Kamaluddin Lubis Staff Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Medan Area Jl Kolam No 1 Medan Estate-Medan. Kampus Universitas Medan Area

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PULAU BUNGIN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGARUH PENGGUNAAN KAPUR TOHOR SEBAGAI FILLER TERHADAP MARSHALL PROPERTIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE (AC-WC)

PEMANFAATAN SISA PECAHAN CAMPURAN BETON SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA LASTON WEARING COURSE GRADASI KASAR.

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB III LANDASAN TEORI

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN GRADASI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS PENGIKAT (AC-BC)

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

PERKERASAN CAMPURAN ASPAL BETON (AC- BASE) DENGAN MATERIAL LOKAL KUTAI KARTANEGARA

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Umum Divisi VI. Jakarta.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

Rizki Sahfutra Armi 1, Leo Sentosa 2

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

Pengaruh Subtitusi Asbuton Butir 20/25 pada Aspal pen. 60/70 Terhadap Karakteristik Campuran Beton Aspal AC-WC

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE GRADASI KASAR NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

Transkripsi:

S T A B I L I T A S T A N A H L E M P U N G ( C L A Y ) D E N G A N M E N G G U N A K A N C A M P U R A N A B U C A N G K A N G K E L A P A S A W I T D I T I N J A U D A R I N I L A I C B R Kamaluddin Lubis Staff Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Medan Area Jl Kolam No 1 Medan Estate-Medan. Kampus Universitas Medan Area E M A I L : K A M A L U D D I N L U B I S 0 2 @ G M A I L. C O M A B S T R A K Perkembangan jaringan jalan berkembang seiring dengan perkembangan segala sisi apsek kehidupan yang memerlukan dukungan dan pengawasan aplikasi teknologi tepat guna. Teknologi ini terutama sekali menitikberatkan pada konstruksi perkerasan yang tahan lama, memiliki daya dukung optimum dan biaya yang relatif murah. Bahan konstruksi jalan raya pada umumnya adalah batu pecah yang berasal dari alam yang kemudian dipecah dengan menggunakan alat stone crusher. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap campuran Fine Agregat dan Cangkang Sawit dengan Kadar Aspal Optimum (6%), yang bertujuan untuk mencari material pengganti dari batu pecah dengan variasi campuran 10%-50% dari berat Fine Agregat, dengan masing-masing persentase dibuat 3 benda uji. Hasil pengujian di Laboratorium Jalan Raya Grwoth Centre menunjukkan bahwa campuran Fine Agregat dan Cangkang Sawit memiliki nilai stabilitas yang tinggi yaitu diatas yang disyaratkan oleh Bina Marga (> 550 kg). Nilai stabilitas yang diperoleh dengan variasi campuran cangkang sawit dan Fine Agregat adalah untuk campuran 10% cangkang sawit = 1.411,14 kg, campuran 20% cangkang sawit = 1.075,73 kg. campuran 30% cangkang sawit 1.060,00 kg, campuran 40% cangkang sawit = 990,97 kg dan campuran 50% cangkang sawit = 692,89 kg. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa dengan campuran cangkang sawit sebagai pengganti sebahagian Fine Agregat dengan variasi diatas masih dapat digunakan sebagai bahan lapisan permukaan pada konstruksi jalan raya. Kata Kunci : Cangkang Sawit, Fine Agregat Abstract The development of the road network evolves along with the development of all sides of the life apsek that require the support and supervision of appropriate technology applications. This technology is very important for the development of durable pavement, has the optimum carrying capacity and the cost is relatively cheap. Highway construction materials in general are broken stone that comes from nature which is then broken down by using the tool stone crusher. In this research, we tested the mixture of Fine Aggregate and Palm Shell with Optimum Asphalt Level (6%), suitable for finding material of crushed stone with mixed variation of 10% -50% from Fine Aggregate weight, with each percentage made 3 Object test. Test results at the Grwoth Center Highway Laboratory showed a mixture of Fine Aggregates and Palm Shells which have high stability, above that required by Bina Marga (> 550 kg). The stability value obtained by the mixed variation of palm shell and aggregate fines is for the mixture of 10% of the palm shell = 1,411,14 kg, the mixture of 20% of the palm shell = 1,075.73 kg. Mix 30% oil shell 1,060,00

kg, mixture 40% palm shell = 990,97 kg and 50% mixture of palm shell = 692,89 kg. From the test results can be concluded with a mixture of palm shells as a substitute sebahagian Fine Aggregate with the above variations can still be used as a surface coating material on highway construction. Keywords : Palm Shell, Fine Aggregate

PENDAHULUAN Umum Secara umum dapat diambil suatu pendekatan dengan memberikan kriteriakriteria sederhana terhadap bahan-bahan lapisan permukaan (surface course), antara lain : Memiliki stabilitas yang tinggi Tidak mudah aus dan retak Penurunan sekecil mungkin Dalam usaha untuk mendapatkan lapisan perkerasan yang memiliki nilai stabilitas yang tinggi, banyak usaha yang dilakukan. Dalam penelitian ini akan dicoba penggunaan cangkang sawit sebagai bahan campuran fine agregat (FA) agar dapat diketahui karakteristik campuran cangkang sawit dan membandingkan dengan bahan standart batu pecah terhadap kadar aspal optimum, sehingga cangkang sawit sebagai limbah Pabrik Kelapa Sawit dapat digunakan sebagai bahan material jalan raya. Cangkang sawit yang digunakan dari jenis Tenera yang saat ini banyak diproduksi. Latar Belakang Perkembangan jaringan jalan pada suatu daerah umumnya terlahir dan berkembang seiring dengan arus perkembangan segala sisi aspek kehidupan. Perkembangan jaringan jalan itu sendiri memerlukan dukungan dan pengawasan aplikasi teknologi tepat guna. Teknologi ini terutama sekali menitikberatkan permasalahan pada konstruksi perkerasan yang tahan lama, memiliki daya dukung optimum dan biaya yang relative murah. Untuk terwujudnya suatu konstruksi perkerasan jalan seperti dimaksudkan diatas, maka perlu suatu profesionalitas yang tinggi dari para pengayom teknologi dan dari unsur pembinaan jalan. Suatu konstruksi perkerasan jalan harus pula memenuhi persyaratan-persyaratan lain, antara lain : stabilitas, durabilitas, tahanan geser, kedap air, kelenturan; sehingga dengan demikian para pemakai jalan akan merasakan optimasi keamanan dan kenyamanan. Maksud & Tujuan Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui karakteristik dari cangkang sawit, bagaimana perilaku cangkang sawit terhadap agregat maupun terhadap aspal dan sebagai pembanding dari batu pecah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai stabilitas yang memenuhi syarat untuk pengunaan cangkang sawit sebagai bahan campuran sebahagian fine agregat pada perkerasan jalan raya. Sehingga cangkang sawit tersebut dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam material jalan raya. Permasalahan Dalam penelitian ada beberapa permasalahan yang akan dilihat antara lain : Karakteristik batu pecah, cangkang sawit dan aspal. Karakteristik campuran batu pecah (fine agregat) setelah dicampur dengan cangkang sawit. Apakah campuran cangkang sawit dengan batu pecah (fine agregat) dapat digunakan sebagai lapisan pondasi atas ditinjau dari nilai stabilitasnya. Pembatasan Masalah Dengan adanya permasalahanpermasalahan yang muncul diatas maka dapat dibatasi masalah tersebut yaitu antara lain : Cangkang sawit sebagai limbah industri yang tidak dipergunakan, diteliti dengan memeriksa karakteristik cangkang sawit. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian berat jenis. Persentase penggunaan cangkang sawit dengan fine agregat adalah 10%; 20%; 30%; 40%; 50% dari berat fine agregat.

Setelah itu dilakukan pemeriksaan campuran agregat (Fine Agregat) dengan cangkang sawit yang diketahui setelah dilakukan pengujian terhadap percobaan Marshall yang terdiri dari stabilitas, kelelehan (Flow), VIM, VMA, VFA dan MQ (Marshall Qouitient). Dengan memeriksa karakteristik agregat, cangkang sawit dan aspal, maka kemudian dilakukan pengujian dengan pembuatan sample sehingga nantinya akan diketahui bagaimana perilaku cangkang sawit tersebut di dalam campuran AC-WC. Apakah dengan menggunakan cangkang sawit sebagai campuran Fine Agregat dapat memenuhi nilai stabilitas yang disyaratkan, juga demikian halnya dengan nilai Flow, VIM, VMA, VFA dan MQ (Marshall Qouitient). Metodologi Penelitian Di dalam penelitian ini ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan yaitu antara lain; a. Penyediaan Bahan/Agregat Bahan-bahan yang digunakan antara lain ; batu pecah dan aspal diperoleh dari Quarry Patumbak PT Adhi Karya, cangkang sawit diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau, Kisaran-Asahan. b. Pemeriksaan Bahan/Agregat Memeriksa karakteristik aspal, pengujian yang dilakukan adalah pengujian penetrasi, pengujian daktilitas, pengujian titik nyala, pengujian titik lembek dan pengujian berat jenis aspal. Memeriksa Karakteristik Agregat, pengujian yang dilakukan adalah pengujian berat jenis agregat, pengujian analisa saringan, pengujian kelonjongan dan kepipihan (Elongation Index & Flakiness Index). Memeriksa karakteristik cangkang sawit, pengujian dilakukan dengan memeriksa berat jenis cangkang sawit. c. Pembuatan Sample Setelah melakukan pemeriksaan terhadap setiap agregat dan aspal maka dapat dilakukan pembuatan sample yaitu pertama kali mencari nilai KAO (kadar Aspal Optimum). Setelah diperoleh nilai KAO, maka dapat dilakukan pengujian dengan mencampur agregat, cangkang sawit serta aspal d. Pengujian Sample Setelah seluruh sample selesai dikerjakan, maka sample dapat diuji yaitu dengan pemeriksaan berat jenis sample, berat kering, berat SSD (Saturated Surface Dry) dan pengujian Marshall. e. Analisa Data Setelah sample selesai diuji maka dapat dilakukan analisa data, dimana akan diperoleh nilai-nilai antara lain nilai stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFA dan MQ. f. Analisa Hasil Data-data yang kita peroleh tersebut akan dapat kita uraikan sehingga dapat kita simpulkan apakah campuran cangkang sawit terhadap Fine Agregat masih dapat memenuhi standar kelayakan untuk perkerasan jalan raya TINJAUAN PUSTAKA KONSTRUKSI PERKERASAN Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terdiri dari lapisan permukaan (surface course), lapisan Pondasi (base course), lapisan pondasi bawah (sub base course) dan lapisan tanah dasar (subgrade).

Gambar 2.1 Susunan Lapis Perkerasan Jalan Lapisan Permukaan FUNGSI LAPISAN PERMUKAAN Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak paling atas, yang berfungsi sebagai berikut : 1. Lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan yang mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan. 2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan lapisan tersebut. 3. Lapis aus (Wearing Course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. 4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek. Untuk dapat memenuhi fungsi fungsi di atas maka pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas tinggi dan daya tahan yang lama. Bahan-Bahan Lapisan Permukaan Agregat Agregat adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa fragmenfragment. Agregat atau batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentase berat atau 25-85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat yang digunakan untuk lapisan permukaan adalah agregat alam yang telah dipecah dengan menggunakan mesin pemecah batu (crusher stone) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol dan gradasi yang diharapkan dapat dicapai sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Berdasarkan besar partikelpartikel agregat, agregat dibedakan atas : - Agregat kasar, agregat > 4,75 mm menurut ASTM; atau > 2 mm menurut AASHTO. - Agregat halus, agregat < 4,75 mm menurut ASTM; atau < 2 mm dan > 0,075 menurut AASHTO. - Abu batu/mineral filler, agregat halus yang umumnya lolos saringan no. 200. Agregat Kasar Secara umum agregat kasar atau yang disebut dengan kerikil, dengan kriteria butir-butir tanah < 50 % lolos saringan No. 4 dan < 50% lolos saringan No. 200. Kerikil ini dibedakan atas : - Kerikil bersih, sangat sedikit mengandung butir-butir halus (<5% lolos saringan No. 200). Dan kerikil bersih ini dibagi menjadi: GW (Gravel Well), jika Cu > 4 dan Cz antara 1 dan 3.

tidak antara 1 dan 3. - Kerikil bercampur cukup banyak butirbutir halus (> 12% lolos saringan No. 200), yang selanjutnya dibedakan atas jenis butiran halus yang dikandungnya dengan menggunakan grafik Casagrande. - Kerikil dengan sedikit butiran halus (> 5% tetapi <12% lolos saringan No. 200), merupakan jenis tanah dengan dua simbol. dibedakan menjadi SP-SM, SP-SC, SW- SM dan SW-SC. Filler Agregat buatan yang merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik-pabrik semen dan mesin pemecah batu. Agregat Halus Pasir merupakan butir-butir tanah > 50% lolos saringan No. 4 dan < 50% lolos saringan no. 200. Pasir dapat dibedakan atas : - Pasir bersih yang terdiri dari : Sand Well (SW) merupakan pasir bergradasi baik, jika Cu > 6 dan Cz antara 1 dan 3. Sand Poor (SP) merupakan pasir bergradasi buruk, jika nilai Cu dan Cz tidak memenuhi nilai untuk SW. - Pasir bercampuran cukup banyak butiran halus (> 12% lolos saringan no. 200), dibedakan atas SC, SM, SC-SM. Perbedaan tersebut diperoleh dengan menggunakan grafik casagrande. Clay (lempung), jika hubungan antara batas cari (LL) dan indeks plastis (PI) terletak diatas garis A dari indeks plastis > 7, Moam (lanau) jika terletak dibawah garis A, M dan jika terletak pada garis A. - Pasir yang bercampur sedikit butiran halus (> 5% tapi < 12% lolos saringan no. 200) merupakan tanah dengan 2 simbol. Simbol pertama berdasarkan gradasi dan simbol kedua berdasarkan jenis butiran halus yang dikandungnya. Dengan demikian dapat