BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk mendukung pembangunan negara. Pajak yaitu kontribusi wajib

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2009 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara, maka negara menetapkan perpajakan sebagai salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia yang dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penerimaan pajak di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mengamankan penerimaaan Negara perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang diberikan pemerintah terhadap warganya atas pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. dapat terselesaikan dengan cepat, mudah dan praktis. Konsep inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pemerintah, pembangunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam membayar pajak. Pajak dibayar untuk kepentingan negara dalam. membiayai pembangunan daerah. Pajak diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. negara yang berguna untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak berasal dari iuran

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia & Lilis (2014:1) dalam bukunya menjelaskan pajak adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan target awal APBN-P 2015 sebesar Rp 1.379,9 triliun, angka tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi yang semakin berkembang pesat dibelahan dunia

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. mau harus ditanggung Wajib Pajak (Waluyo, B.Illyas, Perpajakan Indonesia, 2003;4)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. internet untuk menunjang pekerjaan mereka (Widyadinata, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pendapatan Negara bukan pajak, melalui pendapatan Pajak Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan langsung dengan tugas negara dan untuk kemakmuran rakyat. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Berdasarkan UU No 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat, pemerintah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang telah berkembang dan menerapkannya dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dalam struktur keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. internal adalah pajak. Dalam Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara utama yang digunakan pemerintah untuk mendukung pembangunan negara. Pajak yaitu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 huruf (a) UU No.28 tahun 2007). Selain sebagai sumber penerimaan utama, pajak juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab warga negara. WP OP Non Karyawan WP Terdaftar Tabel 1.1 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Tahun 2015 % WP Wajib SPT % WP yang Menyampaikan SPT % WP Bayar 5.239.385 5,6% 2.054.732 39,2% 837.228 40,7% 612.881 0,6% Karyawan 22.332.086 23,8% 14.920.292 66,8% 9.431.934 63,2% 181.537 0,2% Total 27.571.471 29,4% 16.975.024 61,6% 10.269.162 60,5% 794.418 0,8% Sumber: http://www.pajak.go.id/content/article/refleksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak % Berdasarkan artikel yang berjudul Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak tanggal 23 Maret 2016, hingga tahun 2015 Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi (OP) yang terdaftar dalam sistem Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebanyak 27.571.471. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang 1

2 bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar 29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai WP. Dari jumlah 27.571.471 WP OP terdaftar, hanya 16.975.024 WP OP yang wajib menyampaikan SPT. Sayangnya dari jumlah tersebut, baru 10.269.162 WP OP yang menyampaikan SPT Tahunan atau 60,5% dari jumlah total WP OP Wajib SPT. Yang lebih memprihatinkan lagi, dari jumlah tersebut hanya 794.418 WP OP Bayar. Jumlah WP OP Bayar tersebut sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan jumlah total 93 juta lebih penduduk Indonesia yang bekerja dan menerima penghasilan (Direktorat Jenderal Pajak, 2013 dalam http://www.pajak.go.id). Berdasarkan fenomena tersebut, DJP terus berupaya meningkatkan penerimaan pajak negara, baik dengan ekstensifikasi maupun intensifikasi penerimaan pajak. Menurut Herriyanto dan Tolly (2013) dalam Rusli (2014), ekstensifikasi merupakan upaya meningkatkan penerimaan pajak negara dengan meningkatkan jumlah wajib pajak aktif. Sedangkan intensifikasi ditempuh dengan cara meningkatkan kepatuhan wajib pajak, meningkatkan kualitas pelayanan untuk wajib pajak, pengawasan administratif perpajakan, pemeriksaan, penyidikan, penagihan, serta berbagai penegakan hukum. Langkah terobosan yang telah dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah reformasi teknologi informasi dalam perpajakan yang diharapkan terciptanya peningkatan kepatuhan sukarela dan menumbuhkan kepercayaan wajib pajak terhadap administrasi perpajakan serta meningkatkan produktifitas aparat pajak. Pemanfaatan Teknologi informasi merupakan salah satu penunjang

3 suksesnya keberhasilan pelaksanaan kebijakan perpajakan yang diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat wajib pajak dan menjamin peningkatan penerimaan pajak negara. Penggunaan teknologi informasi dalam modernisasi perpajakan yang berbasis e-system diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pajak juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan. Pujianti (2012) dalam Sudrajat dan Arles (2015) menyatakan bahwa tujuan penggunaan teknologi informasi dalam perpajakan adalah menghemat waktu, mudah, akurat dan paperless. Adapun e-system perpajakan dibagi menjadi e-registration, e-filing dan e-billing. Lubis (2012) dan Sudrajat dan Ompusunggu (2015) menyatakan bahwa Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini bertentangan dengan Sesa, Upa dan Tjahjono (2015) yang menyatakan persepsi kemudahan dan kebermanfaatan e-filing tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dam menyampaikan SPT Tahunan. Ada beberapa kendala dalam pelaksanaan pajak online, beberapa WP justru masih menginginkan menggunakan pembayaran pajak secara manual, masalahnya karena beberapa WP yang sudah online pun terkadang mengalami gangguan karena sambungan internet mereka terputus sehingga pada akhir masa penerimaan, perlu kembali diadakan rekonsiliasi pencocokan data (Iwan Setiawandi, 2013). Fuad Rahmany (2013) berpendapat sistem teknologi informasi dapat membantu pengelolaan pajak namun tidak bisa memaksa orang lain untuk membayar pajak, Direktorat Jenderal Pajak butuh pegawai banyak juga, karena

4 WP itu tidak dapat ditegur dengan menggunakan teknologi informasi, tidak ada teknologi infomasi yang bisa menegur, harusnya ditegur oleh orang juga (Fuad Rahmany, 2013). Kendati DJP telah mengembangkan layanan pelaporan pajak secara online (e-filing), banyak WP yang lebih memilih menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) tahunan secara manual. Minimnya sosialisasi membuat banyak WP yang tidak mengerti cara menggunakan e-filing. Hal itu terlihat dari suasana Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Grogol Petamburan, Jakarta yang pada hari terakhir pelaporan SPT pajak penghasilan (PPh) orang pribadi disesaki oleh WP individu. Annisa (27), karyawati swasta yang berdomisili di Jakarta Barat, mengaku harus mengantri sekitar satu jam untuk menuntaskan proses pelaporan SPT. "Saya belum mencoba online (e-filing) karena belum tahu caranya," kata Annisa (27), karyawati swasta yang berdomisili di Jakarta Barat, Senin (31/3). Annisa mengaku sudah mengetahui layanan e-filing, tetapi sosialisasinya dinilai masih kurang. Karena kesibukan, dia tidak sempat mencari tahu lebih banyak mengenai e-filing sehingga memilih melaporkan SPT secara manual ketika tenggat waktu pelaporan sudah mepet (Primadhyta, 2015 dalam http://www.cnnindonesia.com). Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu perangkat untuk dapat membantu WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Perangkat tersebut dapat berupa sosialisasi rutin yang diberikan kepada WP. Sosialisasi Pajak yang dilakukan secara rutin dan menyeluruh kepada setiap WP diharapkan dapat mengoptimalisasi pengetahuan WP mengenai informasi tentang perpajakan, serta meningkatkan kepatuhan WP dalam memenuhi kewajiban

5 perpajakannya. Sudrajat dan Ompusunggu (2015) serta Burhan (2015) menyatakan bahwa Sosialisasi Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan Winerungan (2013) yang menyatakan Sosialisasi Pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Pemerintah juga perlu meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai sistem dan peraturan perpajakan yang berlaku, khususnya mengenai bagaimana caranya menjalankan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Rendahnya pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan membuat masih banyak wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak serta memahami manfaat dari penerimaan pajak. Sudrajat dan Ompusunggu (2015) serta Burhan (2015) menyimpulkan bahwa Pengetahuan Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan Arahman (2012) yang menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi. Dalam artikel Liputan 6.com tanggal 23 Agustus 2016, menyatakan bahwa kasus tunggakan pajak bukan hanya menimpa para pengusaha dengan penghasilan yang besar, kasus tunggakan pajak juga kerap menimpa para artis dan pekerja seni. Alasan yang mendasari para artis menunggak pajak karena minimnya pengetahuan. Ketua Umum Ikatan Manajer Artis Indonesia (Imarindo) Nanda Persada mengatakan, kasus pajak yang menimpa para artis ini bukan sebagai sebuah tindakan yang disengaja. Para atris menunggak pajak lebih karena

6 ketidaktahuan sang artis soal mekanisme dan perhitungan pajak yang harus dibayarkan. "Mereka seperti dikejar-kejar debt collector terkait pelaporan pajak mereka. Artis bukan tidak mau bayar pajak tapi keterbatasan wawasan, dan satu sisi kelemahan komunikasi," ujar dia di Kantor Pusat Direktor Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, Selasa (23/8/2016). Selain teknologi informasi, sosialisasi pajak dan pengetahuan pajak, faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yaitu tingkat ekonomi wajib pajak itu sendiri. Keadaan ekonomi yang dimiliki oleh wajib pajak dapat menjadi suatu dorongan motivasi untuk dapat memenuhi kewajiban perpajakan yang dimiliki. Di sisi lain, apabila seseorang mempunyai kondisi ekonomi yang tinggi, maka tingkatan kebutuhan dari orang tersebut akan semakin banyak dan beragam, beraneka ragamnya kebutuhan dari wajib pajak maka kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan dari wajib pajak lebih tinggi daripada untuk memenuhi kewajiban membayar pajak (Huda, 2015). Chaerunnisa (2010) menyatakan bahwa tingkat penghasilan atau tingkat ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan, hasil penelitian yang dilakukan Mubarokah dan Ceacilia (2015) menyatakan bahwa kondisi keuangan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro membuka fakta banyak orangorang kaya sengaja menyembunyikan asetnya agar tidak dikenakan pembayaran pajak. Hal tersebut dia sampaikan pada acara Owner Gathering yang digelar Jumat (19/12/2014) di Jakarta. Penerimaan wajib pajak orang pribadi di samping

7 yang dipotong karena gaji, hanya Rp 4 triliun dari total penerimaan pajak sebesar Rp 1.100 triliun. Bambang mencontohkan pada warga yang tinggal di kawasan elit seperti Pantai Indah Kapuk. Menurutnya, orang yang tinggal di daerah elit tersebut seharusnya bukan pembayar pajak rendah. Tetapi, ditemukan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) mereka rata-rata di bawah Rp 100 juta. Modus yang biasanya dilakukan yaitu tidak melaporkan semua aset yang dimiliki. Oleh karena itu, kewajiban pajaknya tidak sesuai dengan aset sebenarnya. Bambang mencontohkan kasus lain dimana terdapat seorang wanita yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) namun membeli mobil sport Lamborghini. Ketika SPT sang suami diperiksa, ditemukan bahwa pajak yang dibayarkan keluarga tersebut lebih kecil daripada aset yang dimiliki. Bambang menerangkan akan ada rencana penentuan transaksi minimum yang harus mencantumkan NPWP. Aturan tersebut sebenarnya sudah ada di UU Pajak tetapi belum dilakukan (Mahapatih, 2014 dalam http://jurnal.selasar.com). Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui apakah pemanfaatan teknologi informasi secara e-system, sosialisasi pajak yang dilakukan DJP, pengetahuan pajak dan tingkat ekonomi masyarakat yang beragam memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di wilayah Grogol Petamburan Jakarta Barat. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, SOSIALISASI PAJAK, PENGETAHUAN PAJAK, DAN TINGKAT EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

8 (Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berada di Wilayah Grogol Petamburan Jakarta Barat). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? 2. Apakah Sosialisasi Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? 3. Apakah Pengetahuan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? 4. Apakah Tingkat Ekonomi Masyarakat berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk menganalisis pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 2) Untuk menganalisis pengaruh Sosialisasi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

9 3) Untuk menganalisis pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 4) Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Ekonomi Masyarakat terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 2. Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian ini adalah : 1) Kontribusi Praktik Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya seperti menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya demi mendukung pemerintah dalam pembangunan Negara. 2) Kontribusi Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan pembentukan kebijakan-kebijakan di bidang perpajakan, khusunya Pajak Penghasilan Orang Pribadi. 3) Kontribusi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi dalam studi-studi kepustakaan serta diharapkan dapat digunakan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.