BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis 2.1.1.Investasi Pengertian investasi di dalam akuntansi meliputi semua penanaman dana perusahaan atau penyertaan perusahaan pada perusahaan lain, yang tidak ada hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan. Berdasarkan tujuan investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Investasi jangka pendek 2. Investasi jangka panjang Investasi jangka pendek tujuannya untuk menghindari terjadinya kas yang menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk : 1. Untuk mengendalikan perusahaan lain, supaya dapat menjamin bahan atau pasar yang diperlukan 2. Untuk memperoleh bagian laba (deviden) 3. Untuk mendapatkan capital gain 4. Untuk membentuk dana tertentu Terdapat bermacam macam batasan atau definisi tentang investasi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah : Pengertian investasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK (2008) adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti: bunga, royalti, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk
manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Pengertian investasi menurut Martono dan Marjito (2002) menyatakan bahwa: Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang. Pengertian investasi menurut Sunariyah (2003) Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa masa yang akan datang. Menurut Husnan (1996) menyatakan bahwa proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang. 2.1.2.Return Saham Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return (kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada tingkat risiko tertentu. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Investor tentunya tidak akan
melakukan investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan datang (Ang,1997) Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengurkuran return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu (Jogiyanto, 2003) menjelaskan return total dinyatakan sebagai berikut ini. : Return Saham = ( ) Keterangan : Pt =Harga saham pada periode sekarang Pt-1 =Harga saham pada periode sebelumnya Menurut Jogiyanto (1998), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Tujuan memperoleh return dapat dinyatakan dalam keuntungan dengan presentasi relative dan absolute tetapi tujuan tersebut memiliki tujuan bersifat umum, yaitu :
1. Capital Preservation Capital Preservation (Pemeliharaan Modal) dilakukan investor untuk menjaga investasinya agar return yang didapat tidak lebih kecil dari inflasi yang terjadi. Umumnya, strategi ini dilakukan oleh strongly risk-averse investors atau investor penghindar risiko secara penuh. Mereka mendapatkan return untuk tujuan jangka pendek. 2. Capital Appreciation Capital Appreciation atau peningkatan modal adalah tujuan investor untuk memperoleh pertumbuhan modal dari waktu ke waktu. Pertumbuhan modal diperoleh dari capital gain. Strategi ini dilakukan oleh investor agresif yang bersedia menerima risiko untuk memenuhi tujuan mereka. 3. Current Income Investor memperoleh return dari portofolio yang akan digunakannya untuk memenuhi biaya hidup mereka. Investor yang menerapkan strategi ini berkonsentrasi untuk meningkatkan pendapatan mereka dari pada capital gain. 4. Total Return Tujuan strategi total return hampir sama dengan capital appreciation, yaitu meningkatkan nilai portofolio dengan capital gain dan menginvestasikannya kembali. Risiko strategi ini terletak diantara risiko strategi current income dan capital appreciation.
Menurut Ang (1997), menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan. 2.1.3.Price Earning Ratio Harahap (2002) mengatakan bahwa price earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari EPS (Earning Per Share) berhubungan erat dengan peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka semakin tinggi juga perubahan harga sahamnya dan return sahamnya. Perhitungan PER dapat dirumuskan sebagai berikut : PER = Harga Saham ℎ 2.1.4.Book To Market Ratio Book to Market Ratio merupakan perbandingan antara nilai buku saham suatu perusahaan dengan nilai pasarnya di pasar modal. Nilai pasar adalah nilai ekuitas yang dipandang oleh investor. Dengan demikian, book to market ratio menurut (Harahap, 2009) dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini: = Atau
= ℎ ℎ Fabozzi (2002) menjelaskan nilai buku terdiri dari : 1. Dana perusahaan yang diperoleh dari penerbitan semua saham dikurangi dengan saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan. 2. Jumlah pendapatan perusahaan dikurangi dividen karena ini sudah dipisahkan. Nilai buku tidak mencerminkan investasi dari pemegang saham perusahaan karena: 1. Pendapatan dicatat berdasarkan prinsip akuntansi, dimana tidak mencerminkan transaksi ekonomi yang sebenarnya. 2. Adanya inflasi, pendapatan dari saham yang diterbitkan di masa lalu tidak menggambarkan nilai sebenarnya. Book to market ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam menganalisis besarnya keuntungan dari saham. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain (Fitriati, 2002). 1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price.
2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue. 3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan menggunakan earning price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif. Menurut Damodaran (2006) ada beberapa analis yang terus menggunakan pengukuran nilai buku. Mereka menggunakan 4 argumen meskipun tidak ada yang meyakinkan, yaitu : 1. Nilai buku lebih handal dari pada nilai pasar karena tidak sebagai volatile : Sementara memang benar bahwa nilai buku tidak berubah sebanyak nilai pasar, ini lebih mencerminkan kelemahan penggunaan nilai. Nilai sebenarnya dari perusahaan berubah sepanjang waktu sebagai informasi baru yang beredar tentang perusahaan dan perekonomian secara keseluruhan. Kami berpendapat bahwa nilai pasar, dengan volatilitas, adalah cerminan yang lebih baik nilai sebenarnya dari book value. 2. Menggunakan nilai buku daripada nilai pasar adalah pendekatan yang lebih konservatif untuk memperkirakan rasio utang. Nilai buku dari ekuitas pada kebanyakan perusahaan di pasar yang berkembang jauh di bawah nilai yang melekat oleh pasar, sedangkan nilai buku utang biasanya mendekati nilai pasar dari utang. Karena biaya ekuitas jauh lebih tinggi dari pada biaya hutang, biaya modal dihitung menggunakan rasio nilai buku akan lebih rendah dari pada yang dihitung dengan menggunakan rasio nilai pasar. Hal ini membuat mereka tidak lebih dari perkiraan yang konservatif. 3. Karena return secara akuntansi dihitung berdasarkan nilai buku, perlu konsistensi penggunaan nilai buku dalam menghitung biaya modal: Meskipun mungkin tampak konsisten menggunakan nilai buku untuk perhitungan return secara akuntansi dan biaya modal, itu tidak masuk
akal secara ekonomi. Dana diinvestasikan dalam suatu proyek dapat diinvestasikan di tempat lain dan mendapatkan harga pasarnya. Oleh karena itu, biaya harus dihitung dengan harga pasar dan menggunakan bobot nilai pasar. 2.1.5.Debt Equity Ratio Darsono, (2005) menyatakan bahwa DER (debt equity ratio) merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. DER (debt equity ratio) adalah instrumen untuk mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang Hal sebaliknya akan terjadi rasio DER (debt equity ratio) yang tinggi menunjukan semakin tinggi resiko perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Hal tersebut berpengaruh buruk terhadap nilai perusahaan sehingga ini akan menurunkan return saham. Perhitungan DER (debt equity ratio) dapat dirumuskan sebagai berikut : = 2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 No 1 Penelitian Dery Darusman (2012) Judul Hasil Penelitian Analisi Pengaruh Firms size, Book to Market Ratio, Price Earning Ratio dan Momentum terhadap Return Portofolio Portofolio saham dengan Book To Market Ratio yang tinggi menghasilkan
Saham. return yang lebih tinggi dari portofolio saham dengan Book To Market Ratio rendah. Portofolio saham pemenang akan tetap meningkat return sahamnya dan portofolio saham pecundang akan tetap menurun return sahamnya. Portofolio saham dengan Firm Size kecil menghasilkan return yang lebih tinggi dibandingkan portofolio saham dengan Firm Size besar. 2 Fitriati (2010) Analisis Hubungan Distress Risk, Firm Size dan Book to Market Ratio dengan Return Saham 3 Suhardiyah (2002) Pengaruh Price Earning Ratio dan Risiko Terhadap Return Saham Hubungan negatif antara distress riskdengan return saham. Hubungan negatif antara firm size dengan return saham. Hubungan positif antara book to market ratio dengan return saham. Price earning ratio secara individual tidak berpengaruh terhadap return saham. Risiko yang diukur dari variable beta berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh per dan risiko secara bersamasama sangat kecil terhadap return saham.
2.3.Kerangka Konseptual Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahului mengenai hubungan antara price earning ratio, book to market ratio, debt equity ratio dan return saham, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut : Return Saham Price Earnings Ratio ( X1) (Y) Book To Market Ratio ( X2) Debt Equity Ratio (X3 ) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukan. Dapat dikatakan para pemodal (investor) melakukan investasi untuk mendapatkan return. Husnan (1994) juga menyatakan bahwa return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat di pengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham merupakan penilaian sesaat yang di pengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (Performance) dari perusahaan, kendala - kendala eksternal, kekuatan
penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham. Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari EPS (Earning per share) berhubungan erat dengan peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka semakin tinggi juga perubahan harga sahamnya dan return sahamnya. Secara teoritis book to market ratio memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi. Debt equity ratio digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap equitas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi debt equity ratio menunjukan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk deviden). Tingginya debt equity ratio akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor lebih tertarik pada perusahaan yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Keadaan ini diperkirakan akan berpengaruh terhadap return saham.
2.4.Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Price Earning Ratio berpengaruh terhadap Return saham secara signifikan. H2 : Book To Market Ratio berpengaruh terhadap Return saham secara signifikan. H3 : Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap Return saham signifikan. H4 : Price earning ratio,book to market ratio dan debt equity ratio berpengaruh terhadap Return saham signifikan.