BAB IV CV BINTANG ELMI VISION LAMONGAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi shirkah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama paling sempurna dari semua agama di dunia. Agama Islam

DAFTAR PUSTAKA. Akita, Laila Nur. Studi Analisis Syirkah di BMT Muamalat Weleri. Skripsi--UIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta, 2010.

BAB III DI CV BINTANG ELMI VISION LAMONGAN. 1. Sejarah dan Perkembangan CV Bintang Elmi Vision Lamongan

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

Shirkah berarti yang artinya campur atau percampuran yaitu

mud}a>rabah dalam usaha peternakan sapi. Yang mana Taufiq sebagai

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

BAB II LANDASAN TEORI. UNS, 2009), Evaluasi Penerapan Prinsip Syariah pada Praktik

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis bagi pendorong

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

PROPOSAL INVESTASI KAYAMARA

BAB IV ANALISIS ETIKA ISLAM DALAM PENGELOLAAN BISNIS PENGEMBANG PERUMAHAN DI PT. SYSSMART SEJAHTERA SURABAYA

BAB V ANALISIS DATA. pembiayaan. Hal ini disampaikan langsung pada sesi wawancara 28 dengan. Manajer Utama BMT Amanah Ummah, Faisal Abdul Haris, S.E.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB IV ANALISIS MODEL PERHITUNGAN NISBAH BAGI HASIL PADA SIMPANAN BERJANGKA (DEPOSITO) DI BMT LESTARI MUAMALAT SURADADI TEGAL

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE LAUNDRY SYARIAH. A. Analisis Bisnis Waralaba, Franchise Fee dan Royalty Fee pada

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Buku adalah media yang sangat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGELOLAAN REKSA DANA MELATI US DOLLAR

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus pada PT. BPR Syariah Al-Wadi ah )

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bisnis yang pesat pada tahun 1990-an. Waralaba

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGHITUNGAN BAGI HASIL. A. Analisis Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di PT BPR Syariah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak. membeda-bedakan antara muslim dan non muslim.

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB II LANDASAN TEORI

Bahwa Franchisor adalah restoran yang menyajikan makanan siap saja yang dikenal dengan nama Restoran Serba Wenak.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pelaksanaan Syirkah Antara Pemilik Kapal Dengan Nelayan Di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG BAGI HASIL. profit sharing. Profit dalam kaus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB I PENDAHULUAN. bidang perdagangan dan jasa, yang salah satunya adalah bisnis franchise atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. akhir-akhir ini, dengan di dukung oleh semangat jiwa entrepeneur / wirausaha

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SURAT PERJANJIAN FRANCHISE

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

AKAD-AKAD DI DALAM PASAR MODAL SYARIAH

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi


BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

Divisi Produk & Prosedur Pembiayaan. Sistem perbankan syariah beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1992 TENTANG BANK BERDASARKAN PRINSIP BAGI HASIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG METODE BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH. No.12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

MUD}A>RABAH di BMT NURUL JANNAH PETROKIMIA GRESIK

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

SURAT PERJANJIAN GADAI TNAH

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS SHIRKAH DAN MEKANISME BAGI HASIL PADA CV BINTANG ELMI VISION LAMONGAN A. Analisis Tentang Implementasi Akad Shirkah Mud}a@rabah Di CV Bintang Elmi Vision Untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi shirkah mud}a@rabah yang dilakukan oleh CV Bintang Elmi Vision maka peneliti memaparkan sebagai berikut: 1. Akad Untuk mempermudah analisa, maka peneliti akan memberikan beberapa persamaan dan perbedaan antara waralaba dan shirkah mud}a@rabah yang dilakukan oleh CV Bintang Elmi Vision dengan waralaba dan shirkah mud}a@rabah secara teori. Persamaan dan perbedaan shirkah yang dilakukan oleh CV Bintang Elmi Vision dengan teori yang ada dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Waralaba, Shirkah Mud}a@rabah dan Implementasi Shirkah di CV Bintang Elmi Vision No Ketentuan Waralaba Shirkah mud}a@rabah 1 Akad kerjasama Ada, tertulis Ada, lesan dan tertulis 2 Obyek kerjasama Ada, hak Ada, skill kekayaan dan modal intelektual dan Shirkah di CV Bintang Elmi Vision Ada, Lesan dan tertulis Ada, Hak kekayaan Intelektual, skill dan modal.

modal 3 Pihak yang bekerjasama Ada, Pemberi dan penerima Ada, S}ha@hib al-ma@l dan Ada, S}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib waralaba mud}a@rib 4 Nisbah Ada, royalti Ada, bagi Ada, bagi hasil fee hasil 5 Hak dan kewajiban Ada Ada Ada pihak 6 Bantuan dan Ada, pelatihan Tidak ada Ada, pelatihan fasilitas 7 Pemecahan Ada Ada Ada perselisihan 8 Pembayaran ganti Ada Ada Ada rugi 9 Pilihan hukum Ada Tidak ada Ada Bila melihat dari perbandingan pada tabel 4.1 dapat diketahui semua syarat waralaba dimiliki oleh shirkah mud}a@rabah sedangkan ada beberapa syarat shirkah mud}a@rabah yang tidak dimiliki oleh waralaba. Seperti yang terlihat di atas salah satunya adalah nisbah, di mana CV Bintang Elmi Vision menerapkan sistem bagi hasil yang digunakan sebagai keuntungan sedangkan dalam waralaba yang digunakan sebagai keuntungan adalah sistem royalty fee. Selain itu secara jelas juga terlihat dari pihak yang bekerja sama. Dalam waralaba pihak yang bekerja sama disebut dengan franchise dan frinchisor sedangkan CV Bintang Elmi Vision menyebutkan bahwa pihak yang bekerja sama adalah s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib. Dari beberapa perbedaan di atas maka diketahui bahwa akad yang digunakan sebagai landasan shirkah di CV Bintang Elmi Vision adalah akad shirkah mud}a@rabah.

2. Pengelolaan Usaha Waralaba merupakan kerjasama dengan menggabungkan modal dan hak kekayaan intelektual, brand, serta produk. Pihak pemberi waralaba memberikan izin atau lisensi kepada penerima waralaba untuk menggunakan produk serta brand yang dimiliki. 65 Sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada pihak penerima waralaba dan pemberi waralaba tidak ikut andil dalam pengelolaannya. Akan tetapi, pihak pemberi waralaba tidak boleh lepas tangan untuk perkembangan usaha tersebut. Pihak pemberi waralaba harus memberikan pelatihan-pelatihan atau sarana pendukung dan sistem pengelolaan usaha sepenuhnya dipercayakan kepada pihak penerima waralaba dengan berpedoman aturan dari pihak pemberi waralaba. Waralaba juga tidak membatasi kepada pihak penerima waralaba yang ingin mengembangkan usaha waralabanya. Penerima waralaba utama bisa mencari penerima waralaba lanjutan tetapi pihak penerima waralaba harus mempunyai modal dan tempat untuk usahanya. Pengelolaan shirkah mud}a@rabah hampir sama dengan waralaba, di mana salah satu pihak berperan sebagai pengelola dan satu pihak lain hanya sebagai pemodal. Shirkah mud}a@rabah ada dua macam yaitu shirkah mud}a@rabah mut}laqah 65 Andrian Sutedi, Hukum Waralaba (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), 12

dan shirkah mud}a@rabah muqoyyadah. 66 Shirkah mud}a@rabah mut}laqah adalah sistem kerjasama yang pengelolaannya diserahkan penuh kepada pihak mud}a@rib mulai dari jenis usaha dan tempat usaha asalkan sesuai dengan syariat Islam sedangkan shirkah mud}a@rabah muqoyyadah adalah sebuah sistem kerjasama di mana pihak mud}a@rib harus mengikuti semua tata cara pengelolaan dari pihak s}ha@hib al-ma@l dengan syarat tidak melanggar syariat Islam. Pengelolaan shirkah yang dilakukan oleh CV Bintang Elmi Vision dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Pengelolaan pada waralaba yang dilakukan oleh CV Bintang Elmi Vision adalah pihak pemberi waralaba tidak hanya berperan sebagai pemberi izin untuk menggunakan brand, produk dan aturan-aturan yang berlaku tetapi juga sebagai pengelola (mud}a@rib) sedangkan pihak penerima waralaba hanya berperan sebagai pemodal (s}ha@hib al-ma@l) tanpa ikut campur dalam pengelolaan. b. Dilihat dari mekanisme pengelolaannya bahwa yang mengelola CV Bintang Elmi Vision adalah pihak pemberi waralaba atau mud}a@rib maka untuk laporan kegiatan usaha atau sebagainya juga pihak mud}a@rib yang berkewajiban untuk membuat, sedangkan s}ha@hib al-ma@l hanya sebagai pemilik modal yang tidak turut andil dalam operasional usaha. Padahal 66 Syafi'i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan (Jakarta: Tazkia Institute, 1999), 94.

dalam waralaba pada umumnya yang berkewajiban untuk membuat laporan kegiatan usaha adalah pihak penerima waralaba (s}ha@hib al-ma@l). Dari beberapa pemaparan tentang pengelolaan CV Bintang Elmi Vision maka dapat diketahui bahwa pengelolaan shirkah di CV Bintang Elmi Vision identik menggunakan mekanisme pengelolaan sesuai dengan shirkah mud}a@rabah mut}laqah. 3. Obyek Kerjasama Obyek kerjasama merupakan satu hal penting yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak dalam melakukan kerjasama. Obyek kerjasama dalam waralaba merupakan penggabungan antara hasil intelektual, skill dan modal. Obyek dari shirkah bisa berupa modal, skill, dan tenaga tergantung jenis shirkah yang digunakan sebagai landasan akad. Apabila mengacu pada jenis shirkah mud}a@rabah, maka obyeknya adalah modal dan skill untuk mengelola. Obyek waralaba di Indonesia pada umumnya adalah penerima waralaba menyediakan modal untuk membeli usaha waralaba dari penerima waralaba. Di mana penerima waralaba akan memberikan izin kepada penerima waralaba untuk menggunakan produk dan merk dagang serta mampu memberi bantuan sarana dan prasarana. Produk dan merk dagang tersebut meliputi produk yang diperjualkan, tempat usaha, serta pelatihan-pelatihan khusus untuk menambah wawasan tentang usaha waralaba yang mereka lakukan.

Sedangkan obyek waralaba di CV Bintang Elmi Vision adalah s}ha@hib al-ma@l menyerahkan modal kepada mud}a@rib untuk mendapatkan hak kekayaan intelektual dan kemampuan atau skill sekaligus mengelola usaha yang mereka jalankan. Sehingga permodalan dan tempat usaha menjadi tanggungan s}ha@hib alma@l seluruhnya dan mud}a@rib bertugas sebagai pengelola usaha. Dengan membandingkan antara obyek waralaba di Indonesia dengan obyek waralaba di CV Bintang Elmi Vision maka dapat dilihat bahwa kedua obyek tersebut memiliki perbedaan. Pada waralaba di Indonesia pihak pemberi waralaba hanya memiliki kewajiban untuk memberikan kekayaan intelektual dan izin atau lisensi penggunaan brand, produk serta aturan-aturan untuk menjalankan usaha waralaba tersebut dan pihak penerima waralaba berkewajiban untuk memberikan modal, menyediakan tempat untuk usahanya dan mengelola usaha waralaba tersebut. Sedangkan pada waralaba di CV Bintang Elmi Vision pihak pemberi waralaba selain berkewajiban untuk memberikan hak kekayaan intelektual dan izin atau lisensi dalam penggunaan brand, produk serta aturan-aturan untuk menjalankan usaha waralaba, pihak pemberi waralaba juga berkewajiban untuk memberikan skill untuk mengelola sedangkan pihak penerima waralaba hanya menyediakan obyek berupa modal dan tempat usaha. Dari pelaksanaan shirkah di CV Bintang Elmi Vision dapat tergambar bahwa obyek dalam shirkah merupakan penggabungan modal dari s}ha@hib al-ma@l

untuk membeli kekayaan intelektual dan skill dari pihak mud}a@rib untuk mengelola usahanya, sehingga dari obyek dapat terlihat bahwa shirkah yang dilakukan oleh CV Bintang Elmi Vision menerapkan akad shirkah mud}a@rabah dalam pelaksanaan usahanya 4. Cara penyelesaian masalah Sesuai dengan aturan hukum Indonesia dapat diketahui bahwa cara penyelesaian masalah pada waralaba adalah penyelesaian masalah melalui Pranata Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Masalah. 67 Sedangkan pada shirkah mud}a@rabah cara penyelesaian masalah adalah melalui jalan musyawarah. 68 Dalam pelaksanaan shirkah di CV Bintang Elmi Vision, pemecahan masalah dilakukan melalui jalan musyawarah. 69 Keputusan dalam musyawarah harus sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak tanpa ada rasa terpaksa. Melihat dari cara pemecahan masalah maka dapat digambarkan bahwa pemecahan masalah pada CV Bintang Elmi Vision juga mengacu pada cara penyelesaian masalah dalam shirkah mud}a@rabah karena semua jenis shirkah memiliki cara penyelesaian masalah yang sama yaitu dengan jalan musyawarah. 67 Gunawan Widjaja, Lisensi atau Waralaba Suatu Panduan Praktis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 147. 68 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 130. 69 Dijelaskan dalam perjanjian shirkah CV Bintang Elmi Vision Pasal 11 tentang terjadinya perselisihan yang juga terdapat penjelasan cara penyelesaian masalah dalam usaha.

B. Analisis Tentang Mekanisme Bagi Hasil di CV Bintang Elmi Vision Mekanisme adalah tata cara untuk mengelola sesuatu yang bertujuan untuk mendapatkan hasil. Bagi hasil adalah berbagi keuntungan antar pihak antara pihak s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib. Sehingga mekanisme bagi hasil adalah tata cara yang digunakan untuk mengelola omset hingga menjadi bagi hasil antara s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib. Dalam waralaba bagi hasil dilakukan dengan pembayaran royalty fee yang diberikan oleh penerima waralaba kepada pihak waralaba setiap periode. Sedangkan dalam shirkah bagi hasil diperoleh dari prosentase omset kotor di mana prosentase di sepakati saat awal terjadinya akad. Untuk mengetahui dengan jelas mekanisme bagi hasil di CV Bintang Elmi Vision, maka peneliti memberikan gambaran sebagai berikut: 1. Pembagian Keuntungan Pada waralaba pembagian keuntungan dapat diperoleh dari royalty fee. Royalty fee adalah jumlah uang yang dibayarkan secara periodik oleh penerima waralaba kepada pemberi waralaba sebagai imbalan dari pemakaian hak waralaba oleh penerima waralaba yang merupakan prosentase dari omset penjualan setiap bulannya. 70 Nilai royalty fee sangat variatif tergantung jenis waralabanya. Mekanisme pembagian royalty fee pada waralaba adalah dengan memberikan prosentase omset kepada pemberi waralaba dengan nilai wajar yaitu 70 Adrian Sutedi, Hukum Waralaba..., 73.

1%-12% dari omset kotor, bukan profit. Pada umumnya mekanisme pembagian royalty fee adalah penerima waralaba membayar sejumlah biaya waralaba (royalty fee) kepada pihak pemberi waralaba berdasarkan penjualan. Mekanisme bagi hasil pada shirkah mud}a@rabah sesuai perjanjian saat akad, misalnya dengan pembagian keuntungan di mana pihak s}ha@hib al-ma@l sebagai pemilik modal mempunyai hak untuk mendapatkan bagi hasil 60% dan pihak mud}a@rib mempunyai hak untuk mendapatkan bagi hasil 40% dari omset yang telah ditentukan. Mekanisme bagi hasil antara s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib pada CV Bintang Elmi Vision adalah bagi hasil menggunakan metode profit sharing, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bachnan Siddiq bahwa: Prosentase pembagian keuntungan CV Bintang Elmi Vision adalah saya mendapat 70% dari seluruh keuntungan dan Bapak Muchlis Amrullah memperoleh 30% dari seluruh keuntungan bersih CV Bintang Elmi Vision. 71 Mekanisme bagi hasil yang diperoleh oleh kedua belah pihak tersebut diperoleh dari omset yang telah dikurangi oleh beban biaya yang ditanggung dan bukan dari jumlah penjualan penerima waralaba. Di mana jumlah yang dibagi hasilkan adalah pendapatan kotor yang diperoleh dari usaha kemudian dikurangi oleh biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 dipaparkan 71 Bachnan Siddiq, Wawancara, Lamongan, 10 Oktober 2014.

pendapatan tahunan CV Bintang Elmi Vision dan pendapatan bagi hasil tahunan antara s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib. Mekanisme bagi hasil yang dilakukan oleh CV Bintang Elmi Vision dapat dilihat sebagai berikut: a. Pada tahun 2009 Pendapatan kotor selama satu tahun : Rp 412.000.000,- Pajak yang harus dikeluarkan sebesar 1% dari omset : Rp 4.120.000,- Biaya operasional : Rp 241..500.000,- Pengembangan usaha sebesar 10% dari omset : Rp 41.200.000,- Sehingga dapat diketahui bahwa pendapat bersih yang diperoleh CV Bintang Elmi Vision pada tahun 2009 adalah Rp 125.185.000,-. Dari pendapatan bersih tahun 2009, CV Bintang Elmi Vision belum melakukan bagi hasil karena pendapat bersih digunakan untuk mengembalikan modal dari s}ha@hib al-ma@l. Pendapatan bersih : Rp 125.185.000,- Pengembalian modal : Rp 125.000.000,- Dari perhitungan di atas dapat diperoleh bahwa pendapat bersih sebesar Rp 125.185.000,- dan digunakan untuk membayar modal dari s}ha@hib al-ma@l sebesar Rp 125.000.000 dan keuntungan sebesar Rp 185.000,- akan masuk ke dalam modal tahun berikutnya. b. Pada tahun 2010

Pendapatan kotor selama satu tahun : Rp 325.000.000,- Pendapatan dari laba tahun 2009 : Rp 185.000,- Pajak yang harus dikeluarkan sebesar 1% dari omset : Rp 3.251.000,- Biaya operasional : Rp 245.000.000,- Pengembangan usaha sebesar 10% dari omset : Rp 32.518.500,- Sehingga dapat diketahui bahwa pendapatan bersih yang diperoleh CV Bintang Elmi Vision pada tahun 2010 adalah Rp 44.414.650,-. Dari pendapatan bersih tersebut CV Bintang Elmi Vision menghitung bagi hasil antara s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib karena sudah tidak mempunyai tanggungan kerugian atau modal. Perhitungan bagi hasil dengan cara sebagai berikut: Pendapatan bersih : Rp 44.414.650,- Bagi hasil 1) S}ha@hib al-ma@l : 70% x Rp 44.414.000,- : Rp 31.090.255,- 2) Mud}a@rib : 30% x Rp 44.414.000,- : Rp 13.324.395,- Dari perhitungan di atas dapat diperoleh bahwa bagi hasil pada tahun 2010 adalah s}ha@hib al-ma@l memperoleh bagi hasil sebesar Rp 31.090.255,-dan mud}a@rib memperoleh sebesar Rp 13.324.395,- c. Pada tahun 2011

Pendapatan kotor selama satu tahun : Rp 485.500.000,- Pajak yang harus dikeluarkan sebesar 1% dari omset : Rp 4.855.000,- Biaya gaji, listrik, dan lain-lain : Rp 230.000.000,- Pengembangan usaha sebesar 10% dari omset : Rp 48.550.000,- Sehingga dapat diketahui bahwa pendapat bersih yang diperoleh CV Bintang Elmi Vision pada tahun 2011 adalah Rp 202.095.000,-. Dari pendapatan bersih tersebut CV Bintang Elmi Vision tidak melakukan bagi hasil karena adanya pertambahan modal dari s}ha@hib al-ma@l sebesar Rp 200.000.000,- yang kemudian keuntungan bersih sebesar Rp. 2.095.000,- digunakan sebagai modal tahun berikutnya. d. Pada tahun 2012 Pendapatan kotor selama satu tahun : Rp 496.000.000,- Pendapatan dari laba tahun 2011 : Rp 2.095.000,- Pajak yang harus dikeluarkan sebesar 1% dari omset : Rp 4.980.950,- Biaya operasional : Rp 285.000.000,- Pengembangan usaha sebesar 10% dari omset : Rp 49.809.500,- Sehingga dapat diketahui bahwa pendapat bersih yang diperoleh CV Bintang Elmi Vision pada tahun 2012 adalah Rp 158.304.550,-. Dari pendapatan bersih tersebut baru CV Bintang Elmi Vision menghitung bagi hasil antara s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib dengan cara sebagai berikut:

Pendapatan bersih : Rp 158.304.550,- Bagi hasil 1) S}ha@hib al-ma@l : 70% x Rp 158.304.550,- : Rp 110.813.185,- 2) Mud}a@rib : 30% x Rp 158.304.550,- : Rp 47.419.365,- Dari perhitungan di atas dapat diperoleh bahwa bagi hasil pada tahun 2010 adalah s}ha@hib al-ma@l memperoleh bagi hasil sebesar Rp 110.813.185,-dan mud}a@rib memperoleh sebesar Rp 47.419.365,-. e. Pada tahun 2013 Pendapatan kotor selama satu tahun : Rp 490.000.000,- Pajak yang harus dikeluarkan sebesar 1% dari omset : Rp 4.900.000,- Biaya operasional : Rp 345.000.000,- Pengembangan usaha sebesar 10% dari omset : Rp 49.000.000,- Sehingga dapat diketahui bahwa pendapat bersih yang diperoleh CV Bintang Elmi Vision pada tahun 2013 adalah Rp 91.100.000,-. Dari pendapatan bersih tersebut baru CV Bintang Elmi Vision menghitung bagi hasil antara s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib dengan cara sebagai berikut: Pendapatan bersih : Rp 91.100.000,- Bagi hasil

1) S}ha@hib al-ma@l : 70% x Rp 91.100.000,- : Rp 63.770.000,- 2) Mud}a@rib : 30% x Rp 91.100.000,- : Rp 27.330.000,- Dari perhitungan di atas dapat diperoleh bahwa bagi hasil pada tahun 2010 adalah s}ha@hib al-ma@l memperoleh bagi hasil sebesar Rp 63.770.000,-dan mud}a@rib memperoleh sebesar Rp 27.330.000,-. Gambaran mekanisme bagi hasil di atas dapat dilihat bahwa mekanisme bagi hasil yang dilakukan oleh CV Bintang Elmi Vision adalah bagi hasil yang menggunakan prinsip shirkah mud}a@rabah karena pihak s}ha@hib al-ma@l memperoleh bagi hasil sebesar 70% dan pihak mud}a@rib memperoleh sebesar 30% dari omset. 2. Tanggungan Kerugian Pada waralaba apabila terjadi kerugian maka akan ditanggung oleh penerima waralaba yang berperan sebagai pengelola sedangkan pihak pemberi waralaba tidak ikut campur dalam pengelolaannya. Pembayaran ganti rugi pada waralaba didasarkan pada Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa ganti rugi dapat diwujudkan dalam penuntutan biaya, kerugian, dan bunga. Pada shirkah mud}a@rabah tanggungan kerugian didasarkan pada bentuk modal masing-masing. Apabila pihak mud}a@rib berbuat curang maka pihak s}ha@hib al-ma@l berhak meminta ganti rugi dengan meminta modal yang telah diserahkan

kepada mud}a@rib tetapi apabila pihak s}ha@hib al-ma@l yang curang maka pihak mud}a@rib berhak untuk meminta upah sebagai ganti tenaga dan pikiran yang telah dikeluarkan untuk mengelola usaha tersebut. Apabila CV Bintang Elmi Vision mengalami perselisihan yang mengakibatkan kedua belah pihak mengakhiri shirkah tersebut maka tanggungan kerugian yang akan dilakukan terlihat pada perjanjian shirkah Pasal 8 yang dibuat oleh CV Bintang Elmi Vision bahwa ketentuan bentuk ganti rugi didasarkan pada bentuk modal masing-masing pihak, apabila s}ha@hib al-ma@l dikhianati oleh mud}a@rib maka s}ha@hib al-ma@l berhak menarik kembali sebagian atau seluruh modal usaha tersebut dan jika pihak mud}a@rib yang dikhianati oleh s}ha@hib al-ma@l maka mud}a@rib dapat meminta atau menerima ganti rugi berupa upah yang layak atas tenaga dan pikiran selama mengelola tempat usaha. 3. Perhitungan Untung Rugi Perhitungan untung rugi pada waralaba dilakukan untuk mengetahui usaha yang dijalankan menghasilkan keuntungan atau kerugian. Perhitungan untung rugi dilakukan dengan cara pendapatan bersih dikurangi untuk pembayaran royalty fee. Setelah mendapatkan profit dari usaha waralaba tersebut maka pihak penerima waralaba dapat mengetahui bahwa usaha yang dijalankan mendapatkan laba atau rugi. Perhitungan untung rugi pada shirkah mud}a@rabah juga dilakukan untuk mengetahui usaha yang dijalankan antara s}ha@hib al-ma@l dan muda@rib mengalami

keuntungan atau kerugian. Pada shirkah mud}a@rabah perhitungan untung rugi dilakukan setelah mengetahui jumlah dari pendapatan kotor dikurangi oleh biayabiaya yang harus dikeluarkan. Apabila pendapatan bersih lebih besar dari modal dan tidak bernilai negatif maka usaha yang dijalankan oleh mendapatkan untung. Perhitungan untung rugi pada CV Bintang Elmi Vision dilakukan oleh pengelola setelah pendapatan kotor dikurangi oleh biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Setelah mendapatkan hasil bahwa pendapatan bersih bernilai positif maka dapat dinyatakan bahwa usaha yang dijalankan mengalami keuntungan. Perhitungan untung rugi dilakukan 3 hari setelah laporan terinci. Setelah mengetahui keuntungan maka dilakukan penyerahan keuntungan bagi hasil antara s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib. Penyerahan bagi hasil untuk s}ha@hib al-ma@l dan mud}a@rib empat bulan sekali selambat-lambatnya 15 hari setelah tutup buku. Melihat dari perhitungan untung rugi pada CV Bintang Elmi Vision maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan untung rugi juga mengacu pada shirkah mud}a@rabah karena pengeluaran kotor tidak digunakan sebagai pembayaran royalty fee melainkan untuk biaya operasional.