BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, kanker, Diabetes Melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010 dalam Kemenkes RI, 2014). Diabetes Melitus (DM) termasuk salah satu dari empat jenis PTM utama menurut WHO (Balitbangkes, 2013). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, DM merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Dimana sekitar 90 95% kasus DM adalah DM tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Artawan, 2015) International Diabetes Federation (IDF) mengestimasi prevalensi diabetes secara global pada tahun 2015 sebesar 8,8% (415 juta orang) dimana satu dari 11 orang dewasa menderita diabetes dan 12% dari pengeluaran kesehatan global digunakan untuk diabetes. Jika tren ini terus berlanjut maka prevalensi diabetes akan meningkat menjadi 10,4% (642 juta orang) pada tahun 2040. Diketahui jika Cina, India, dan Amerika menduduki posisi tiga teratas negara dengan jumlah penderita DM terbanyak. 1
2 Sedangkan Indonesia menempati urutan ke-7 dengan jumlah penderita DM sebanyak 10 juta orang dan jika terus berlanjut diperkirakan pada tahun 2040 akan meningkat menjadi 16,2 juta orang atau menempatai urutan ke-6 (IDF, 2015). International Diabetes Federation (IDF) mengestimasi prevalensi diabetes di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 6,5% (IDF, 2015). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada penduduk usia 15 tahun diperoleh proporsi DM 6,9% (12 juta orang), gula darah puasa (GDP) terganggu 36,6%, dan toleransi glukosa terganggu (TGT) 29,9% (Balitbangkes, 2013). Prevalensi DM di Indonesia tahun 2013 berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5% dengan prevalensi tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi DM di Bali yang terdiagnosis dokter sebesar 1,3% (Balitbangkes, 2013). Selain jumlah penderita yang terus meningkat, hal lain yang perlu diwaspadai dari DM adalah bahaya komplikasi yang timbul jika DM tidak terkendali. Komplikasi biasanya akan terjadi dalam kurun waktu lima sampai dengan sepuluh tahun setelah diagnosis ditegakkan (Smeltzer & Bare, 2010 dalam Lestari, 2013). Pengendalian DM yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mencegah timbulnya komplikasi di kemudian hari (Kirwanto, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Soewondo dkk (2010), dilaporkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe 2 di Indonesia memiliki kendali glikemik yang buruk dimana sebanyak 67,9% pasien memiliki A1c > 7% (8,1 ± 2,0%) dan 47,2% pasien memiliki kadar glukosa plasma puasa > 130 mg/dl (161,6 ± 14,6 mg/dl). Hal tersebut mengindikasikan adanya kesenjangan antara rekomendasi atau standar dari beberapa pedoman dengan hasil di lapangan.
3 Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan komplikasi akut dan komplikasi kronik (makrovaskular maupun mikrovaskular). Dalam studi United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) pada pasien DM tipe 2 tampak bahwa dalam 9 tahun, 9% pasien DM mengalami komplikasi mikrovaskular dan 20% mengalami komplikasi makrovaskular dimana komplikasi makrovaskular berupa aterosklerotik merupakan 75% penyebab kematian pada DM tipe 2. Selain itu, dilaporkan bahwa DM merupakan penyebab utama kebutaan dan gagal ginjal (Wallace, 1999 dalam Kurniawan, 2010). Sedangkan penelitian yang dilakukan Soewondo dkk (2010) pada pasien DM tipe 2 di Indonesia diketahui bahwa Neuropati merupakan komplikasi yang paling umum terjadi (67,2%). Mengingat tingginya prevalensi dan biaya perawatan untuk penderita DM maka perlu adanya upaya untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut meliputi peningkatan edukasi, perilaku konsumsi obat diabetes, latihan jasmani (aktivitas fisik), pengaturan makanan serta pengecekan berkala glukosa darah (Anani, 2012). Keberhasilan pengendalian DM tergantung dari perilaku pasien DM dimana perilaku penanggulangan DM yang dilakukan oleh setiap pasien berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perubahan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors) (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan data Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis puskesmas oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah kunjungan penderita DM ke puskesmas di seluruh kabupaten di Provinsi Bali selama tahun 2013 sebanyak 16.144 orang (Dinkes Provinsi Bali, 2013) dan tahun 2014 sebanyak 16.116 orang (Dinkes Provinsi Bali, 2014). Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan salah satu puskesmas dengan jumlah kunjungan penderita DM yang tinggi di Kota Denpasar pada tahun 2015
4 dengan jumlah kunjungan penderita DM tipe 2 sebanyak 342 orang (Puskesmas II Denpasar Selatan, 2015). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016? 2. Bagaimana gambaran sikap tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016? 3. Bagaimana gambaran persepsi jarak fasilitas kesehatan pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016? 4. Bagaimana gambaran persepsi biaya pengobatan pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016? 5. Bagaimana gambaran dukungan keluarga dalam pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016? 6. Bagaimana gambaran dukungan petugas kesehatan dalam pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?
5 7. Bagaimana gambaran perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016? Tujuan 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016. 3. Untuk mengetahui gambaran persepsi jarak fasilitas kesehatan pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016. 4. Untuk mengetahui gambaran persepsi biaya pengobatan pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016. 5. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016. 6. Untuk mengetahui gambaran dukungan petugas kesehatan dalam pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.
6 7. Untuk mengetahui gambaran perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016. Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 serta dapat dijadikan masukan awal atau referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. 1.5.2 Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas II Denpasar Selatan dalam merencanakan atau mengembangkan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian DM pada pasien DM tipe 2. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan epidemiologi penyakit tidak menular mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.