BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

dokumen-dokumen yang mirip
PNPM MANDIRI PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

SAMBUTAN KEPALA DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 13 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BAB II PERATURAN PNPM MANDIRI PEDESAAN DAN PERATURAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI KECAMATAN SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2009 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KLEPU TAHUN DITETAPKAN DENGAN PERATURAN DESA KLEPU NO TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA

Dpemerintahan terkecil dan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai sebagai hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut, kebijakan, prakarsa dan kemampuan sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat telah membuka peluang dan kesempatan luas bagi daerah untuk merekonstruksikan format penyelenggaraan pemerintahan lokal yang sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat, karena Otonomi Daerah harus dibarengi dengan basis kultural masyarakat lokal. Format baru dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan lokal yang merupakan reformasi dari sistem sebelumnya semestinya dibangun diatas tatanan budaya, adat-istiadat dan nilai-nilai lokal yang dapat memberikan ruang publik untuk berpartisipasi dan akses dalam politik lokal yang bertumpu pada semangat egaliterian dalam kehidupan masyarakat madani. Kemiskinan bukan hanya permasalahan ekonomi semata, tetapi lebih merupakan hasil akhir dari interaksi faktor-faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya. Untuk mengatasi permasalahan ini sangat diperlukan suatu proses pemberdayaan.

Dengan pemberdayaan akan dapat membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan masyarakat dapat bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri. Provinsi Sumatera Utara yang kaya akan sumberdaya alamnya, dari tahun ke tahun terus terjadi peningkatan yang signifikan terhadap penduduk miskin, dimana kemiskinan di Sumatera Utara bukan disebabkan oleh kemiskinan alami semata, tetapi lebih disebabkan oleh kemiskinan struktural yang multi dimensional, yakni suatu keadaan dimana kebijakan pembangunan yang tidak memihak pada orang miskin. Menurut Mubyarto (1995) kemiskinan struktural merupakan jenis keadaan kemiskinan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Adapun penyebab di Kecamatan Stabat antara lain: 1) masalah rendahnya pendidikan, 2) akumulasi modal yang rendah, 3) kurangnya keterampilan masyarakat. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk peningkatan pendapatan masyarakat dengan meningkatnya pendapatan maka kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Kesejahteraan adalah melalui peningkatan akses pada pemeliharaan kesehatan, program pengentasan kemiskinan dan pelayanan pendidikan. Keduanya

dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumberdaya pembangunan. Sasaran pembangunan yang berorientasi pada wilayah tertinggal adalah peningkatan dan pembangunan infrastruktur pedesaan yang diperlukan pada desa-desa tertinggal untuk memperbaiki dan membangun irigasi, jalan umum dan prasarana air bersih. Dewasa ini dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat kecil dalam hal ini adalah masyarakat pedesaan pemerintah telah banyak mengeluarkan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan. Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri dimulai tahun 2007 yang terdiri dari progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan, progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perkotaan dan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dalam hal dari pemerintah pusat hingga ke pemerintah daerah dan berkelanjutan melalui beberapa tahapan yang berkesinambungan. Pendekatan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan merupakan pengembangan dari program pengembangan kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan program pengembangan kecamatan (PPK) adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri merupakan kelanjutan

dari program pengembangan kecamatan (PPK) namun perbedaan diantaranya menyangkut masalah sharing dana antar pusat dan daerah, program pengembangan kecamatan (PPK) murni anggaran dari pusat sedangkan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri sharing pusat dan daerah, serta program pengembangan kecamatan (PPK) tidak tampak pemberdayaannya. Visi progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya di luar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan adalah: 1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; 2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; 3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; 4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; 5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Sedangkan tujuan khusus progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan antara lain : meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat,

melembagakan pengelolaan pembangunan, pengembangan kapasitas pemerintahan desa, menyediakan prasarana sosial, melembagakan pengelolaan dana bergulir, mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa dan mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan. (Depdagri RI, 2008) Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan No. 25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Pelaksanaan program ini pada seluruh pedesaan di Indonesia, dimana yang menjadi sasarannya adalah masyarakat miskin pedesaan, kelembagaan masyarakat dipedesaan dan kelembagaan pemerintahan lokal. Pendanaan program ini bersumber dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta swadaya masyarakat dan partisipasi dunia usaha. Berikut ini alur tahapan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan yang dilaksanakan sebagai berikut:

ALUR TAHAPAN PNPM MANDIRI PEDESAAN ORIENTASI DAN PENGAMATAN LAPANGAN EVALUASI MAD Sosialisasi Operasional Pemeliharaan Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan Musdes Serah Terima Supervisi Pelaksanaan, Kunjungan Antar Desa, Pelatihan Tim Pemeliharaan Form : Survey disusun criteria kesejahteraan pemetaan RTM diagram kelembagaan kalender musim peta sosial Musdes Sosialisasi Pelatihan Kader Pemberdayaan Mayarakat Desa/Kelurahan PenggalianGagasan Persiapan Pelaksanaan (Pendaftaran tenaga, pelatihan TKP, UPK, dan pelaku desa lainnya Musdes Pertanggung jawaban Suprvisi Pelaksanaan dan Kunjungan Antar Desa Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan 1.Visi Desa. 2.Peta Sosial Desa 3.Usulan Peta (BI M, ADD, PJM, lainnya 4.PJM (RKP Des, RPJM Des Musdes Perencanaan Musy. Desa Khusus Perempuan Penulisan Usulan dg/tanpa desain RAB Musrembang Kab Fonim SKPD Musdes Informasi Hasil MAD -Rangkaian Usulan -Renstra Kecamatan MAD Penetapan Usulan MAD Prioritas Usulan Verifikasi Usulan Desain & RAB Verifikasi Teknis SPP Penetapan Pendanaan Usulan Kecamatan Sumber: Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Pedesaan (2008) Gambar 1.1 Alur Tahapan Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan

Gambar di atas menjelaskan bahwa tahapan dalam progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan dimulai dari perencanaan kegiatan yang terdiri dari sub kegiatan musyawarah antar desa (MAD) sosialiasasi, musyawarah desa (Musdes) sosialisasi, pelatihan kader pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan, penggalian gagasan, musyawarah desa khusus perempuan, musyawarah perencanaan, penulisan usulan desa, verifikasi usulan, musyawarah antar desa prioritas usulan, musyawarah antar desa penetapan usulan, musyawarah desa informasi hasil musyawarah antar desa, pengesahan dokumen surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB). Kemudian pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan pelaksanaan, pelaksanaan, musyawarah desa pertanggung jawaban, sertifikasi, revisi kegiatan, dokumentasi kegiatan, penyelesaian kegiatan. Pelestarian kegiatan, meliputi: hasil kegiatan, proses pelestarian, komponen pendukung pelestarian, sistem pemeliharaan dan pelatihan pemeliharaan. Kemudian mekanisme penyaluran dana bantuan ini antara lain dapat dilihat dari gambar berikut: Proses Penyelesaian Tahap Terakhir UPK SPPB + RPD + LPD + KW 2 + SKMP tahap akhir Tahap Pencairan Uang masuk ke Kas TPK Penyiapan Catatan kegiatan yg harus dibayar Masih Tahap Pencairan Habis

Pembayaran Buku bukti Pembukuan Sumber: (Depdagri RI, 2008) Gambar 1.2 Mekanisme Penyaluran Dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri Pedesaan Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa proses penyaluran dana dari rekening kolektif BLM yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa, dengan mekanisme 1) pembuatan surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) antara Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dengan Tim Pengelola Kegiatan (TPK), 2) Tim Pengelola Kegiatan (TPK) menyiapkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan dan 3) untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan Laporan Penggunaan Dana (LPD) sebelum dilengkapi bukti-bukti yang sah. Berbagai program dari pemerintah tersebut merupakan upaya nyata dalam rangka memberdayakan masyarakat pedesaan agar masyarakat dapat lebih mandiri. Namun berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan khususnya yang terjadi di Kecamatan Stabat ditemukan beberapa fenomena: 1. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan berdasarkan Juklat diperuntukkan bagi masyarakat miskin sedangkan dalam pelaksanaannya kurang melibatkan masyarakat miskin, hal ini terbukti hampir

90% dana pada simpan pinjam diperuntukkan bagi pedagang, petani dan mereka yang sudah memiliki usaha, sedangkan masyarakat miskin sulit memperoleh dana tersebut. 2. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan dikelola oleh tim pengelola yang menguasai permasalahan di lapangan, namun kenyataannya masih terkesan kurang terampilnya unit pengelola kegiatan (UPK) yang mengelola program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan hal ini dapat dilihat dari lambannya setiap penyaluran dana kepada masyarakat. 3. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan diperuntukkan kepada masyarakat dalam rangka pemberdayaan, namun masyarakat masih kurang respek terhadap program ini, karena mereka merasa kurang diikutsertakan dalam pelaksanannya. 4. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan dilaksanakan berdasarkan partisipasi masyarakat, namun adanya indikasi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan swadaya dalam rangka pembangunan di pedesaaan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini memfokuskan tingkat partisipasi masyarakat khususnya mengenai kegiatan simpan pinjam dalam sebuah penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat.

1. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan sebagai berikut: 1. Apakah pembiayaan bantuan infrastruktur dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat? 2. Apakah pembiayaan bantuan ekonomi bergulir dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat? 3. Apakah pembiayaan bantuan beasiswa perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat? 1. 3. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan : 1. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan infrastruktur dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. 2. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan bantuan ekonomi bergulir dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan bantuan beasiswa perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. 1. 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan, bahan informasi dan bermanfaat: 1. Bagi Penulis memberikan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya dalam bidang penelitian. 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Langkat dalam rangka memberdayakan masyarakat di pedesaan, khususnya di Kecamatan Stabat. 3. Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian lebih lanjut mengenai upaya mewujudkan kemandirian masyarakat pedesaan.