BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelek tingkat tinggi yang melibatkan kemampuan penalaran yang logis, sistematis, cermat, dan kreatif dalam mengkomunikasikan gagasan. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan yang pada dasarnya merupakan suatu proses membantu menusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka dan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya seperti yang tercantum dalam Tujuan Pendidikan Nasional kita. Proses pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki peranan yang sangat penting bagi peserta didik untuk mampu menjadi pribadi yang cerdas, terampil, serta mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tulisan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) terdapat empat keterampilan pokok yang harus dikuasai, keempat aspek tersebut adalah kemampuan menyimak/mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa yang terealisasikan dalam wujud performansi bahasa dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni keterampilan berbahasa yang bersifat 1
2 represif, dan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Performansi berbahasa untuk masing-masing keterampilan ini adalah mendengarkan dan membaca untuk keterampilan yang bersifat represif, sedangkan berbicara dan menulis untuk keterampilan yang bersifat produktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Depdiknas (2003) berikut ini. "Performansi yang bersifat represif adalah penggunaan bahasa untuk memahami pesan, pendapat, perasaan, dan sebagaimya yang disampaikan oleh orang/kelompok lain, yang dapat berupa kegiatan mendengarkan dan membaca. Adapun performansi berbahasa produktif adalah penggunaan bahasa untuk mengkomunikasikan pesan, yang hal ini dapat berupa kegiatan berbicara dan menulis. Keempat keterampilan ini lebih dikenal sebagai keterampilan berbahasa atau lenguage skills". Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelek, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, karena keterampilan ini memiliki banyak fungsi dalam kehidupan manusia, bahkan membacapun merupakan salah satu faktor paling penting dalam menentukan keberhasilan akademik seseorang. Kenyataannya Penduduk Indonesia lebih suka menghabiskan waktu di depan televisi ketimbang membaca. Hal ini sesuai dengan hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) yang dilaksanakan oleh organisasi International Education Achievement (IEA) tahun 2000 yang melaporkan bahwa
3 siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi dalam hal kemampuan membaca. (Sugianto.D (2007). Hal sama penelitian juga dilakukan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia. Hasil penelitian tersebut dipaparkan oleh Prof Dr Suhardjono dari Pusat Penelitian Pendidikan Depdiknas di Jakarta (Oktober 2008), bahwa rata-rata anak Indonesia kemampuan membacanya terutama kemampuan memahami bacaan berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Kemampuan pemahaman bacaan yang lemah bisa dilihat dari kebanyakan anak mengalami kesulitan dalam menjawab soal cerita. Bahkan, karena tidak memahami makna soal yang berupa cerita anak, anak menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Peneltian ini khususnya dilakukan pada anak-anak kelas IV Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah di 12 sekolah (http://kompas.com). Isu bahwa kemampuan membaca siswa SD di Indonesia masih rendah menjadi fokus utama dari penelitian ini. Isu ini tentunya patut mendapat perhatian serius karena kemampuan membaca mempunyai kaitan erat atau dapat mempengaruhi belajar anak. Oleh karena itu, kegiatan ini akan berusaha memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca siswa SD. Selain itu, kegiatan ini dirancang untuk memberi alternatif pengajaran membaca yang memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan membaca tersebut. "Pengajaran membaca alternatif yang dimaksud adalah penerapan model Reading Workshop yang keefektifannya telah diuji melalui eksperimen oleh guru
4 Sekolah Dasar di Amerika Serikat" (Solehudin. O, 2007: 2). Model pengajaran ini memiliki karakteristik-karakteristik universal yang dapat diterangkan dalam lingkungan budaya dan pendidikan yang berbeda. Model Reading Workshop akan diperkenalkan kepada para guru SD sebagai satu alternatif bagi pengajaran membaca, khususnya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar. Belajar bahasa atau mata pelajaran apapun tidak akan terlepas dari kegiatan membaca. Membaca merupakan bagian integral dari kehidupan seharihari, yang sangat penting bagi kehidupan akademik, personal dan sosial seseorang. Mengingat pentingnya kegiatan membaca bagi kehidupan manusia, maka tidaklah mengherankan jika banyak pihak yang peduli terhadap upaya kemampuan membaca ini. Para psikolog, antropolog, neurolog dan linguis mencurahkan perhatian yang sangat besar terhadap bagaimana proses membaca berlangsung dan proses penguasaannya. Pentingnya kemampuan membaca yang baik tidak hanya dirasakan dan dituntut dalam pembelajaran bahasa, tetapi juga dalam pembelajaran mata pelajaran yang lainnya. Para pendidik, filosof, psikolog dan lain-lain telah lama mencurahkan perhatian pada proses pembelajaran membaca. Mereka memandang kemampuan ini sebagai suatu kemajuan besar yang pernah dicapai dalam sejarah peradaban manusia. Guru perlu memikirkan proses ini untuk membangun satu landasan yang baik guna membantu siswa belajar membaca secara efektif dan efesien. Tentunya
5 setiap orang setuju bahwa tujuan akhir dari kegiatan membaca adalah memahami makna. Menurut Alexander et.al (1988 : 159), "membaca pemahaman melibatkan dua keterampilan dasar, yaitu (1) bagaimana membaca pemahaman itu berlangsung yaitu apa yang ada dalam benak si pembaca? dan (2) strategi dan teknik pengajaran apa yang dapat menghasilkan perkembangan maksimal dalam membaca pemahaman?". Untuk menjawab kedua pertanyaan ini, definisi membaca pemahaman dan faktor-faktor yang mempengaruhinya perlu dipertimbangkan dan dipahami. Membaca pemahaman tidak dapat dicapai secara otomatis ketika seorang pembaca berhadapan dengan teks atau bahan bacaan. Ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi taraf kemampuan membaca pemahaman. Istilah taraf ini tidak menunjukkan tingkat kesulitan, tetapi murujuk kepada sikap dan reaksi pembaca terhadap apa yang dibaca. Taraf kemampuan apa yang telah dicapai oleh seorang pembaca akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini : (1) bahan bacaan, (2) kepribadian, sikap, minat, motivasi, kebiasaan, (3) lingkungan di luar sekolah, (4) Program pengajaran yang terlalu menekankan pengenalan kata, membaca nyaring atau kurangnya bimbingan dalam membaca, (5) kecepatan membaca, (6) panjang dan tingkat kesulitan bacaan, (7) kohesi bahan bacaan, (8) kemampuan dan latar belakang pengalaman, (9) memori dan lain-lain. Dalam proses pengajaran membaca telah dikenal beberapa model, antara lain model Directed Reading-Thinking Activity (DR-TA), model Reading Workshop, dan Word Mapping Activity (Ruddell & Ruddell, 1995) dalam Solehudin (2007: 7). Di antara model-model itu, Model Pengajaran Reading Workshop (RW) dipilih sebagai model pengajaran membaca pemahaman bahasa
6 Indonesia bagi murid SD. Model Pengajaran Reading Workshop telah lama dikembangkan di Amerika Serikat. Bahkan Tierney et.al (1995: 203) menyatakan bahwa The Reading Workshop has probably been the most widely used framework for a total reading lesson. Apabila dibandingkan dengan model-model pengajaran membaca lainnya, Reading Workshop ini mempunyai beberapa kelebihan. Pertama, model Reading Workshop ini menuntut pengajar untuk selalu memperkenalkan kosakata dan konsep baru. Siswa diminta untuk membaca kata-kata dan konsep baru dengan menggunakan isyarat-isyarat kontekstual untuk membantu mereka memahami makna. Kedua, guru dilengkapi petunjuk atau pedoman yang cukup dalam proses belajar mengajar. Ketiga, model Reading Workshop menekankan latihan pengembangan keterampilan untuk mencapai pemahaman. Terakhir, model ini dilengkapi dan ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan pelengkap untuk menambah kekayaan pengalaman membaca siswa. Selanjutnya model yang sering digunakan dalam pengajaran membaca bahasa Indonesia di Jepang tampak didasarkan pada pendekatan input-output yang bersumber pada behaviorisme, sebagaimana dikemukakan di atas. Selama ini, berbagai pendekatan atau model pengajaran membaca di SD hanya difokuskan pada aspek-aspek tertentu, tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman tersebut sehingga kemampuan membaca siswa SD masih relatif rendah, berdasarkan observasi awal yang diperoleh pada Gugus I Kecamatan Taktakan diperoleh data bahwa pada tahun 2005/2006 nilai rata-rata kemampuan membaca kelas 4 dari enam SD mencapai 6,67. Pada tahun ajaran
7 tersebut menggunakan KBK, setiap aspek keterampilan berbahasa dinilai secara terpisah sehingga dapat diketahui perbedaannya. Sedangkan tahun ajaran berikutnya menggunakan KTSP dan penilaian setiap aspek digabung menjadi nilai mata pelajaran. Selain itu, tidak ada solusi konkret yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Peneliti menggunakan model Reading Workshop karena alasan-alasan berikut ini. 1) Selama ini pelajaran membaca di SD hanya terbatas pada decoding, yaitu pembunyian huruf-huruf. Dengan kata lain, membaca hanya merupakan proses fisik mekanis, bukan proses mental sehingga minat, kemampuan dan kecepatan membaca siswa terabaikan. 2) Kegiatan ini akan berusaha memberikan informasi kepada guru, yang memungkinkan mereka untuk mengubah pengetahuan dan sikap terhadap pengajaran membaca. 3) Kegiatan ini mempertegas kembali bahwa membaca adalah salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan akademik. 4) Kegiatan ini akan menjelaskan langkah-langkah untuk menciptakan ruang kelas atau sekolah sebagai sebuah masyarakat membaca dan sebagai lingkungan yang kaya akan bacaan 5) Reading Workshop yang akan dikembangkan dalam kegiatan ini merupakan model yang efektif dalam merangsang anak-anak untuk membaca karena model ini menggunakan pendekatan proses yang mendorong mereka untuk menjadi pembaca yang efektif dan aktif
8 6) Model Reading Workshop dapat dijadikan model baru untuk menggantikan model-model membaca tradisional yang selama ini memberikan tekanan berat pada pendekatan produk. Pengajaran atau pembelajaran membaca pemahaman memerlukan raw input, environmental input, learning teaching process, dan instrumental input untuk meningkatkan kualitas output. Yang dimaksud dengan raw input adalah peserta didik atau pembaca. Raw input perlu diperhatikan dalam proses pengajaran membaca karena faktor ini akan sangat menentukan hasil dari proses itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil belajar membaca pemahaman bahasa Indonesia ditentukan oleh beberapa variabel, yaitu variabel masukan (raw input) yaitu siswa SD yang belajar membaca bahasa Indonesia, variabel instrumental input, yang terdiri atas, variabel enviromental input dan learning process. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tentang penerapan model Reading Workshop untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa SD dengan mengambil judul penelitian "Penerapan Model Pembelajaran Reading Workshop Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia". (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Gugus I Kecamatan Taktakan Kota Serang).
9 B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang diteliti, serta berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah menerapkan model pembelajaran Reading Workshop untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 4 SD?". Untuk lebih jelasnya, masalah pokok tersebut dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimanakah hasil peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran Reading Workshop pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD? 2. Bagaimanakah hasil peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD? 5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui model pembelajaran Reading Workshop dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hasil peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran Reading Workshop pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD.
10 2. Mengetahui hasil peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD. 3. Mengetahui perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Reading Workshop dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain: 1) Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian pengembangan kurikulum khususnya dalam pembelajaran sehingga dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan pembelajaran di sekolah. b. Memperluas khasanah ilmu tentang pembelajaran membaca di sekolah dasar. 2) Manfaat Praktis a. Bagi Kepala sekolah, temuan penelitian ini dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di SD, dan dengan kebijakannya menjadi model yang dapat dimanfaatkan guru lain dengan pembelajaran bahasa Indonesia. b. Bagi Guru, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang model pengajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca, kecepatan membaca, dan meningkatkan minat baca siswa SD. Sebagai solusi
11 bagi guru dalam pemecahan masalah rendahnya kemampuan membaca pemahaman, dan dijadikan model yang dapat mengubah tradisi pengajaran membaca secara tradisional. c. Bagi siswa, diharapkan dapat memanfaatkan model pembelajaran Reading Workshop ini untuk mengembangkan kompetensi membacanya secara efektif dan efesien dalam berbagai bentuk wacana. d. Bagi peneliti, diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah wawasan penelitian dalam memahami model pembelajaran Reading Workshop, dan sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam rangka memperbaiki pembelajaran bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Reading Workshop untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. E. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Reading Workshop Reading Workshop adalah loka karya membaca. Model pembelajaran Reading Workshop merupakan model pengajaran membaca yang menggunakan pendekatan proses sehingga mendorong pembelajaran untuk menjadi pembaca yang efektif dan aktif. Reading Workshop adalah sebuah forum untuk memperkenalkan model-model tulisan fiksi, puisi dan non fiksi kepada siswa. Reading Workshop adalah hal yang baru dan berbeda dari skenario biasa, (membacanya kemudian mempresentasikan) laporannya. Reading Workshop juga memperkenalkan kerja sama melalui interaksi dalam kelompok kecil, kemudian merespon bacaan secara tertulis untuk dipresentasikan di depan kelas.
12 2. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang perlu dipahami dan menerapkan informasi yang ada dalam bahan-bahan tertulis. Kemampuan atau pemahaman suatu bacaan merupakan suatu kemampuan yang esensial yang diidamkan setiap pembaca, karena sasaran utama kegiatan membaca adalah untuk memahami apa yang dibaca. Pemahaman suatu wacana merupakan hasil dari suatu proses yang bersifat interaktif, karena pembaca bukan hanya memetik dan mengambil makna dari apa yang dibaca, tetapi juga mengadakan pertukaran ide secara interaktif dengan ide yang tertuang dalam wacana yang dibaca. F. Variabel Penelitian Menurut Sugiono (2008: 38) "Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya". Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Independen (Variabel bebas): Model Pembelajaran Reading Workshop. 2. Variabel Dependen ( Variabel terikat): Kemampuan Membaca Pemahaman.
13 G. Anggapan Dasar Winarno Surakhmad dalam Suharsimi Arikunto ( 2006: 65) menyatakan bahwa "anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik". Atas dasar pengertian di atas, anggapan dasar yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Reading Workshop adalah salah satu model pembelajaran membaca yang menggunakan pendekatan proses sehingga mendorong pembelajar untuk menjadi pembaca yang efektif dan aktif. 2. Membaca sangat penting untuk meningkatkan daya nalar dan pengetahuan seseorang dalam segala hal. Artinya membaca adalah merupakan fungsi untuk mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi, yang sebagian besar informasi itu dapat diserap melalui membaca. 3. Kemampuan membaca seseorang dapat ditingkatkan dengan latihan dan penggunaan strategi membaca yang efektif dan efisien. 4. Membaca pemahaman merupakan proses yang melibatkan penalaran dan ingatan dalam upaya menemukan dan memahami informasi yang dikomunikasikan pengarang.
14 H. Hipotesis Hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Reading Workshop dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Ha : Terdapat perbedaan positif kemampuan membaca pemahaman yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Reading Workshop dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.