BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajer

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak yaitu pemilik (principal), dengan pihak lain yaitu manajer (agent). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi para pengguna (Purn amasari dan Hernawati,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN MOTIVASI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen dan bertujuan untuk

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: )

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (principal) dan manajer (agent). Menurut Einsenhardt (1989) teori

BAB I PENDAHULUAN. keputusan. Menurut finally accounting standart board (FASB), laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat dan dapat di percaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku prinsipal. Prinsipal ingin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam suatu perusahaan, pihak manajemen diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB I PENDAHULUAN. (KAP) untuk mengaudit laporan keuangannya. untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Para pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha

DAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK by Ely Suhayati SE MSi Ak Ari Bramasto SE Msi Ak

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, profesi akuntan publik menjadi sorotan dan perhatian di masyarakat. Profesi ini memang

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

BAB I PENDAHULUAN. bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajer selaku agen dengan pemilik selaku prinsipal. Prinsipal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajer yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggung jawaban pada manajer (agen). Tetapi yang terjadi adalah manajer melakukan tindakan dengan membuat laporan keuangannya terlihat baik, sehingga kinerjanya di anggap baik oleh pemilik (prinsipal). Untuk mengurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan manajer dalam membuat laporan keuangan yang lebih baik (dapat dipercaya) perlu adanya pengujian. Pengujian tersebut dapat dilakukan oleh pihak yang independen yaitu auditor independen (Messier et.al., 2014:6). Pengguna informasi laporan keuangan akan mempertimbangkan pendapat auditor yang kredibel. Auditor kredibel berarti dapat memberikan informasi yang lebih baik kepada pengguna informasi, karena dapat mengurangi asimetri informasi antara pihak manajer dengan pihak pemilik. Jadi, teori keagenan untuk membantu auditor sebagai pihak ketiga dalam memahami konflik kepentingan yang muncul antara prinsipal dan agen. Prinsipal selaku investor bekerjasama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen 24

25 selaku manajer perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan demikian, adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam membuat laporan keuangan oleh manajer. Serta dapat mengevaluasi kinerja agen, sehingga akan menghasilkan sistem informasi yang relevan bagi investor, kreditor dan pihak lain yang berkepentingan dalam mengambil keputusan rasional untuk investasi. 2.1.2 Teori Harapan Menurut Robbins dan Coulter (2007:148) tentang teori harapan dari Victor Vrom mengatakan bahwa individu cenderung bertindak dengan cara tertentu, berdasarkan pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh hasil tertentu dan oleh daya tarik hasil tersebut bagi orang itu. Teori ini mencangkup tiga variabel atau hubungan sebagai berikut : 1. Pengharapan atau kaitan usaha dengan kinerja adalah kemungkinan yang dirasakan oleh orang tersebut untuk melakukan sejumlah usaha tertentu yang menghasilkan tingkat kinerja tertentu. 2. Instrumentalitas atau kaitan kinerja dengan imbalan adalah tingkat sejauh mana orang tersebut percaya bahwa bekerja pada tingkat tertentu menjadi sarana untuk tercapainya hasil yang diinginkan. 3. Valensi atau daya tarik imbalan adalah bobot yang ditempatkan oleh orang tersebut kompetensi hasil atau imbalan yang dapat dicapai di tempat kerja. Valensi mempertimbangkan sasaran dan kebutuhan orang tersebut.

26 Dengan demikan, kunci teori pengharapan adalah memahami sasaran seseorang dan kaitan antara usaha dan kinerja, antara kinerja dan imbalan, dan akhirnya imbalan dan kepuasan kerja orang tersebut. teori ini menekankan hasil atau imbalan. Akibatnya, kita harus berkeyakinan bahwa imbalan yang ditawarkan oleh organisasi itu sesuai dengan keinginan individu tersebut. 2.1.3 Kualitas Audit Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan penggunaan jasa pihak luar dalam memeriksa laporan keuangan serta memberikan pendapat bahwa laporan yang disajikan telah sesuai atau benar. Bagi pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham dapat mengambil keputusan melalui laporan yang telah diaudit tersebut. Sehingga auditor sebagai pihak ketiga mempunyai peran penting dalam proses audit dan pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh sebab itu, kualitas audit adalah hal yang harus dipertahankan oleh seorang auditor dalam proses pengauditan. Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Arens et al. (2011:71) ada lima prinsip yang harus diterapkan auditor adalah sebagai berikut : 1. Integritas adalah para auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktik secara adil dan sebenar-benarnya dalam hubungan profesional mereka.

27 2. Objektivitas adalah para auditor harus tidak kompromi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya karena adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya. 3. Kompetensi profesional dan kecermatan adalah auditor harus menjaga pengetahuan dan keterampilan profesional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi dan tekun dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka ketika memberikan jasa profesional. 4. Kerahasiaan adalah para auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama tugas profesional maupun hubungan dengan klien. Para auditor tidak boleh menggunakan informasi yang bersifat rahasia dari hubungan profesional mereka, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan pihak lain tanpa seizin klien mereka. Kecuali jika ada kewajiban hukum yang mengharuskan mereka mengungkapkan informasi tersebut. 5. Perilaku profesional adalah para auditor harus menahan diri dari setiap perilaku yang akan mendiskreditkan profesi mereka, termasuk melakukan kelalaian. Mereka tidak boleh membesar-besarkan kualifikasi atau pun kemampuan mereka dan tidak boleh membuat perbandingan yang melecehkan atau tidak berdasar terhadap pesaing. Selain itu akuntan publik harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis dan pertimbangan

28 mengenai kualitas profesional mereka. Standar auditing yang belaku umum dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu (SA Seksi 150 dalam SPAP, 2011) : 1. Standar Umum a. Auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan komfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar Pelaporan a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

29 keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi, bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Sehingga berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Selanjutnya menurut De Angelo (dalam Indah, 2010:33) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adanya kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor, sedangkan keinginan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya. 2.1.4 Kompetensi Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar (Sukriah et al., 2009). Menurut Arens et al. (2011:42) dalam standar umum pertama menyebutkan auditor harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang

30 memadai sebagai seorang auditor, berarti sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang audit dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai praktik yang memadai bagi pekerjaan yang sedang dilakukan, serta mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan. Sedangkan, standar umum ketiga menyebutkan auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan. Sehingga dapat disimpulakan, bahwa setiap auditor yang kompeten harus memiliki sikap profesional dan keahlian di bidangnya untuk melaksanakan tugas sebagai auditor. Pada bagian A dari kode etik dalam Arens et al. (2011:71) tentang prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional (professional competence and due care) yang berarti setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. SPAP seksi 130.3 (IAI, 2011) menyatakan bahwa pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang relevan. Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan praktisi agar dapat melaksanakan pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.

31 Leo dan Stone (dalam Indah, 2010:34) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. SPAP SA Seksi 210 (IAI, 2011) tentang standar umum pertama yang menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain termasuk bidang bisnis dan keuangan. Auditor tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika auditor tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai di bidang auditing. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama. 2.1.5 Independensi Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit. Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Oleh sebab itu, banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap kewajaran atas laporan keuangan (Arens et al., 2011:74). SPAP Seksi 290.8 (IAI, 2011) tentang independensi yang diatur dalam kode etik ini mewajibkan setiap praktisi untuk bersikap sebagai berikut : a. Independensi dalam Pemikiran (Independence of Mind), merupakan sikap mental yang memungkinkan pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mengganggu pertimbangan profesional, yang

32 memungkinkan seorang individu untuk memiliki integritas dan bertindak secara objektif, serta menerapkan skeptisisme profesional. b. Independen dalam Penampilan (Independence in Appearance), merupakan sikap yang menghindari tindakan atau situasi yang dapat menyebabkan pihak ketiga (pihak yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan) meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme profesional dari anggota tim assurance, KAP, atau Jaringan KAP. SPAP bagian SA Seksi 220 (IAI, 2011) menyatakan bahwa standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal auditor berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun sebab, bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang auditor miliki, auditor akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajer dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen, seperti calon-calon invertor dan kreditor. Kepercayaan masyarakat umum atas sikap auditor independensi sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang.

33 Meskipun auditor telah menggunakan keahliannya dengan jujur, namun sulit untuk mengharapkan masyarakat mempercayainya sebagai seorang yang independen. Masyarakat akan menduga bahwa kesimpulan dan langkah yang diambil auditor independen selama auditnya dipengaruhi oleh kedudukannya sebagai anggota direksi. Demikian juga seorang auditor mempunyai kepentingan keuangan yang cukup besar dalam perusahaan yang di auditnya. Shockley (dalam Irawati, 2011:32) meneliti empat faktor yang mempengaruhi independensi yaitu, persaingan antar akuntan publik, pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, ukuran KAP, dan lamanya hubungan audit sebagai berikut: 1. Lama Hubungan dengan Klien (audit tenure) Pemerintah Indonesia telah mengatur tentang masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien dalam Pasal 3 ayat 1 tentang Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 menyebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. 2. Tekanan dari Klien Auditor sering mengalami konflik dengan menajer perusahaan. Manajemen ingin kinerjanya terlihat baik, seperti perolehan laba bagi perusahaan yang dikelolanya. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajer melakukan tekanan kepada auditor, sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan itu

34 sesuai dengan keinginan klien. Pada situasi ini, auditor mengalami dilema karena jika auditor mengikuti keinginan klien, maka auditor secara tidak langsung melanggar standar profesinya, tetapi jika tidak mengikuti keinginan klien, maka klien mengancam menghentikan penugasan atau mencari auditor baru (Knapp dalam Irawati, 2011:33). Berdasarkan uraian di atas, maka auditor memiliki posisi yang startegis baik di mata manajer perusahaan maupun di mata pemilik perusahaan atau pemakai laporan keuangan. 3. Telaah dari Rekan Auditor (peer review) Arens et al. (2011:47) peer review adalah suatu telaah yang dilakukan oleh akuntan publik atas ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu kantor itu sendiri. Tujuannya untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang ditelaah itu telah mengembangkan kebijakan dan prosedur yang memadai bagi kelima unsur pengendalian mutu yaitu, independensi, integritas dan objektivitas, menajemen kepegawaian, penerimaan dan kelanjutan klien serta penugasan, kriteria penugasan, dan yang terakhir adalah pemantauan. Oleh karena itu, pekerjaan akuntan publik dan operasi Kantor Akuntan Publik perlu dimonitor dan di audit guna menilai kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang diisyaratkan, sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar kualitas yang tinggi (Irawati, 2011:35).

35 4. Jasa Non Audit Arens et al. (2011:76) menyatakan konflik kepentingan yang paling nyata bagi Kantor Akuntan Publik dalam memberikan jasa non audit pada kliennya terus-menerus menjadi perhatian penting bagi para pembuat regulasi dan pengamatan. Sejak dahulu, KAP atau jaringan KAP telah memberikan berbagai jasa profesional selain jasa assurance kepada klien assurance sesuai dengan kompetensi dan keahliannya. Namun demikian, pemberian jasa profesional selain jasa assurance dapat menimbulkan ancaman terhadap independensi anggota tim assurance, KAP atau jaringan KAP, terutama hal-hal yang dapat memberikan kesan sebagai suatu ancaman (perceived threats). Oleh karena itu, pengevaluasian signifikan setiap ancaman yang dapat terjadi dari pemberian jasa profesional selain jasa assurance harus dilakukan (SPAP Seksi 290.158, 2011). 2.1.6 Motivasi Menurut Robbins dan Coulter (2007:129), motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Istilah motivasi berasal dari kata latin movere, yang berarti Menggerakkan. Dalam konteks masa kini, motivasi (Motivation) adalah proses-proses psikologis yang menyebabkan stimulasi, arahan, dan kegigihan terhadap sebuah kegiatan yang dilakukan secara sukarela yang diarahkan pada suatu tujuan (Kreitner dan Kinicki, 2014:212).

36 Dari berbagai jenis teori motivasi, teori yang banyak dianut adalah teori kebutuhan. Teori ini merupakan kekurangan fisiologi atau psikologi yang menstimulasi perilaku. Kebutuhan bisa bersifat kuat atau lemah dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, sehingga kebutuhan manusia di setiap waktu dan tempat akan berbeda, diantaranya adalah Abraham Maslow yang telah mengemukakan bahwa motivasi merupakan fungsi dari lima kebutuhan dasar. Kebutuhan ini antara lain: 1. Fisiologi. Kebutuhan yang sangat mendasar. Meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap makanan, udara, dan air untuk bertahan hidup. 2. Keamanan. Meliputi kebutuhan akan rasa aman dari kekerasan fisik dan pesikis. 3. Sosial. Keinginan untuk dicintai dan mencintai. Termasuk didalamnya kebutuhan akan kasih sayang dan saling memiliki. 4. Penghargaan. Kebutuhan akan reputasi, prestise, dan pengakuan dari orang lain. Termasuk didalamnya kebutuhan akan percaya diri dan kekuatan. 5. Aktualisasi diri. Keinginan untuk memenuhi ambisi pribadi untuk menjadi yang terbaik semampu dirinya. Dengan kata lain, Maslow percaya bahwa kebutuhan manusia secara umum muncul melalui pola yang mudah diprediksi. Akibatnya, ketika kebutuhan fisiologis seseorang secara relatif sudah terpenuhi, kebutuhan orang tersebut terhadap keamanan akan muncul, kemudian naik satu tingkat kebutuhan hierarkinya, selangkah demi selangkah. Setelah satu kebutuhan terpuaskan, hal itu memicu kebutuhan yang lebih tinggi derajatnya dalam susunan hierarki.

37 Teori tersebut searah dengan hasil penelitian Efendy (2010) menyatakan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sehingga dapat disimpulakan bahwa, motivasi memanglah salah satu faktor yang cukup penting pada kualitas hasil dari pekerjaan yang dihasilkan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, terutama untuk seorang auditor yang sering kali menjadikan motivasinya sebagai dorongan untuk menghasilkan laporan auditan yang berkualitas. Dengan demikian, maka kepercayaan dari pemilik perusahaan yang di audit auditor tersebut tetap dapat terjaga dengan baik. Bahkan auditor yang independen dapat tercapai, dengan itu kepercayaan masyarakat terhadap laporan yang dihasilkan auditor bisa menjadi tolak ukur bagi pengguna laporan keuangan, baik untuk investasi, pinjaman, dan lainnya. 2.1.7 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai kualitas audit diantaranya dilakukan sebagai berikut: Alim et al. (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sedangkan interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sukriah et al. (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, dan kompetensi terhadap kualitas

38 hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Indah (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Efendy (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Hasil penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa kompetensi dan motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Irawati (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Agusti dan Pertiwi (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa kompetensi, independensi, dan profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

39 Tabel 1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Metode Penelitian Hasil peneliti 1 Alim et al. (2007), pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi Populasi: Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Timur yang berjumlah 53 dan diasumsikan masingmasing KAP memiliki 5 auditor. Teknik sampel: simple random sampling Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sedangkan interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. 2 Sukriah et al. (2009), pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan 3 Indah (2010), pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit Populasi: seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada Inspektorat sepulau Lombok. Teknik sampel: purposive sampling. Populasi: Directory IAI Kompartemen Akuntan Publik tahun 2003 di Semarang. Teknik sampel: purposive sampling. Hasil penelitian ditemukan bukti empiris bahwa kompotensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ditemukan bukti empiris bahwa Independendi berpengaruh Negatif terhadap kualitas audit.

40 4 Efendy (2010), pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah 5 Irawati (2011), pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit 6 Agusti dan Pertiwi (2013), pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme terhadap kualitas audit Populasi: seluruh aparat Inspektorat Kota Golontalo yang ikut dalam tugas pemeriksaan, yaitu sebanyak 38 orang. Teknik sampel: metode sensus. Populasi: seluruh staf auditor baik itu (partner, senior, dan junior auditor) pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Makasar. Teknik sampel: purposive sampling. populasi seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan terdaftar pada Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2011 di wilayah Sumatera. Teknik sampel: purposive sampling. Hasil penelitian ditemukan bukti empiris bahwa kompetensi dan motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Hasil penelitian menunjukan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ditemukan bukti empiris bahwa kompetensi, independensi, dan profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit. 2.2 Rerangka Pemikiran Peran auditor dalam masyarakat dan tanggung jawab auditor semakin meningkat hingga mencangkup pelaporan mengenai efektivitas pengendalian internal atas laporan keuangan perusahaan terbuka. Namun dengan adanya konflik kepentingan antara pihak manajer dengan pemilik perusahaan membuat auditor sebagai pihak ketiga harus menghasilkan laporan auditan yang berkualitas dan

41 nantinya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu banyaknya skandal keuangan baik dalam negeri maupun luar negeri yang sebagian besar hasil laporan keuangan perusahaan tidak sesuai dengan semestinya. Sehingga muncul pertanyaan tentang bagaimana kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan klien. Menurut De Angelo (dalam Indah, 2010:33), mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Leo dan Stone (dalam Indah, 2010:34) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit (Arens et al., 2011:74). Menurut Robbins dan Coulter (2007:129), motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Berbagai penelitian mengenai kualitas audit yang pernah dilakukan menghasilkan temuan yang berbeda-beda dalam membentuk kualitas audit, secara umum audit menyimpulkan bahwa Kompetensi dan independensi merupakan standar yang harus dipenuhi oleh seorang auditor untuk dapat melakukan audit yang baik. Namun, belum tentu auditor yang memiliki kedua hal di atas akan memiliki komitmen untuk melakukan audit yang baik. Sebagaimana dikatakan oleh Goleman (dalam Efendy, 2010) hanya dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi

42 untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Dengan demikian, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Berdasarkan uraian diatas, bahwa rerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Teory Agency Prinsipal (Pemilik) Asimentri Informasi Konflik Kepentingan Agen (Manajer) Auditor Kualitas Audit Independensi Motivasi Kompetensi Gambar 1 Rerangka Pemikiran

43 2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit Menurut Arens et al. (2011:42) standar umum pertama menyebutkan auditor harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor, berarti sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang audit dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai praktik yang memadai bagi pekerjaan yang sedang dilakukan, serta mengikuti pendidikan professional yang berkelanjutan. Sedangkan, standar umum ketiga menyebutkan auditor harus menerapkan kemahiran professional dalam melaksanakan audit dan menyususn laporan. Sehingga dapat disimpulakan, bahwa setiap auditor yang kompeten harus memiliki sikap profesional dan keahlian di bidangnya untuk melaksanakan tugas sebagai auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Sukriah et al. (2009) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin banyak pengalaman kerja dan semakin tinggi tingkat keahlian yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. Hal tersebut di dukung oleh penelitian Agusti dan Petiwi (2013) menunjukkan adanya pengaruh positif antara kompetensi terhadap kualitas audit. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil hipotesis alternatif yaitu: H 1 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit.

44 2.3.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Menurut SPAP bagian SA Seksi 220 (IAI, 2011) menyatakan bahwa standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal auditor berpraktik sebagai auditor intern). Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditor. Sehingga disini, auditor dituntut menhasilkan laporan keuangan auditan yang berkualitas. Penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2011) menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin tinggi tingkat independensi yang dimiliki auditor, maka laporan audit yang dihasilkan akan berkualitas. Hal tersebut di dukung oleh penelitian Agusti dan Pertiwi (2013) menunjukkan adanya pengaruh positif antara independensi terhadap kualitas audit. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil hipotesis alternatif yaitu: H 2 : Independensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit. 2.3.3 Pengaruh Motivasi terhadap Kualitas Audit Menurut Robbins dan Coulter (2007:129), motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Sebagaimana dikatakan oleh Goleman (dalam Efendy, 2010) hanya

45 dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Dengan demikian, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh Efendy (2010) menyatakan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin baik tingkat motivasi, maka akan semakin baik kualitas audit yang dilakukannya. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil hipotesis alternatif yaitu: H 3 : Motivasi berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit