BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value

dokumen-dokumen yang mirip
Klusterisasi Nilai-nilai Moral Universal Sebagai Landasan Pengembangan Model Pendidikan Karakter. Endang Poerwanti

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA UNTUK SMP KELAS IX TERBITAN ERLANGGA

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab.

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan

BAB V PEMBAHASAN. terurai, maka dalam pembahasan ini akan disajikan sesuai dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

Pancasila Sebagai Sistem Etika. fitri dwi lestari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

Pancasila sebagai Sistem Etika-1

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Oleh: DRS.H.IMAM GHOZALI, MM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUHAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kata moral sering dipakai dengan pengertian yang lain yaitu budi pekerti, akhlak, nilai etika dan sebagainya, meskipun satu dengan yang lain memiliki pengertian detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value yang artinya berdaya guna, dan berlaku (Diane Tilman, 2004: 32). Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, dan indah untuk memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi untuk mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai juga dapat diartikan sebagai standard tingkah laku, dan kebenaran yang mengikat masyarakat manusia, sehingga menjadi kepatutan untuk dijalankan dan dipertahankan. Pembentukan budi pekerti, terkait dengan komponen kepribadian manusia. Al-Ghazali, dalam Poerwanti (2002: 37) menyatakan bahwa disamping komponen ruh yang menghidupkan manusia, terdapat komponen lain yang sangat berpengaruh terhadap perilaku yaitu Al-Qalb (hati, jantung, nurani), Al Nafs (nafsu, dorongan, ambisi, diri) dan Al-Aql (akal, pikiran rasional). Terdapat kesamaan bila komponen tersebut dikaitkan dengan teori Sigmund Freud (dalam Suryabrata, 2003: 23) yang menganalisis kehidupan 1

2 kejiwaan manusia dalam tiga komponen yaitu: (1) Id atau das es yang berisi dorongan dan nafsu yang berprinsip pada kenikmatan, (2) ego atau das ich yaitu fungsi pikir yang bersifat rasional dan berprinsip pada realitas serta (3) super ego atau Das uber Ich yaitu fungsi kata hati atau nurani yang berprinsip pada idealitas dan berfungsi kontrol. Dari berbagai komponen di atas pendidikan moral lebih mengarah pada penguatan fungsi super ego ataupun Al-Qalb. Tujuan pendidikan budi pekerti adalah terbentuknya manusia seutuhnya yaitu manusia yang berbudi pekerti luhur, atau yang sering disebut dengan berbagai istilah insan kamil (manusia sempurna), manusia super normal menurut Schultz, Allport menyebutnya Mature Personality, Self Actualized Person menurut Abraham Maslow, sedang Carl Roger menyebutnya sebagai Fully Functioning Person. Kirchenbaum dalam Megawangi (2004: 41) menyatakan, pendidikan nilai terkait dengan banyak istilah yaitu pendidikan karakter, etika, pendidikan moral, klarifikasi nilai, pelatihan emphaty, dan kecakapan hidup. Budi adalah nalar dengan nalar itulah manusia bisa berpekerti atau bertindak, sehingga budi pekerti yang baik dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku yang baik yang membuat manusia dapat hidup dengan lebih baik bersama orang lain. Perilaku moral dikendalikan nilai moral atau aturan perilaku yang disepakati kelompok tertentu, sehingga perilaku moral tidak saja berdasar standart sosial tetapi juga ada unsur suka rela dalam melaksanakannya.

3 Budi pekerti yang sudah menjadi keseharian dan secara suka rela, spontan dan menjadi ciri individu disebut dengan karakter. Istilah karakter diambil dari bahasa Yunani to mark yang berarti menandai atau mengukir perilaku (Ratna Megawangi, 2004). Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai pendidikan untuk membentuk perilaku dan kepribadian anak melalui pendidikan moral dan budi pekerti, yang hasilnya nampak dalam perilaku seseorang, misalnya perilaku jujur, bertanggungjawab, menghormati hak orang lain, bekerja keras dan sebagainya. Carl Rogers mengatakan bahwa fitrah manusia pada dasarnya bersifat baik, apabila hal ini berfungsi secara bebas, akan dapat berkembang secara positif. Sistem pendidikan yang berupaya memberikan instruksi moral akan merupakan hambatan eksternal yang menegah tumbuhnya fitrah tersebut. Tidak perlunya mengajarkan prinsip moral melalui pendidikan karakter ini yang kemudian menumbuhkan kelompok yang berpendapat bahwa moralitas yang dianggap benar adalah moralitas yang punya alasan logis. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk mendidik anak-anak agar dapat melakukan keputusan bijak dan dapat mempraktikkan dalam kehidupan sehari hari. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan adalah nilai-nilai universal yang dapat menjadi perekat seluruh masyarakat. Dalam suatu masyarakat yang berbeda suku bangsa, agama, adat ataupun sosial budaya, diperlukan adanya nilainilai yang secara universal diakui kebenarannya, dan dijunjung tinggi

4 bersama oleh seluruh masyarakat dan menjadi perekat yang efektif sehingga akan tercipta relasi sosial yang harmoni dalam masyarakat yang heterogen tersebut. Nilai-nilai itulah yang perlu digali dan dikembangkan menjadi nilai pembentuk karakter. Buku Bahasa Indonesia untuk SMP kelas IX merupakan sebuah buku yang terdiri atas nilai-nilai pendidikan karakter bagi siswa. Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia, pengajaran bahasa Indonesia dikembalikan pada kedudukan yang sebenaranya, yaitu melatih siswa membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan mengapresiasi karya sastra. Tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah melatih siswa meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan secara nyata. Berdasarkan hal itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Materi Ajar Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga. 2. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah bertujuan agar pembahasan dan analisis penelitian lebih terfokus. Penelitian ini dibatasi karakteristik penyajian nilai-nilai pendidikan pada materi ajar Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga. Selain itu dibahas mengenai nilainilai pendidikan karakter pada materi ajar Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga.

5 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, fokus kajian dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana penyajian nilai-nilai pendidikan karakater pada Materi Ajar Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga? b. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakater pada Materi Ajar Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga? 4. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui penyajian nilai-nilai pendidikan karakter pada materi ajar Buku Bahasa Indonesia untuk SMP kelas IX Terbitan Erlangga. b. Untuk mengungkap dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter pada materi ajar Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga. 5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: a. Manfaat Praktis 1. Dapat mengetahui penyajian materi ajar yang terdapat pada Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga.

6 2. Dapat membantu pembaca dalam memahami nilai-nilai pendidikan karakter dalam Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga. b. Manfaat Teoritis Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pembaca dalam menemukan nilai-nilai pendidikan karakter. 6. Daftar Istilah a. Nilai Shaver dan Strong (Mulyana, 2006: 29) mendefinisikan nilai sebagai pedoman atau prinsip yang merupakan kriteria untuk menimbang sesuatu permasalahan. Sehingga nilai adalah keyakinan yang dapat dijadikan pedoman atau prinsip dalam menjalani kehidupan. Nilai bersifat lebih mendasar, berakar lebih dalam dan karenanya lebih stabil sebagai bagian dari ciri kepribadian. Lebih dari itu, nilai dianggap sebagai bagian dari kepribadian individu yang dapat mewarnai kepribadian kelompok atau kepribadian bangsa (Azwar, 2005: 9). b. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Menurut Suyanto (2010) pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003

7 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Schwartz (2005: 165) mengemukakan bahwa pendidikan karakter sering digunakan untuk merujuk bagaimana seseorang menjadi baik yaitu orang yang menunjukkan kualitas pribadi yang sesuai dengan yang diinginkan masyarakat. Berdasarkan tujuan pendidikan bahwa pendidikan menjadikan warga Negara memiliki karakter yang baik dan mengembangkan kualitas pribadi. Sedangkan menurut sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika inti. c. Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX Terbitan Erlangga Buku Bahasa Indonesia untuk SMP kelas IX Terbitan Erlangga merupakan sebuah buku yang mempunyai tema tentang kasih sayang, muda dan berkarya, bijaksana menyikapi hidup, mengukir prestasi, sabar dalam menghadapi hidup dan lain sebagainya yang mempunyai kandungan atas nilai-nilai pendidikan karakter bagi siswa. Dalam konteks pembelajaran bahasa

8 Indonesia, pengajaran bahasa Indonesia dikembalikan pada kedudukan yang sebenaranya, yaitu melatih siswa membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan mengapresiasi karya sastra. Tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah melatih siswa meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan secara nyata.