BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Entar Tarji, 2014 Efektivitas Permainan ORFF Percussion Terhadap Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan verbal - linguistik (cerdas kata-kata), logika matematika (cerdas angka), visual

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Keefektifan Penggunaan Permainan Perkusi Sederhana untuk Meningkatkan Kecerdasan Musikal Anak di Taman Kanak-Kanak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi diri dalam berbagai disiplin ilmu. Lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Internasional. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

BAB I PENDAHULUAN. tampil berkarya serta mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB IV ANALISIS IMPLIKASI METODE CANTOL ROUDHOH TERHADAP KEMAMPUAN KEGIATAN BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS ANAK DI LEMBAGA PENDIDIKAN PRA SEKOLAH ROUDHOH

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun psikis. Pada masa ini, anak perlu diberikan rangsangan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berlaku untuk semua, mulai usia dini sampai jenjang perguruan tinggi. Usia

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sempurna, dan Sempurnanya manusia ditandai

PENINGKATAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI GERAK DAN LAGU PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA BHAYANGKARI 70 KECAMATAN MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Molly Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia Taman Kanak-kanak merupakan usia keemasan atau Golden Age di mana pada masa ini anak-anak tumbuh dan berkembang dengan pesat. Selayaknya pada masa ini, anak benar-benar dipenuhi kebutuhan dasarnya serta diberi stimulus yang tepat, sehingga anak-anak dapat berkembang secara maksimal. Kebutuhan dasar yaitu makanan yang bermutu serta stimulus tepat yang dapat membantu anak mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat menjadi anak yang cerdas. Setiap anak cerdas, begitu ungkapan Thomas Amstrong (2002) dalam bukunya yang berjudul Setiap Anak Cerdas; Panduan Membantu Anak Belajar Dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya. Anak yang cerdas bukan hanya anak yang pintar dalam bidang matematika atau ilmu alam saja. Namun anak yang cerdas adalah anak yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan, kemampuan untuk menghasilkan persoalan baru untuk diselesaikan dan kemampuan untuk menciptakan produk, yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat sebagaimana yang diungkapkan oleh Gardner (2013). Kecerdasan majemuk yang dimiliki anak sudah selayaknya digali oleh orang tua di rumah serta guru di sekolah. Orang tua awam yang kurang begitu memiliki pengetahuan selalu memandang sebelah mata jika anaknya tidak menonjol dalam bidang ilmu logika. Sehingga peran guru di sekolah sangat besar dalam menggali kecerdasan majemuk anak. Guru harus mampu mengenali kecerdasan apa yang dominan pada diri anak serta membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya agar mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok dengan kecerdasannya itu. Guru tidak boleh bertindak menonjolkan salah satu kecerdasan saja, namun semua kecerdasan anak seperti kecerdasan logika matematika, kecerdasan linguistik,

2 kecerdasan visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan spiritual, sebaiknya dikembangkan pula. Gardner (2013) mengatakan bahwa bukan hanya kecerdasan logikamatematika serta linguistik saja yang harus diasah, sebagaimana pandangan orang-orang di jaman dahulu yang beranggapan bahwa seseorang akan terlihat hebat jika memiliki kecerdasan logika-matematik serta linguistik yang tinggi. Namun apakah mereka akan tetap hebat di masa depan tanpa memiliki atau menggunakan kecerdasan yang lain. Kecerdasan yang lain pun perlu diasah dan tidak kalah penting seperti misalnya kecerdasan musikal. Musik dikatakan penting terutama untuk anak-anak karena musik mudah dipahami oleh anak-anak secara naluriah. Seperti contoh, anak usia balita akan menggoyangkan tubuhnya ketika mendengar sebuah iklan di televisi yang memiliki sebuah musik, mereka akan menolehkan kepalanya ke arah sumber suara di mana terdengar suara musik, anak-anak merasa senang jika bernyanyi atau mendengar musik. Musik dekat dengan anak, musik membuat anak tertarik dan musik dapat membantu lajunya perkembangan otak anak serta meningkatkan kemampuan motorik, matematika dan membaca pada anak. Sebagaimana diungkapkan oleh Campbell (2001: 19): Studi-studi telah menunjukkan bahwa Anak-anak kecil yang mendapatkan pelatihan musik secara teratur menunjukkan keterampilan motorik, kemampuan matematika dan kemampuan membaca lebih baik daripada kawan-kawan mereka yang tidak berlatih musik. Kemudian Montello (2013) juga mengatakan bahwa kecerdasan musikal merupakan hal alami yang dimiliki oleh semua individu dan sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia, karena dapat memberikan ketenangan yang setara dengan yang dirasakan oleh orang-orang dengan ketergantungan obatobatan ataupun alkohol. Maka kecerdasan musikal akan sangat baik untuk dikembangkan dari sejak dini demi membentuk mental dan pribadi yang positif di masa depan. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Djohan (2003) yang menyatakan bahwa kemampuan musikal juga bahkan dimiliki oleh orang-orang yang bukan berprofesi sebagai musisi, yang tidak mendapatkan pengalaman teori musik

3 ataupun latihan musik. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan Stefan Koelsch di Institut Kognitif dan Neurosains Max Plank di Universtitas Leipzig, Jerman, yang meneliti orang-orang yang tidak memiliki pendidikan musik apapun, tidak mengerti perihal kunci dan akor. Mereka secara otomatis dan tidak disadari dapat membuat dugaan akor mana yang cocok dan yang tidak, hanya dengan mendengarkan pengulangan akor dan tidak mengetahui bila ada akor yang tidak sesuai dengan dugaannya. Bila pengulangan akor berada pada kunci yang sama, otak akan menunjukkan tidak ada respon. Tetapi bila salah satu akor tidak cocok dengan kunci yang dimaksud (dan tanpa sadar akan dipisahkan oleh mereka yang non musisi), sebenarnya disini tampak potensi otak yang secara esensial sama dengan jawaban akor ini tidak cocok dengan kuncinya. (Djohan, 2003: 61) Penemuan ini menunjukkan bahwa sebenarnya semua orang memiliki musikalitas yang tinggi, bukan hanya musisi. Sehingga Djohan (2003: 62) menyimpulkan bahwa otak orang normal adalah otak yang musikal juga. Sejalan dengan beberapa pendapat dari para ahli tersebut, peneliti menganggap betapa pentingnya seorang pendidik untuk menggali kecerdasan musikal anak di Taman Kanak-kanak karena semua anak memiliki kecerdasan musikal, dan ada beberapa anak-anak yang memang dilahirkan dengan kecerdasan musikal yang menonjol. Dikatakan juga bahwa kecerdasan musikal berkaitan dengan kecerdasan yang lain seperti kecerdasan linguistik dan logika-matematika. Sebagaimana dikatakan oleh Rachmani et al. (2003: 72) bahwa: Bagi para pendidik, kecerdasan musikal sering dilihat Dengan demikian, kecerdasan yang diasosiasikan dengan konsep kemampuan bermusik, selalu dianggap tidak berhubungan dengan tingkat pencapaian atau prestasi tinggi dalam area atau bidang akademik lain. Padahal tidaklah demikian, karena kecerdasan musikal juga berkaitan dengan kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan linguistik dan kecerdasan logika matematika. Kemudian Rachmani et al. (2003) juga menambahkan bahwa ada penemuan luar biasa yang dilakukan oleh Dee Dickinson bahwa mahasiswa-mahasiswa Hungaria yang diakui dunia memiliki ranking tertinggi dalam bidang ilmu pengetahuan, ternyata dididik oleh sekolah-sekolah yang mengintegrasikan musik ke dalam kurikulum pendidikannya sejak tingkat prasekolah sampai universitas.

4 Berdasarkan hal itu maka terlihatlah adanya hubungan antara pendidikan musik dengan kemampuan spasial dan logika (neuroscience). Banyak anggapan bahwa anak-anak yang cenderung menghabiskan waktunya untuk kegiatan bermusik berarti melakukan kegiatan yang tidak penting serta tidak berguna dibandingkan dengan mempelajari materi pembelajaran yang ada di sekolah. Anggapan ini dapat menghalangi perkembangan kecerdasan musikal yang dimiliki anak sekaligus memaksa anak untuk menekuni bidang lain yang tidak relevan dengan bakat dan minatnya, yang mana itu sangat bertentangan dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Gardner (2013) mengatakan bahwa semua jenis kecerdasan bisa saja dimiliki oleh individu normal namun dalam taraf atau sifat kombinasi yang berbeda. Sehingga sudah selayaknya para pendidik menggali serta mengembangkan semua kecerdasan yang dimiliki anak, karena apalah arti bakat atau talenta jika tidak diasah atau diberi stimulus. Untuk menggali serta meningkatkan kecerdasan musikal di Taman Kanakkanak, sebaiknya didampingi oleh guru musik yang sudah memiliki latar belakang pendidikan seni musik. Sementara pendidik yang berlatar belakang pendidikan seni musik masih amat jarang di Taman Kanak-kanak, baik itu karena alasan intern sekolah yang tidak mampu merekrut guru musik maupun karena guru musik kurang begitu menguasai pembelajaran yang ada di Taman Kanak-kanak, sehingga kebanyakan mereka lebih memilih mengajar di Sekolah Dasar dibandingkan di Taman Kanak-kanak. Sementara itu, keterbatasan pendidik Taman Kanak-kanak untuk memadukan musik ke dalam pembelajaran baik melalui alat musik modern ataupun tradisional cukup mempengaruhi pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang pada akhirnya tidak terintegrasi dan kurang tergali. Padahal pembelajaran di Taman Kanak-kanak haruslah terpadu, di mana dalam setiap kegiatannya dapat mengembangkan semua aspek perkembangan anak, seperti moral dan nilai agama, sosial emosional dan kemandirian, kognitif, bahasa, serta fisik yang akan berhubungan dengan peningkatan kecerdasan majemuk yang ada pada diri anak.

5 Sementara itu, alat-alat musik sederhana yang dekat dengan dunia Taman Kanak-kanak seperti tamborin, alat pukul kayu, dram, simbal serta alat musik lainnya yang seharusnya dijadikan media/sumber belajar untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak, terkadang hanya dijadikan pajangan atau digunakan dalam acara-acara tertentu seperti peringatan Hari Kartini dan sebatas untuk mengiringi nyanyian saja ketika anak berbaris. Karena itulah pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan musikal anak di Taman Kanak-kanak yang ada, pada umumnya kurang tergali. Kegiatan bernyanyi dengan alat musik yang terbatas dan guru yang memiliki kemampuan terbatas pula, serta dilakukan setiap hari secara rutin oleh anak dan bahkan dalam sentra musik, menimbulkan respon yang kurang menarik untuk anak-anak dengan alasan merasa cape dan bosan karena harus terus mengeluarkan suara yang cukup keras selama pembelajaran. Padahal permainan musik di Taman Kanak-kanak teramat penting dalam rangka menggali kecerdasan musikal anak usia dini. Padahal, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kegiatan bernyanyi serta penggunaan alat perkusi terutama pada usia pra sekolah, Taman Kanakkanak atau awal Sekolah Dasar, yang dilakukan oleh guru kelas (guru non musik) dapat membuat anak belajar dengan baik tentang musik serta perhatiannya meningkat selama pembelajaran dibandingkan oleh guru musik. Sebagaimana diungkapkan Djohan (2003: 66) bahwa : Apakah siswa akan memperoleh keuntungan secara musikal bila diajar oleh guru kelasnya dibandingkan oleh guru musik khusus?jawabannya adalah ya. Mayoritas siswa yang belajar musik diperkenalkan dengan aktivitas musik seperti bernyanyi dan menggunakan alat perkusi (alat musik ritmis) terutama pada usia pra-sekolah, taman kanak-kanak atau awal sekolah dasar dan tanpa harus ada instruksi khusus oleh guru musik non formal Penelitian terakhir menunjukkan bahwa anak pra-sekolah belajar dengan baik tentang musik dan perhatiannya meningkat bila di kelas pelajaran musik diberikan oleh guru kelas atau guru non musik. Djohan (2003) menambahkan tentang pentingnya masa perkembangan anak pada usia 11 tahun. Karena pada usia ini sirkuit saraf sangat tepat untuk mengembangkan segala jenis persepsi dan perbedaan sensori dalam musik.

6 Sejalan dengan pendapat Djohan, Langstaff & Mayer (Djohan, 2003: 65) mengatakan bahwa, Seandainya masa perkembangan ini tidak dimanfaatkan secara maksimal, maka kelak anak dapat mengalami apa yang dinamakan tuna nada dan irama selamanya yang bisa dikategorikan sebagai sebuah malapetaka. Menurut Djohan (2003) pendapat itu dikemukakan dengan maksud untuk memberi dorongan pada guru-guru yang kurang terlatih musik agar dapat berusaha menciptakan aktivitas musik maupun dalam bentuk permainan, pada anak-anak terutama anak di bawah usia 11 tahun, dalam ruangan kelasnya. Maka dari itu peneliti ingin menerapkan aktivitas musik yang dapat dilakukan oleh pendidik Taman Kanak-kanak, yang dapat memadukan antara gerak, tari dan bahasa di mana hal itu sangat berkaitan dengan dunia anak sehingga pembelajaran benar-benar terpadu dan dapat mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Salah satunya adalah melalui permainan Orff Percussion. Orff Percussion merupakan serangkaian alat perkusi yang dipergunakan sebagai media dalam pembelajaran musik anak, yang dicetuskan oleh seorang komponis dan pengajar musik kelahiran Jerman yang bernama Carl Orff. Proses pembelajaran mengenai Orff Percussion, terangkum pada Orff Schulwerk. Orff berpendapat bahwa hal terpenting dalam pendidikan musik untuk anak itu adalah eksplorasi dan pengalaman. Anak harus dilibatkan secara langsung sebagai pelaku bukan hanya sebatas pendengar sebagaimana diungkapkan Milyartini et. al (2002 : 3.13) bahwa, Hal terpenting dalam Orff Schulwerk adalah proses yang melibatkan dua hal: pengembangan (exploration) dan pengalaman (experience). Metode Orff yang sangat mudah dan sederhana dianggap dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak karena anak diajak untuk merasakan atau mempraktekkan langsung, dengan menggunakan instrumeninstrumen sederhana seperti suara dari tubuh serta instrumen yang memiliki warna dan tekstur bunyi yang bervariasi serta mudah dimainkan oleh anak-anak yang juga disebut Orff Percussion, yaitu instrumen perkusi seperti drum, tamborin, jimbe, maracas, xylophone, triangle dan lain-lain, dan body percussion seperti ketukan kaki, tepuk badan, tepuk tangan dan berteriak.

7 Dengan menekankan pada ritmik sebagai elemen dasar pada musik, tari dan berbicara, Orff menyebutkan improvisasi dan kreasi sebagai inti dari pengajarannya, dengan menekankan pada bunyi-bunyi yang dihasilkan dari tubuh dan pola-pola ritmik yang berasal dari instrumen sebagai media pembelajarannya. Sebagaimana diungkapkan Milyartini et. al (2002: 3.13) : Orff menganggap bahwa ritmik sebagai elemen dasar pada musik, tari dan berbicara. Inti dari pengajarannya adalah improvisasi dan kreasi Orff menekankan pada bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh tubuh dan pola-pola ritmik. Ia menggunakan suara sebagai instrumen yang paling alami yang dimiliki manusia dan juga banyak menggunakan dram yang memiliki bentuk, ukuran dan bunyi yang bervariasi sebagai media pembelajaran. Berdasarkan hal itu, maka peneliti mengangkat Judul Efektivitas Permainan Orff Percussion Terhadap Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion? 2. Bagaimana kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok eksperimen Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dan setelah penerapan permainan Orff Percussion? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion.

8 2. Untuk mengetahui kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok eksperimen Taman Kanak-kanak Bianglala sebelum dan setelah penerapan kegiatan permainan Orff Percussion. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kondisi kecerdasan musikal anak pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dan setelah penerapan permainan Orff Percussion. D. Manfaat Penelitian Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Sekolah Agar sekolah-sekolah khususnya Taman Kanak-kanak dapat menerapkan permainan Orff Percussion dalam pembelajaran, dalam rangka menggali dan meningkatkan kecerdasan anak khususnya kecerdasan musikal. 2. Guru Agar guru-guru khususnya guru Taman Kanak-kanak dapat lebih menggali serta memanfaatkan semaksimal mungkin media atau sumber belajar yang ada di sekolah, seperti tamborin, dram dan lain-lain dalam rangka meningkatkan kecerdasan musikal anak tanpa harus mengandalkan guru musik. 3. Orang tua Agar orang tua dapat mengetahui manfaat serta pentingnya Orff Percussion terutama dalam rangka meningkatkan kecerdasan musikal anak, yang juga dapat dipraktekkan langsung oleh orang tua di rumah pada anaknya. 4. Anak Agar kecerdasan musikal anak dapat berkembang tanpa harus mengikuti pelatihan musik khusus, sehingga dapat membantu anak dalam mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang lainnya.

9 5. Pembaca Peneliti berharap siapa pun yang membaca penelitian ini akan mendapatkan serta menambah pengetahuannya tentang permainan Orff Percussion dalam rangka meningkatkan kecerdasan musikal anak, sehingga pembaca juga dapat membagikan ilmunya dengan orang lain yang belum mengetahui baik itu teman, keluarga ataupun masyarakat. Dengan demikian penelitian yang dilakukan peneliti bermanfaat bagi semua orang terutama bagi perkembangan dunia pendidikan anak usia dini. E. Struktur Organisasi Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab yang mana pembahasannya sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian. 2. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi tentang kajian-kajian pustaka mengenai jenis-jenis kecerdasan majemuk yang terdiri dari kecerdasan logika-matematika, kecerdasan linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik serta kecerdasan spiritual. Kemudian mengenai pembelajaran musik Orff yang terdiri dari teori Orff dalam pendidikan musik anak, jenis-jenis Orff Instrumen, Orff Instrumen dalam meningkatkan kecerdasan musikal anak. 3. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang digunakan, yaitu metode kuasi eksperimen termasuk komponenkomponennya seperti lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sample serta justifikasi dari pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan desain penelitian,

10 metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas tentang pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Yang mana pada kesimpulan harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah, sedangkan saran ditujukan kepada para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya dan pemecahan masalah di lapangan dari hasil penelitian.