PENGARUH PENAMBAHAN GLISIN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN WANITA HAMIL TRIMESTER KEDUA YANG MENDAPAT SUPLEMEN ZAT BESI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN GLISIN TERHADAP NILAI HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA YANG MENDAPAT SUPLEMEN ZAT BESI

PENGARUH PEMBERIAN GLISIN TERHADAP KADAR HEMATOKRIT REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI ZAT BESI

PUTRI DENGAN ANEMIA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI ZAT BESI ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN GLISIN TERHADAP NILAI MCH PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI ZAT BESI

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

PENGARUH KONSUMSI HATI AYAM TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN MINUM TABLET Fe DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI KABUPATEN WONOSOBO TESIS

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH LAPORAN AKHIR HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ZAT BESI DENGAN PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III. Oleh: YURI SHABRINA SUSANI

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERHADAP ANEMIA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP CIDAUN CIANJUR TAHUN 2017

PENGARUH MENGKONSUMSI MULTIPLE MICRO NUTRIENT (MMN) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013)

HUBUNGAN KETERATURAN KONSUMSI TABLET BESI DAN POLA MAKAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS MUARA TEMBESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi. (Hani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG.

PENGARUH KONSUMSI BELIMBING MANIS TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, KEJADIAN KONSTIPASI DAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KLATEN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

PEMBERIAN TABLET Fe DAN JUS JAMBU BIJI PADA REMAJA PUTRI YANG ANEMIA DEFISIENSI BESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

PENGARUH PEMBERIAN KLOROFIL TERHADAP KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS MODEL ANEMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri.

RESUME JOURNAL READING

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG CARA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

Jurnal Bidan Midwife Journal Volume 2, No. 1, Januari 2016 pissn eissn X

ABSTRAK PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D 3 DOSIS TINGGI TERHADAP KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstract. Keyword: Nutrition education, protein intake and iron, hemoglobin, anemia

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

ABSTRAK. EFEK BUAH MELON SKY ROCKET (Cucumis melo L.) TERHADAP TEKANAN DARAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Keywords : Long Bean Leaves, Haemoglobin, Pregnancy Second Trimester

KARAKTERISTIK YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGUN KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

SKRIPSI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEBUTUHAN SEDIAAN SUPLEMEN MENGANDUNG ZAT BESI DI PUSKESMAS PADANG BULAN.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara

Kata kunci: Belimbing wuluh, tekanan darah, wanita dewasa.

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DAN III DI BPS. NY. K KOTA MOJOKERTO Oleh: DEFIRA AYU RAHAYU

ABSTRAK. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, dan Geriatri.

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN GLISIN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN WANITA HAMIL TRIMESTER KEDUA YANG MENDAPAT SUPLEMEN ZAT BESI ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Oleh : YURICA BAHARUDIN G2A002184 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 HALAMAN PENGESAHAN

Artikel Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 29 Juli 2006 dan telah dilakukan perbaikan sesuai dengan saran-saran yang diberikan. Tim Penguji, Penguji Dosen Pembimbing dr. Anindita Soetaji, sp.a dr. Kusmiyati DK, M.Kes NIP. 132.296.948 NIP. 131.252.961 Ketua Penguji dr. Niken Puruhita NIP.132.205.005 The effect of glycine supplementation on hemoglobin level of 2 nd semester pregnant women that receive iron supplement Yurica Baharudin*, Kusmiyati** ABSTRACT Background : iron deficiency in pregnant women has caused mortality and morbidity of mother and infants increase. Iron supplementation program can t decrease this prevalency. Glycine, as one of the material to produce hemoglobin, is reasonable to be considered as alternative resolution. Hemoglobin level that lower than normal may indicate anemia. This research had a purpose to prove that glycine enrichment in iron supplementation program can affect hemoglobin level of 2 nd semester pregnant women who suffer light-moderate anemia.

Method: this research was a true experimental with double blind randomized control trial design. Samples consist of 30 second semester pregnant women with light-moderate anemic, divided into 2 groups, control group (receive plasebo) and treatment group (receive 500 mg glycine). The data were processed with SPSS 13.0 for windows, using Kolmogorov-Smirnov, paired t-test and independent t-test. Result: The result shows the control group mean hemoglobin level before the treatment was 9,916±0,89 mg/dl and after the treatment was 10,819±0,81 mg/dl (p=0,16). The treatment group mean hemoglobin level before treatment was 10,173±0,79 mg/dl and after the treatment was 10,627±0,86 mg/dl (p=0,09). While the control group mean difference hemoglobin level was 0,856±1,06 mg/dl and the treatment group was 0,433±0,76 mg/dl ( p=0,272) Conclusion: The hemoglobin level of samples who receive placebo as well as they who receive glycine had no significant differences increase between before and after the treatment. While the mean difference hemoglobin level of samples with glycine had no significant effect than they with placebo. Keyword : Glycine, pregnancy, iron supplementation, hemoglobin * Student of Medical Faculty Diponegoro University ** Lecturer staff Biochemical Departement of Medical Faculty Diponegoro University Pengaruh Penambahan Glisin terhadap Kadar Hemoglobin Wanita Hamil Trimester Kedua yang Mendapat Suplemen Zat Besi Yurica Baharudin*, Kusmiyati** ABSTRACK Latar belakang :anemia defisiensi besi pada wanita hamil menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun janin. Program suplementasi besi belum mampu menurunkan angka kejadian anemia. Glisin, sebagai salah satu bahan baku pembentuk hemoglobin, layak dipertimbangkan sebagai alternatif penyelesaian. Kadar hemoglobin dibawah normal merupakan tanda anemia. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh penambahan suplemen glisin pada wanita hamil trimester kedua yang mendapat suplemen besi. Metode : penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan desain penelitian double blind randomized control trial. Sampel terdiri dari 30 wanita hamil trimester kedua yang menderita anemia ringan-sedang, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (mendapat plasebo) dan kelompok perlakuan (mendapat glisin 500 mg). Data diolah dengan menggunakan program SPSS 13.0 for windows. Analisis dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnof, paired t-test dan independent t- test Hasil : didapatkan rerata kadar hemoglobin kelompok kontrol sebelum perlakuan adalah 9,916±0,89 mg/dl dan sesudah perlakuan adalah 10,819±0,81 mg/dl (p=0,16). Kadar hemoglobin kelompok perlakuan sebelum perlakuan adalah 10,173±0,79 mg/dl dan sesudah perlakuan adalah 10,627±0,86 mg/dl (p=0,09). Sedangkan rerata selisih kelompok kontrol adalah 0,856±1,06 mg/dl dan kelompok perlakuan adalah 0,433±0,76 mg/dl (p =0,272). Kesimpulan : kadar hemoglobin sampel yang diberi plasebo maupun yang mendapat suplemen glisin tidak menunjukkan peningkatan yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan rerata selisih kadar hemoglobin sampel yang mendapat suplemen glisin tidak ada perbedaan yang bermakna dengan rerata selisih sampel yang hanya mendapat plasebo. Kata kunci : Glisin, Kehamilan, Suplementasi Besi,Hemoglobin * Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

** Staf Pengajar Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang PENDAHULUAN Anemia pada wanita hamil masih menjadi masalah kesehatan dunia, di Indonesia prevalensi anemia pada wanita hamil antara 38% - 71,5%. 1 Anemia pada wanita hamil disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan akan besi yaitu sekitar tiga kali lipat disertai terjadinya peningkatan volume plasma yang tidak seimbang dengan peningkatan eritropoesis. 2,3 Anemia berat dapat menyebabkan badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kematian intrauterin, kematian perinatal, kematian janin waktu lahir, cacat bawaan dan cadangan besi yang kurang. Pada ibu, anemia dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri, infeksi baik intrapartum maupun postpartum, afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia, syok dan bahkan kematian. 4 Kadar Hemoglobin merupakan salah satu indikator terjadinya anemia. Dimana bila kadar Hb kurang dari batas normal menunjukkan salah satu tanda anemia. 5 Program pemberian suplementasi tablet besi selama kehamilan belum menunjukan keberhasilan. Pemberian glisin, sebagai tambahan pada suplementasi besi, tampaknya layak dipertimbangkan untuk menurunkan prevalensi anemia. diperlukan untuk sintesis molekul hemoglobin, kolagen dan gluthathion. 6 Glisin Pada beberapa penelitian, senyawa iron bis-glycine diabsorpsi tubuh 4 kali lebih tinggi daripada ferrous sulfat sendiri. 7 Pada penelitian dengan parameter kadar hemoglobin didapatkan bahwa 30mg / hari iron bis-glycine diabsopsi 4 kali lebih efisien daripada 120 mg ferous sulfat dan didapatkan kesembuhan dari anemia setelah 4 minggu. 8 Namun karena masalah biaya, pemberian komponen penyusunnya yaitu glisin dan ferrous sulfat secara terpisah, layak dipertimbangkan dimana harganya akan lebih terjangkau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan glisin terhadap kadar hemoglobin wanita hamil trimester kedua yang mendapat suplemen zat besi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

manfaat dalam upaya menurunkan prevalensi anemia pada wanita hamil dengan pemberian suplemen glisin. METODE Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan menggunakan rancangan Double Blind Randomized Control Trial. Subyek penelitian adalah wanita hamil trimester kedua, berusia antara 20-40 tahun dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. Subyek penelitian tidak diikutsertakan apabila mempunyai riwayat penyakit sistemik/ metabolik atau sedang dalam pengobatan jangka panjang suatu penyakit. Subyek penelitian didapatkan dari Puskesmas Halmahera, Puskesmas Pandanaran, dan praktek bidan swasta Bandarharjo. Penelitian ini dimulai dengan melakukan screening pemeriksaan kadar hemoglobin pada subyek penelitian yang memenuhi kriteria. Screening dilakukan untuk mendapatkan 30 subyek penelitian yang menderita anemia ringan-sedang. Subyek penelitian kemudian dibagi dalam kelompok perlakuan dan kontrol dengan cara randomisasi sederhana dengan menggunakan tabel angka random. Kemudian, pemeriksaan sampel darah awal dilakukan untuk mengetahui nilai hemoglobin sebelum perlakuan. Kelompok perlakuan mengonsumsi glisin 500 mg dan tablet ferrous sulfat 300 mg setiap hari selama 4 minggu.sedangkan kelompok kontrol mengonsumsi amylum 500 mg dan tablet ferrous sulfat 300 mg setiap hari selama 4 minggu. Setelah perlakuan tersebut dilakukan pemeriksaan sampel darah akhir untuk mengetahui nilai hemoglobin. Setiap pemeriksaan sampel darah dilakukan dengan pengambilan 2 cc darah vena dengan disposable syringe. Sampel darah lalu dimasukkan dalam vial berisi EDTA, ditutup, diberi label kemudian diperiksa di Laboratorium Ideal Semarang. Kadar hemoglobin diperiksa dengan spektrofotometri. Data yang terkumpul diolah dengan program SPSS 13.00 for windows. Nilai hemoglobin sebelum dan sesudah perlakuan masing-masing kelompok serta selisih kadar hemoglobin antara kedua kelompok akan disajikan dalam rerata simpang baku. Kemudian dilakukan uji normalitas data (uji Kolmogorov Smirnof) dan didapatkan bahwa semua data terdistribusi normal. Sehingga data yang diperoleh pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diuji dengan paired t test dan independent sample T-test. HASIL Pemeriksaan kadar hemoglobin awal dilakukan pada 62 pasien untuk mendapatkan 30 pasien yang

memenuhi kriteria. Dari 30 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian, 5 pasien mengundurkan diri saat dilakukan kunjungan rumah. Sehingga penelitian dilakukan pada 25 sampel yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (12 sampel) dan kelompok kontrol (13 sampel) dengan karakteristik : Tabel 1. Data Demografik pasien Perlakuan Kontrol Jumlah sampel 12 13 Umur (tahun)* 25,08 26,92 Umur Kehamilan (minggu)* 18,67 16,69 Hb awal(gr%)* 10,17 9,99 Tekanan sistole (Hg)* 103,33 105,38 Tekanan diastole (Hg)* 67,50 68,46 Gravida * 1,50 2,00 Para * 0,42 0,92 Aborta * 0,17 0,08 Kepatuhan minum obat(kali)* 20,75 26,23 *Nilai rerata Data demografik kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, kecuali pada kepatuhan minum obat didapatkan perbedaan yang bermakna dari hasil uji independent t-test (p=0.000). Kadar hemoglobin kedua kelompok baik sebelum maupun sesudah perlakuan disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. kadar hemoglobin sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan perlakuan Kadar hemoglobin Kelompok sebelum perlakuan sesudah perlakuan paired t-test Mean ±SD Mean ±SD Kontrol 9,916±0,89 10,819±0,81 p=0,16* Perlakuan 10,173±0,79 10,627±0,86 p=0,09* *p>0,05, non significant Kadar hemoglobin kelompok kontrol sebelum perlakuan menunjukkan rata-rata sebesar 9,916±0,89,

sedangkan pada sesudah perlakuan rata-ratanya sebesar 10,819±0,81. Sebaran data kedua kelompok diuji dengan kolmogorov-smirnov dan didapatkan data terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji paired t-test. Hasil uji paired t-test antara keduanya menunjukkan peningkatan yang tidak bermakna. Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan rata-rata sebesar 10,173±0,79 untuk sebelum perlakuan dan 10,627±0,86 untuk sesudah perlakuan. Kemudian dilanjutkan dengan uji normalitas data kolmogorov-smirnov, didapatkan data terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji paired t-test. Hasil uji paired t-test antara keduanya menunjukkan peningkatan yang tidak bermakna. Hasil selisih kadar hemoglobin pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata sebesar 0,856±1,06, sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan rata-rata sebesar 0,433±0,76. Dari data tersebut dilakukan uji normalitas data kolmogorov-smirnov dan didapatkan sebaran data normal sehingga dilanjutkan dengan uji independent t test. Dari uji independent t test didapatkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan, dengan nilai p sebesar 0,272 (tabel 3). Tabel 3. selisih kadar hemoglobin antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan perlakuan Kadar hemoglobin Kelompok selisih sesudah dan sebelum perlakuan Mean ±SD Kontrol 0,856±1,06 Perlakuan 0,433±0,76 Independent sample test p=0,272* *p>0,005, non significant PEMBAHASAN Anemia defisiensi besi pada wanita hamil menyebabkan beberapa penyulit pada ibu dan janin. 4 Pada wanita hamil terjadinya anemia disebabkan oleh kenaikan kebutuhan besi yang tidak disertai asupan besi yang adekuat dari makanan. Anemia dapat ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin. 2 Program suplementasi besi belum menunjukkan hasil yang memuaskan, oleh karena itu glisin sebagai salah satu pembentuk hemoglobin layak dipertimbangkan sebagai suplementasi tambahan. Pernyataan ini didukung oleh Benjamin yang menyarankan iron bis-glycine sebagai fortifikasi diet besi dalam penanganan anemia dikarenakan ketersediaan hayati yang lebih baik daripada ferrous sulfat. 7 Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa baik sampel yang mendapat suplemen besi + glisin maupun

sampel yang mendapat suplemen besi + plasebo mengalami peningkatan kadar hemoglobin setelah suplementasi. Namun berdasarkan uji paired t-test peningkatan yang didapat tidak bermakna. Begitu pula dengan selisih kadar hemoglobin ( perbedaan kadar hemoglobin sampel sebelum dan sesudah suplementasi ) pada sampel yang mendapat suplemen besi + glisin tidak berbeda bermakna dengan sampel yang mendapat suplemen besi + plasebo. Jadi, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan suplemen glisin tidak meningkatkan kadar hemoglobin wanita hamil yang mendapat suplemen besi. Kemungkinan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dikarenakan penelitian ini tidak menggunakan pemeriksaan serum feritin untuk mendeteksi anemia defisiensi besi. Menurut disertasi Hertyanto, anemia pada wanita hamil di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh karena defisiensi seng, sehingga kemungkinan penelitian ini tidak berhasil dikarenakan penyebab anemia pada sampel penelitian bukanlah defisiensi besi. 9 Kemungkinan lain dikarenakan penggunaan preparat yang berbeda dengan penelitian terdahulu yakni ferrous sulfat dan glisin dalam bentuk murni dimana penelitian terdahulu menggunakan iron bis-glycine, suatu senyawa kelat hasil pengikatan 2 molekul glisin ke kation ferous untuk membentuk komponen cincin heterosiklik ganda. Konfigurasi ini dipercaya melindungi besi dari penghambat-penghambat makanan dan juga interaksi di usus halus sehingga memiliki bioavaibilitas yang lebih tinggi dibandingkan ferous sulfat. 10 Pada penelitian ini, pemberian ferous sulfat dan glisin secara murni dikarenakan pertimbangan biaya yang lebih terjangkau daripada pemberian iron bis-glycine. Namun efek perlindungan glisin terhadap proses penyerapan besi kemungkinan tidak didapatkan pada pemberian preparat ini sendiri-sendiri walaupun diberikan secara bersamaan. Hal ini diperkuat dengan penelitian Hallberg yang menyatakan bahwa protein kedelai non-phytate tidak berpengaruh dalam penyerapan besi, dimana glisin banyak terdapat dalam kedelai. 11 Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mungkin preparat glisin murni tidak berpengaruh pada penyerapan besi walaupun pemberiannya secara bersama-sama. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah perbedaan kepatuhan, asupan makanan, variasi genetik dan psikis dimana setiap sampel mempunyai kecenrderungan yang berbeda untuk tersugesti. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil tidak adanya perbedaan yang bermakna pada selisih kadar hemoglobin (p=0,272) antara kelompok kontrol (yang mendapat besi dan plasebo) dengan kelompok

perlakuan (yang mendapat besi dan glisin) SARAN Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menekankan hal-hal berikut yaitu penyaringan sampel anemia dengan pemeriksaan serum ferritin untuk menyingkirkan anemia yang tidak disebabkan defisiensi besi, jumlah sampel yang lebih besar, pengawasan kepatuhan yang lebih ketat, keseragaman asupan makanan dan waktu penelitian yang lebih lama. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Tuhan atas segala rahmat dan kemudahan-kemudahan yang telah diberikan. Terima kasih yang tak terhingga kepada dr. Kusmiyati DK, Mkes selaku pembimbing atas waktu dan kesabarannya membimbing penulis, seluruh staf Laboratorium Ideal atas pengertiannya, Bidan Ny. Sumarni, seluruh staff, tenaga medis dan paramedis Puskesmas Halmahera dan Puskesmas Pandanaran Semarang atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung. Terima kasih kepada keluarga, Erick, dan Imas yang telah banyak membantu dan mendukung terlaksananya penelitian ini.