Berdasarkan data di atas bahwa pertxmibuhan ekspor Crude Palm Oil (CPO) Riau selama periode 2000-2010 menunjukkan keadaan dimana tahxm 2001, 2003, 2008 dan 2009, pertumbuhan ekspor CPO Riau lebih rendah dibandingkan dengan pertiunbuhan ekspor CPO Indonesia berarti kinerja ekspor Indonesia lebih baik dibandingkan dengan Provinsi Riau. Tahuim 2000, 2002, 2004, 2005, 2006 dan 2007, menunjukkan pertumbuhan ekspor CPO Riau lebih

tinggi dibandingkan dengan Indonesia, hal ini menunjukkan kinerja ekspor CPO Provinsi Riau lebih baik dibandingkan dengan kinerja ekspor Indonesia. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Provinsi Riau mempimyai kemampuan ekspor Crude Palm Oil (CPO) yang potensial untuk diperdagangkan, hal ini tergambar dari hasil analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), ekspor Crude Palm Oil (CPO) periode 2000-2010 menunjukkan Riau mempunyai daya saing di atas daya saing Indonesia (RCA > 1) dan memiliki keimggulan dalam mengekspor CPO. Nilai indeks RCA dari periode 2000-2010 secara umiun memiliki kinerja ekspor lebih baik dibandingkan dengan Indonesia, begitu juga tingkat pertumbuhan CPO Riau lebih bagus dari CPO Indonesia. Saran Untuk stake holder seperti pemerintah dan para pelaku ekspor harus melakukan pembenahan, agar di tahun-tahun ke depan memiliki daya saing dan kinerja ekspor yang tinggi di awali dari peningkatan kualitas input, output proses pengolahan, hingga pemenuhan standar ekspor pengemasan sampai pada pajak ekspor dan memperhatikan unsur lingkungan dalam pengolahan, sehingga tidak mendapat hambatan dalam kegiatan ekspor CPO.