VARIASI SUHU DAN WAKTU TRANSESTERIFIKASI PADA SINTESIS BIODIESEL DARI BIJI KAPUK RANDU DENGAN KATALISATOR NaOH DAN RASIO (MINYAK/ METANOL) : 15/1

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KAPUK RANDU PADA VARIASI SUHU DAN WAKTU TRANSESTERIFIKASI BERKATALIS NaOH

Antri Kinasih & Endang Dwi Siswani* Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET (Hevea brasiliensis) PADA VARIASI SUHU TRANSESTERIFIKASI DAN RASIO (METANOL/MINYAK) PADA WAKTU 60 MENIT

Oleh: Ismu Rohmah Rusmaningtyas dan Endang Dwi Siswani, Kimia FMIPA UNY dan

Mahasiswa Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Mahasiswa Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH PADA BERBAGAI WAKTU DAN SUHU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EKA DIAN SARI / FTI / TK

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE) PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI SECARA KONTINUE

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI HCl

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

Pembuatan Biodiesel dari Biji Kapuk (Ceiba pentandra) dengan Katalis Padat H-Zeolit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK BIODIESEL DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL KONSENTRASI RENDAH

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET (Hevea brasiliensis) PADA VARIASI SUHU TRANSESTERIFIKASI DAN RASIO (METANOL/MINYAK) PADA WAKTU 60 MENIT

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN DAN PEGUJIAN BIODIESEL MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum Inophyllum. L) DENGAN VARIASI JENIS KATALIS MENGGUNAKAN GC-MS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. URAIAN PENELITIAN. A. Tahap Degumming

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

DISAIN PROSES DUA TAHAP ESTERIFIKASI-TRANSESTERIFIKASI (ESTRANS) PADA PEMBUATAN METIL ESTER (BIODIESEL) DARI MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas.

PENGARUH SUHU DALAM PROSES TRANSESTERIFIKASI PADA PEMBUATAN BIODIESEL KEMIRI SUNAN (Reautealis trisperma)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KAPUK RANDU (Ceiba pentandra L.) DENGAN VARIASI WAKTU LAMA PENGADUKAN PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

III. METODE PENELITIAN

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DAN UJI PRESTASI PADA MESIN DIESEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan

Pengaruh Ukuran Arang Aktif Ampas Tebu sebagai Biomaterial Pretreatment terhadap Karakteristik Biodiesel Minyak Jelantah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

DISAIN PROSES DUA TAHAP ESTERIFIKASI-TRANSESTERIFIKASI (ESTRANS) PADA PEMBUATAN METIL ESTER (BIODIESEL) DARI MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas.

PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS HETEROGEN CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULICA) DENGAN METODE PENCUCIAN DRY WASHING

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI NH 4 Cl

PENGUJIAN KINERJA KOMPOR TEKAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF MINYAK KAPUK (Ceiba petandra)

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari

ANALISIS PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

PENENTUAN NILAI KALOR BERBAGAI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR MINYAK NABATI

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

LEMBAR PERSETUJUAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

PRODUKSI BIODIESEL MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK CURAH DENGAN METODE DISTILASI REAKTIF BERDASARKAN RATIO UMPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

VARIASI SUHU DAN WAKTU TRANSESTERIFIKASI PADA SINTESIS BIODIESEL DARI BIJI KAPUK RANDU DENGAN KATALISATOR NaOH DAN RASIO (MINYAK/ METANOL) : 15/1 THE VARIATION OF TRANSESTERIFICATION TEMPERATURE AND TIME IN BIODIESEL SYNTHESIS OF RANDU COTTON SEED USING NaOH CATALYS AND (OIL/ METHANOL) RATIO : 15/1 Joko Susanto & Endang Dwi Siswani* Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta e-mail : endang_anie@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Rendemen biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak biji kapuk randu. 2) Karakteristik biodiesel yang meliputi massa jenis, viskositas, titik tuang, titik nyala kalor pembakaran dan analisa gugus fungsi dengan spektroskopi IR, serta 3) Kesesuaian karakteristik biodiesel hasil sintesis dengan SNI 04-7182:2012. Subjek dalam penelitian ini adalah biji kapuk randu yang berasal dari Gunungkidul. Objek dalam penelitian ini adalah biodiesel dari minyak biji kapuk randu yang dihasilkan melalui proses transesterifikasi. Metode pengambilan minyak dengan pengepresan. Jenis alkohol yang digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah metanol dengan perbandingan massa (minyak:metanol) adalah 15:1 b/b. Katalis yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi adalah NaOH dengan konsentrasi 0,5 % b/b. Variasi suhu yang digunakan adalah, dan dengan waktu pengadukan menit untuk biodiesel B1, B2 dan B3. Biodiesel B4, B5 dan B6 untuk variasi suhu, dan dengan waktu pengadukan menit. Biodiesel yang diperoleh dianalisis dengan FTIR dan uji parameternya meliputi massa jenis, viskositas, titik tuang, titik nyala dan kalor pembakaran. Hasil penelitian menghasilkan rendemen biodiesel B1, B2, B3, B4, B5 dan B6 sebesar 80,9648; 82,6644; 90,55; 84,2775; 83,1769 dan 95,9423%. Uji parameter menunjukkan bahwa massa jenis biodiesel B1, B2, B3, B4, B5 dan B6 berturut-turut sebesar 882,83; 875,; 889,; 876,43; 875,10 dan 899,43 kg/m 3, viskositas: 7,3042; 5,2177; 6,3705; 4,2437; 3,9845 dan 8,5470 cst, titik tuang: -3; -3, 0; 0; 0 dan 6, titik nyala: 194; 190; 189; 187; 185 dan 185, kalor pembakaran: 7668,10; 7717,1729; 7792,; 7696,58; 7759,8347 dan 7816,7487 kal/g, dan gugus fungsi yang terdapat pada biodiesel yaitu C=O karbonil ester, C-O ester, C-H alkana dan C-H alifatik. Biodiesel yang paling memenuhi syarat SNI adalah B2, B4 dan B5, namun kalor pembakarannya belum memenuhi standar. Kata kunci: minyak biji kapuk randu, biodiesel, sintesis, transesterifikasi 1

ABSTRACT The aims of this research were to determine: 1) The biodiesel yield resulted from transesterification of randu cotton seed oil. 2) Biodiesel characteristics including density, viscosity, pour point, flash point, combustion calor and analysis of the functional group with spectroscopic IR, and 3) The equality of biodiesel characteristics synthesis product with SNI (National Standard of Indonesia) 04-7182:2012. The subject of this research was randu cotton seed from Gunungkidul. The object of this research was biodiesel from randu cotton seed oil resulted from transesterification process. The oil was produced by pressing method. The alcohol used in the transesterification was methanol using mass ratio (oil:methanol) 15:1 (w/w). The catalys used in the transesterification was 0.5% w/w concetration of NaOH. The temperature variations used were, and at minutes stirring time for B1, B2 and B3 biodiesels. The temperature variations for B4, B5 and B6 biodiesels were, and at minutes stirring time. The biodiesel product was analyzed using FTIR and the parameters examination were density, viscosity, pour point, flash point, and combustion calor. The results of this research were 80.9648; 82.6644; 90.55; 84.2775; 83.1769 dan 95.9423% of B1, B2, B3, B4, B5 and B6 biodiesels yields. The parameters examination showed that the density of B1, B2, B3, B4, B5 and B6 biodiesels were 882.83; 875.; 889.; 876.43; 875.10 and 899.43 kg/m 3, the viscosities were 7.3042; 5.2177; 6.3705; 4.2437; 3.9845 and 8.5470 cst, the pour points were -3; -3, 0; 0; 0 and 6, the flash points were 194; 190; 189; 187; 185 and 185, the combustion calors were 7668.10; 7717.1729; 7792.; 7696.58; 7759.8347 and 7816.7487 cal/g and functional groups of biodiesel were C=O carbonil ester, C-O ester, C-H alkane and C-H aliphatic. The B2, B4 and B5 biodiesels have completed the SNI equality, but the combustion calors were not suitable. Keywords: randu cotton seed oil, biodiesel, synthesis, transesterification PENDAHULUAN akhir-akhir ini memberi dampak yang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia namun sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak di sektor transportasi dan energi. Kenaikan harga minyak mentah dunia besar pada perekonomian nasional, terutama dengan adanya kenaikan harga BBM. Selain itu, akibat pemakaian bahan bakar terus menerus mengakibatkan ketersediaan bahan bakar minyak bumi semakin menipis. Maka dari itu diperlukan bahan bakar 2

alternatif yang dapat diperbaharui dan berkelanjutan seperti biodiesel. Biodiesel diketahui sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat diperbarui. Biodiesel biasanya dibuat dengan transesterifikasi minyak tumbuhan atau lemak hewan dengan metanol atau etanol [1]. Salah satu sumber minyak nabati yang potensial di Indonesia adalah biji kapuk randu. Secara umum biodiesel minyak nabati dapat terurai secara biologis dan lebih sempurna (lebih dari 90% dalam waktu 21 hari) daripada bahan bakar minyak bumi (sekitar 20% dalam waktu 21 hari) [2]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rendemen biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak biji kapuk randu; mengetahui karakteristik biodiesel yang meliputi massa jenis, viskositas, titik tuang, titik nyala, kalor pembakaran dan analisa struktur dengan spektroskopi IR, serta mengetahui kesesuaian karakteristik biodiesel hasil sintesis dengan SNI 04-7182:2012. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah biji kapuk randu (Ceiba pentandra L.) dan objeknya adalah biodiesel dari minyak biji kapuk (Ceiba pentandra L.) hasil reaksi transesterifikasi. Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat pengepresan, alat refluks, bom calorimeter, neraca analitik, piknometer, oswald dan alat-alat gelas pendukung. Biji kapuk randu dipres dengan menggunakan mesin pres hidrolik. Minyak yang keluar dari mesin pres mengandung kotoran dari kulit dan senyawa: alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Proses selanjutnya adalah penjernihan minyak dengan menggunakan arang aktif. Selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengujian kadar asam lemak bebas (FFA) serta diuji karakternya meliputi: spektroskopi IR, massa jenis dan viskositas. Pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk randu dilakukan dengan cara transesterifikasi pada labu leher tiga dilengkapi kondensor dan pengaduk yang ditempatkan pada waterbath dan dilengkapi magnetic stirrer. Diambil rasio volume minyak: metanol adalah 15:1. Transesterifikasi dilakukan dengan variasi suhu, dan serta waktu pengadukan selama dan menit. Untuk membedakan minyak biji kapuk dengan biodiesel yang dihasilkan, dilakukan analisis spektroskopi IR. Biodiesel yang dihasilkan diuji 3

karakternya menggunakan parameter yang berupa: massa jenis, viskositas, titik tuang, titik nyala dan kalor pembakaran. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakter Minyak Biji Kapuk Minyak biji kapuk hasil pengepresan mempunyai rendemen 9,479 %. Karakter minyak biji kapuk mempunyai massa jenis dan viskositas sebesar 903,43 kg/m 3 dan 28,8815 cst. Uji kadar asam lemak bebas (FFA) sebesar 6,428 %. Menurut A. Pandey, et.al., dalam penelitian Nidya Santoso (2012: 1) bahwa kadar FFA harus dijaga maksimal 1 % [3], sehingga perlu dilakukan reaksi esterifikasi untuk menurunkan kadar asam lemak bebasnya. Setelah reaksi esterifikasi di uji kadar FFA didapatkan hasil 0,9285 %. Gugus fungsi yang terdapat pada minyak biji kapuk yaitu C-H alkana (alkil, metil, metilen), gugus karbonil C=O dan C-O ester yang merupakan karakteristik minyak. 2. Karakter Biodiesel Biodiesel kapuk randu secara prinsip diperoleh dari reaksi transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi yang melibatkan metanol dan katalis asam atau basa. Pembuatan biodiesel kapuk randu secara kimia (transesterifikasi) dengan beberapa komposisi memberikan hasil atau konversi minyak kapuk randu ke biodiesel kapuk randu yang berbeda [4]. a. Rendemen Biodiesel Dari hasil penelitian didapatkan rendemen biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 secara berturut-turut sebesar 80,9648; 82,6644; 90,55; 84,2775; 83,1769 dan 95,9423 %. Suhu reaksi transesterifikasi akan mempengaruhi jumlah rendemen biodiesel yang dihasilkan yaitu semakin tinggi suhu maka semakin besar pula rendemen biodiesel yang dihasilkan. Efek dari temperatur pada laju reaksi kimia dapat dijelaskan melalui teori kinetika reaksi. Peningkatan temperatur, meningkatkan fraksi molekul yang memiliki kecepatan tinggi dan karenanya memiliki laju kinetik yang tinggi [5]. Selain itu juga dipengaruhi oleh waktu transesterifikasi yaitu semakin lama reaksi transesterifikasi maka biodiesel yang dihasilkan semakin besar. Lama waktu reaksi akan berbanding lurus dengan persen yield biodiesel yang diperoleh. Laju konversi meningkat seiring lamanya waktu reaksi. Digliserida dan monogliserida meningkat pada awal waktu reaksi dan 4

Massa jenis (kg/m 3 ) kemudian menurun. Pada akhirnya, jumlah dari monogliserida akan lebih tinggi dari digliserida dan yang dibutuhkan untuk reaksi transesterifikasi adalah monogliserida sehingga biodiesel terbentuk dengan cepat [6]. b. Analisis Spektroskopi FTIR Biodiesel Analisis spektroskopi FTIR digunakan untuk mengetahui gugus fungsi suatu molekul senyawa organik tertentu. Dari hasil pengujian, diperoleh bahwa spektrum antara minyak biji kapuk dengan biodiesel tidak jauh berbeda. Hanya pada beberapa titik spektrum yang menunjukkan perbedan mencolok. Perbedaan ini membuktikan bahwa reaksi transesterifikasi telah berlangsung, ditunjukkan dengan adanya senyawa metil ester yang merupakan senyawa dari biodiesel hasil produk transesterifikasi dari trigliserida dan metanol. c. Massa Jenis Densitas atau massa jenis menunjukan perbandingan berat per satuan volume. Karakteristik ini berkatian dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar. Jika biodiesel memiliki massa jenis melebihi ketentuan, akan terjadi reaksi tidak sempurna pada konversi minyak nabati. Biodiesel dengan mutu seperti ini tidak seharusnya digunakan untuk mesin diesel karena akan meningkatkan keausan mesin, emisi, dan menyebabkan kerusakan pada mesin [7]. Hasil pengujian massa jenis untuk biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 secara berturut-turut sebesar 882,83; 875,; 889,; 876,43; 875,10 dan 899,43 kg/m 3 yang dapat dilihat pada Gambar 1. Massa jenis biodiesel B 1, B 2, B 3, B 4, B 5, dan B 6 910 900 890 880 870 8 Gambar 1. Gafik Hubungan Massa Jenis Biodiesel dengan Suhu Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan massa jenis yang dipengaruhi oleh suhu dan waktu reaksi transesterifikasi. Didalam SNI 04-7182:2012 tentang biodiesel ditunjukkan nilai massa jenis biodiesel pada 40 antara 8-890 kg/m 3. Hasil pengujian untuk biodiesel B1, B2, B3, B4, B5 sudah memenuhi spesifikasi SNI 04-7182:2012. Untuk biodiesel B6 belum memenuhi spesifikasi SNI 04-7182:2012 sehingga perlu dicampur dengan bahan 5

Titik tuang () Viskositas (cst) bakar solar untuk mendapatkan massa jenis lebih rendah. d. Viskositas Viskositas merupakan suatu angka yang menyatakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida atau cairan [8] atau ukuran besarnya tahanan geser dari cairan [9]. Hasil pengujian viskositas biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 secara berturut-turut sebesar 7,3042; 5,2177; 6,3705; 4,2437; 3,9845 dan 8,5470 cst yang dapat dilihat pada Gambar 2. Viskositas B 1, B 2, B 3, B 4, B 5, dan B 6 10 8 6 4 2 0 Gambar 2. Gafik Hubungan Viskositas Biodiesel dengan Suhu Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan viskositas yang dipengaruhi oleh suhu dan waktu reaksi transesterifikasi. Didalam SNI 04-7182:2012 tentang biodiesel ditunjukkan nilai viskositas biodiesel pada 40 antara 2,3-6,0 cst. Hasil pengujian menunjukan biodiesel B2, B4 dan B5 sudah memenuhi spesifikasi SNI 04-7182:2012. Namun untuk biodiesel B1, B3, dan B6 belum memenuhi spesifikasi SNI 04-7182:2012. Viskositas yang terlalu rendah dapat mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar, sedangkan viskositas yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kerja cepat alat injeksi bahan bakar dan mempersulit pengabutan bahan bakar minyak[10]. e. Titik Tuang (pour point) Titik tuang merupakan titik temperatur terendah dimana bahan bakar biodiesel masih dapat mengalir. Hasil pengujian titik tuang untuk biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 secara berturutturut sebesar -3; -3, 0; 0; 0 dan 6 yang dapat dilihat pada Gambar 3. Titik tuang biodiesel B 1, B 2, B 3, B 4, B 5, dan B 6 8 6 4 2 0-2 -4 Gambar 3. Gafik Hubungan Titik Tuang Biodiesel dengan Suhu Hasil pengujian menunjukan biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 sudah memenuhi standar biodiesel yaitu berada pada kisaran -15 13 (Crimson Renewable Energy) sehingga apabila 6

Titik nyala () Kalor bakar (kal/g) digunakan untuk bahan bakar masih dapat melakukan pembakaran karena biodiesel tersebut dapat mengalir menuju ruang bakar. Hal ini karena nilai titik tuang yang tinggi menyebabkan biodiesel mudah membentuk gel pada suhu yang rendah. f. Titik Nyala (flash point) Titik nyala (flash point) adalah angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak dapat terbakar bila pada permukaan minyak tersebut didekatkan dengan nyala api. Titik nyala diperlukan untuk keperluan keamanan dalam penanganan minyak dari bahaya kebakaran [11]. Hasil pengujian titik nyala untuk biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 berturut-turut adalah 194; 190; 189; 187; 185 dan 185 yang dapat dilihat pada Gambar 4. Titik nyala biodiesel B 1, B 2, B 3, B 4, B 5, dan B 6 195 190 185 180 Gambar 4. Gafik Hubungan Titik Nyala Biodiesel dengan Suhu Dilihat dari hasil pengujian yang didapatkan terjadi penurunan titik nyala. Penelitian ini menunjukkan bahwa biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 sudah memenuhi spesifikasi SNI 04-7182:2012 yaitu minimal 100. g. Kalor Pembakaran Nilai kalori adalah angka yang menyatakan jumlah panas/ kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah bahan bakar dengan udara/ oksigen. Hasil pengujian kalor pembakaran biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 secara berturut-turut sebesar 7668,10; 7717,1729; 7792,; 7696,58; 7759,8347 dan 7816,7487 kal/g yang dapat dilihat pada Gambar 5. Kalor pembakaran biodiesel B 1, B 2, B 3, B 4, B 5, dan B 6 78 7800 77 7700 76 70 75 Gambar 5. Gafik Hubungan Kalor Pembakaran Biodiesel dengan Suhu Standar nilai kalor pembakaran pada bahan bakar minyak yaitu 10.1 11.000 kal/g, sehingga dari keenam biodiesel tersebut masih belum memenuhi standar bahan bakar minyak yang sudah ditetapkan. Apabila biodiesel minyak biji kapuk ini akan dipergunakan sebagai bahan bakar, perlu 7

pencampuran dengan solar agar diperoleh kalor pembakaran yang lebih tinggi. SIMPULAN Rendemen biodiesel B1, B2, B3, B4, B5, B6 yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak biji kapuk randu secara berturut-turut yaitu 80,9648; 82,6644; 90,55; 84,2775; 83,1769 dan 95,9423 %. Uji karakteristik menunjukkan bahwa massa jenis biodiesel B1, B2, B3, B4, B5 dan B6 masing-masing adalah 882,83; 875,; 889,; 876,43; 875,10 dan 899,43 kg/m 3, viskositas: 7,3042; 5,2177; 6,3705; 4,2437; 3,9845 dan 8,5470 cst, titik tuang: -3; -3, 0; 0; 0 dan 6, titik nyala: 194; 190; 189; 187; 185 dan 185, kalor pembakaran: 7668,10; 7717,1729; 7792,; 7696,58; 7759,8347 dan 7816,7487 kal/g dan gugus fungsi yang terdapat pada biodiesel yaitu C=O karbonil ester, C-O ester, C-H alkana dan C-H alifatik. Biodiesel yang paling memenuhi syarat SNI adalah B2, B4 dan B5, namun kalor pembakarannya belum memenuhi standar. DAFTAR PUSTAKA [1]. Susilowati. (2006). Biodiesel Dari Minyak Biji Kapuk Dengan Katalis Zeolit. Jurnal UPN Veteran JATIM. [2]. R. Handoyo. (2007). Biodiesel dari Minyak Biji Kapok. Jurnal Enjiniring Pertanian UGM, Vol. V, No.1, 57-64. [3]. Nidya Santoso, dkk. (2012). Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra) Melalui Proses Transesterifikasi Dengan Menggunakan CaO Sebagai Katalis. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [4]. Seno Darmanto. (2010). Analisis Karakteristik Biodiesel Kapuk Randu sebagai Bahan Bakar Mesin Diesel. Eksergi Jurnal Teknik Energi. 6(3): 91-95. [5]. W. L. Masterton, C. N. Hurley, E. J. Neth, Chemical Principels and Reactions (Book style), Cengage Learning (2011). [6]. F. Ma, M. A. Hanna, Biodiesel Production : A Review, Departement of Food Science and Technology, University of Nebraska, Lincoln:USA (1998). [7]. H. Dewajani. (2008). Potensi Minyak Kapuk Randu (Ceiba Pentandra) sebagai Bahan Baku Biodiesel, Politeknik Negeri Malang. [8]. Sutiah, K. Sofjan Firdausi, & Wahyu Setia Budi. (2008). Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Berkala Fisika. 11(2): 53-58. [9]. Dita Victiary. (2011). Sintesis Biodiesel dari Minyak Jelantah Hasil Pemucatan dengan Adsorben Abu Sekam Padi Pada Berbagai Variasi Suhu. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY. [10]. A Hardjono. (2001). Teknologi Minyak Bumi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. [11]. Wardan Suyanto, Zainal Arifin. (2003). Bahan Bakar Dan Pelumas. Yogyakarta: Fakultas Teknik UNY. 8

9