BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapinya. Menurut Reivich dan Shatte (2002), bahwa kapasitas seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

REGULASI EMOSI DAN RESILIENSI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA. Abstract. Keywords: college student, emotion regulation, resilienc.

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan

Adhyatman Prabowo, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. Tugas akhir atau yang sering disebut skripsi merupakan gerbang terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. harapan yang diperoleh tiba-tiba sirna karena kejadian yang tak terduga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PERTENGAHAN PASCA PUTUS CINTA DI SMAN 20 BANDUNG

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat. disimpulkan bahwa Banyuwangi merupakan wilayah yang rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satunya adalah kecelakaan. Ada berbagai jenis kecelakaan yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penggemar sepeda motor gede (moge) jumlahnya semakin bertambah dengan seiringnya

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION )

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

Konsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanan hidupnya manusia melewati fase-fase kehidupan sejak ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran bayi

BAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita jumpai beberapa kasus pembunuhan. Seolah tidak asing lagi dengan peristiwa kejahatan itu, media meliput berita pembunuhan setiap waktu sehingga sebagian besar masyarakat memahami pengertian betapa kejam tindakan pembunuhan, bahkan sebelum mereka tahu penyebabnya dan bagaimana itu semua terjadi. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi dimana salah satunya berbentuk pembunuhan. Dihimpun dari crime index, 11 kasus menonjol yang terjadi di wilayah hukum Polda Metro Jaya, tahun 2015 angka pembunuhan di Jakarta mencapai 70 kasus atau meningkat 4% di banding tahun 2014 yang mencapai angka 68 kasus. Dari segi penyelesaian kasus pembunuhan, tahun 2015 terjadi penurunan sebanyak 16% yaitu hanya 57 kasus yang diselesaikan. Pada tahun 2016, jumlah kasus pembunuhan pun masih terus berlanjut dan semakin meresahkan masyarakat. Beberapa diantaranya disebabkan oleh kasus asmara, perampokan, pemerkosaan hingga finansial. Antara tahun 2015 dan 2016 sudah terdapat puluhan kasus pembunuhan yang terjadi di tanah air dan tidak sedikit pelakunya bukan hanya orang dewasa melainkan juga yang masih dibawah umur. 1

Pembunuhan pada dasarnya merupakan kejahatan nafsu (Wolfgang dan Ferracuti dalam Rasz, 2009). Nafsu hewani manusia dengan dasar untuk mempertahankan ini, menggumpal dalam diri seseorang sehingga timbul niatan untuk menghabisi dan menyingkirkan nyawa orang lain dengan beragam alasan. Pembunuhan umumnya dipandang sebagai sesuatu yang dimaksudkan ataupun diinginkan oleh seseorang, sedangkan pembunuhan tersencana dipandang sebagai hal yang ridak dimaksudkan dari tindakan seseorang. Ahli kriminal, Clinard dan Quinney berpendapat bahwa adanya perbedaan antara penyerangan dan pembunuhan terletak pada unsur yang menyertai tindakannya tersebut, dimana penyerangan mengandung unsur hasil/akibat sedangkan pembunuhan mengandung unsur maksud. Penyerangan yang bertubi-tubi ada usaha untuk menyebabkan orang lain terluka bahkan hingga mencabut nyawa orang lain tersebut dan hampir semua pembunuhan mewakili beberapa bentuk dari hasil serangan yang bertubi-tubi, namun perbedaann utamanya yaitu adanya korban yang meninggal (Clinard dan Quinney, 1973:26). Terdapat beberapa hal yang menarik dari setiap kasus pembunuhan adalah penyerangan dan pembunuhan merupakan tindakan kejahatan yang memikat khalayak atau publik. Faktanya, sebagian besar dari kasus penyerangan dan pembunuhan dilakukan pada orang terdekat (Rasz, 2009:9). Kasus-kasus tersebut terjadi dalam situasi dimana komunikasi yang terjalin antara pelaku dengan korban menjadi sangat emosional dalam kualitas hubungannya sehingga berkembang menjadi tindak kekerasan atau dalam ilmu 2

criminal disebut dengan crime of passion. Setiap manusia mampu untuk melakukan kekerasan; ada yang mempunyai kemampuan lebih dari yang lawannya, ada yang mempunya beragam sumber kekerasan lainnya, serta tentunya situasi yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan hingga sampai kepada pembunuhan. Ilmuwan sosial, Stephen Scafer dalam bukunya The Victim and His Criminal yang diterbitkan tahun 1968 mengemukakan bahwa kejahata bukan serta merta tindakan individu, tapi juga dapat berupa fenomena sosial. Hal ini jauh dengan kebenaran yang umum diyakini masyarakat bahwa kejahatan dilakukan secara kebetulan karena seringkali disebabkan oleh kelalaian korban, tindakan menggoda, atau provokasi, yang berpengaruh bagi lahirnya tindakan kejahatan yang berujung kepada pembunuhan. Namun, bagaimana jadinya jika pada kenyataan pahit menimpa kelurga ketika orang tua harus kehilangan anaknya? Bagaimana reaksi orang tua ketika mengetahui tentang kabar duka atas kematian buah hatinya, terlebih kehilangan tersebut disebabkan oleh pembunuhan dan anak terlibat sebagai korban? Peristiwa pembunuhan tentu membuat keluarga terutama orang tua dari korban akan merasa sangat terkejut, kalut dan bahkan stress di saat yang bersamaan. Keadaan ini tentu dapat membuat orang tua sulit mempercayai kenyataan yang terjadi dan dapat membuat mereka shock, bahkan kedukaan ini cenderung dirasakan dalam rentang waktu yang cukup lama untuk bisa menerima keadaan. Hal ini akan mempengaruhi secara drastis keadaan 3

psikologis orang tua akan perubahan hidup yang kemungkinan akan sangat berat diterima oleh orang tua. Bermula pada suatu pola kegiatan kehidupan yang normalnya terjadi sehari-hari; keberadaan anak dirumah, melakukan aktivitas baik itu sendiri ataupun bersama keluarga, pergi menuntut ilmu atau bekerja hingga ia tiba di rumah. Keadaan sang anak pun biasa saja, tidak terlihat adanya tekanan psikologis, kesehatan fisik pun tetap prima dan segalanya berjalan normal pada umumnya terjadi, hingga sampai pada peristiwa traumatis yang harus berubah setelah peristiwa pembunuhan itu terjadi pada sang buah hati. Keadaan dimana keberadaan anak tak lagi ada di rumah seperti biasanya, tentu akan menimbulkan kesulitan secara psikologis untuk mencapai penerimaan yang seutuhnya. Sternberg (2002) mengemukakan, bahwa beban hidup dan pikiran akan dapat membuat seseorang rentan terhadap penyakit karena melemahnya sistem kekebalan tubuh. Oleh karena peristiwa itulah, nantinya, tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh pada kesehatan fisik. Perubahan hidup seperti meninggalnya orang yang kita cintai merupakan sumber stress yang membutuhkan penyesuaian (Nevid dkk., 2003). Terlebih kehilangan anggota keluarga secara tiba-tiba, disebabkan oleh peristiwa yang tak terduga dan menyangkut kasus secara hukum yaitu pembunuhan. Lalu bagaimana tanggapan dan penerimaan orang tua dari korban yang mengetahui bahwa anaknya telah menjadi korban pembunuhan? Apa yang dirasakan oleh orang tua korban, tentunya memunculkan beban tersendiri dan penerimaan kenyataan yang berat bagi pihak keluarga, bahkan 4

memunculkan tanda tanya yang besar atas konflik apa yang telah terjadi diantara korban dan tersangka hingga merenggut nyawa buah hatinya. Apabila dalam kehidupannya, orang tua mengalami suatu kondisi berupa kematian anaknya sebagai korban sebuah pembunuhan, apakah mereka dapat menemukan penerimaan dalam dirinya? Berbagai kondisi dan situasi yang terjadi menyebabkan orang tua korban membutuhkan resiliensi agar mampu menyesuaikan diri dan tetap dapat menjalankan kehidupan keluarga dengan baik pasca kehilangan anaknya. Resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, menyesuaikan dengan kondisi yang sulit dan kembali pada keadaan semula. Resiliensi berarti kemampuan untuk pulih kembali dari suatu keadaan, kembali ke bentuk semula setelah dibengkokkan, ditekan, atau direnggangkan (Reivich & Shatte, 2012). Resiliensi merupakan kemampuan untuk dapat lekas pulih dari segala bentuk perubahan, sakit, kemalangan atau kesulitan. Kemampuan orang tua anak untuk bertahan dari situasi kedukaan yang mendalam, upaya untuk bangkit kembali dari kenyataan yang menyakitkan, serta menyesuaikan diri dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi dapat menjadi kekuatan psikologis bagi orang tua dari segala pengaruh buruk yang ditimbulkan dari stress sesungguhnya. Pengaruh resiliensi yang paling kuat adalah secara internal, yakni meliputi kemampuan kognitif, gender, dan ketertarikan individu dengan budaya. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga dan komunitas (Widuri, 2012). Menurut Holaday (1997) individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat untuk dapat kembali kepada kondisi sebelum trauma, 5

cenderung kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, dan mampu untuk beradaptasi terhadap stress yang ekstrim dalam kesengsaraan. Namun sebaliknya, bagi invididu yang mempunyai kesulitan regulasi emosi akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi, menjalin hubungan atau relasi dengan orang lain serta mempertahankan suatu hubungan yang telah terjalin. LaFramboise (2006) berpandangan bahwa resiliensi adalah suatu mekanisme perlindungan yang memodifikasi respon individu terhadap situasi yang beresiko pada titik-titik kritis sepanjang kehidupan seseorang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah yang ingin diketahui jawabannya melalui penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan: Bagaimana resiliensi orang tua dari korban kasus pembunuhan? 1.3 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu secara praktis maupun secara khusus kepada pembaca. Penjelasan manfaat yaitu sebagai berikut: 6

1.3.1 Manfaat Praktis 1 Manfaat bagi Subjek Diharapkan dapat dipergunakan untuk menambah informasi dan wawasan mengenai resiliensi orang tua dari anak korban kasus pembunuhan, dan bagi orang tua lain untuk dapat menjaga kualitas hubungan dalam keluarganya. 2 Manfaat bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini sebagai aplikasi dan pemahaman materi tentang resiliensi. Peneliti juga melihat pada kondisi dari resiliensi pada orang tua dengan harapan dapat memberi masukan terhadap responden mengenai resiliensi pada orang tua yang kehilangan anaknya karena kasus pembunuhan. 3 Manfaat Khusus Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta manfaat yang nyata dalam rangka pengembangan ilmu Psikologi. Selain itu dapat memberi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya tentang studi kasus mengenai resiliensi orang tua korban kasus pembunuhan untuk kedepannya dapat menjadi salah satu kontribusi bagi perkembangan dan penyempurna bagi penelitian yang selanjutnya. 7