BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

: ENDAH SRI WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan yang akan dialami oleh semua individu. Proses ini merupakan

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. menandakan jumlah lansia dari tahun ke tahun akan bertambah. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran (Kemenkes RI, 2014). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia mencapai usia 66,2 tahun, tahun 2008 UHH penduduk

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011). Di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata- rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Padila, 2013). Jumlah penduduk lansia di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2010 sebesar 7,6 %, pada tahun 2013 sebesar 8.0 % dan pada tahun 2014 sekitar 8,2 %. Jumlah tersebut akan terus meningkat (Badan Pusat Statistik, 2014). Berdasarkan hasil pencatatan pada profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2014, persentasi lansia di Sumatera Barat mengalami peningkatan dari 5,45 % menjadi 23,9% tahun 2013, sedangkan peningkatan jumlah lansia yang terus menerus naik dari tahun ke tahun terlihat dari data tahun 2007 sebanyak 28.557 jiwa, tahun 2010 sebanyak 57.625 jiwa dan pada tahun 2011 sebanyak 82.784 jiwa. Tahun 2012-2013 jumlah lansia juga mengalami 1

2 peningkatan yaitu mencapai angka 91.573, tahun 2014 jumlah peningkatan mencapai 101.173 jiwa, sedangkan pada tahun 2015 jumlah peningkatan lansia mencapai angka 114.305 jiwa, atau mencapai 9%, jika dibandingkan pada tahun sebelumnya (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia (Azizah, 2011). Menurut Muba rok (2006) lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya perubahan kondisi fisik, perubahan psikososial, perubahan psikologi, perubahan kognitif dan perubahan spiritual. Salah satu perubahan psikologi pada lansia adalah depresi. Menurut WHO (2010), Depresi adalah suatu gangguan atau kekacauan mental yang ditandai dengan suasana hati yang tertekan, hilangnya kesenangan atau minat, merasa bersalah, gangguan tidur dan makan serta penurunan konsentrasi. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan alam perasaan yang memunculkan gejala yang mengindikasikan adanya disfungsi afek, emosi, pikiran dan aktivitas-aktivitas umum (Copel, 2007). Maryam (2012) menyatakan depresi adalah keadaan emosional yang ditandai dengan sering mengalami gangguan tidur, lelah, lemas, kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari, konsentrasi dan daya ingat menurun.

3 Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia (Keliat, 2011). Data prevalensi depresi pada lanjut usia di Indonesia cukup tinggi, kejadiaan diruang akut geriatri sebanyak 76,3% dengan proporsi pasien geriatri yang mengalami depresi ringan sebanyak 44,1%, yang mengalami depresi sedang sebanyak 18%, yang mengalami depresi berat sebanyak 10,8%, dan depresi sangat berat sebanyak 3,2% (So ejono dkk, 2006 dalam Marta 2012). Mudjaddid dalam Mangoenprasodjo, 2005 berpendapat bahwa prevalensi depresi pada populasi umum 6,5 %, sedangkan pada pasien usia lanjut prevalensi 15,9 %. Masalah kesehatan yang dihadapi oleh lansia berhubungan dengan kemunduran yang dialaminya baik fisik maupun mental. Depresi merupakan masalah mental yang paling banyak ditemui pada lansia. Snowden, dkk dalam Stinson, 2009 mengungkapkan bahwa depresi merupakan masalah kesehatan utama penduduk lansia dan memiliki kontribusi yang besar. Perkiraan prevalensi depresi pada lansia di dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mencapai 10 40% (Blazer dalam Knight, 2008) Berbagai masalah yang terjadi pada lansia yang mengakibatkan lansia itu depresi adalah Immobilty, incontinence urin, Intellectual Impairment, Isolation, Insomnia (Fernandes, 2010). Perubahan yang terjadi pada lansia depresi pada sistem fisiologis tubuh, contohnya penuaan pada sistem renal dan urinaria. Pada lansia yang sehat, perubahan terkait usia tidak terlihat jelas karna ginjal tetap mampu untuk memenuhi kebutuhan normal. Namun pada

4 saat depresi, seperti saat kebutuhan fisiologis secara tidak normal sangat tinggi atau ketika terserang penyakit, penuaan pada sistem renal sangat rentan. Namun sistem urinaria berbeda walaupun proses penuaan tidak langsung menyebabkan inkontinensia, kondisi yang sering terjadi pada lansia yang dikombinasikan dengan perubahan terkait usia dalam sistem urinaria dapat memicu terjadinya inkontinensia urin (Stanley, 2006). Proses penuan menimbulkan masalah kesehatan yaitu kurang bergerak (immobility), infeksi (infection), berdiri dan berjalan tidak stabil (instability), gangguan intelektual/dimensia (intelektual infairment), sulit buang air besar (impaction), depresi(isolation) menderita penyakit dari obat-obat (iatrogenesia), daya tahan tubuh menurun(immune deficiency), gangguan tidur dan inkotinensia urin. Salah satu masalah pada proses penuan adalah inkotinensia urine (Bustan, 2007; Tamher, 2009). Inkontinensia urine merupakan masalah yang sering terjadi pada lansia yang mengalami depresi, karna terjadi proses penuaan renal yang sangat rentan. Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya (Martin dan Frey, 2005). Inkontinensia urine pada dasarnya bukan konsekuensi normal dari proses penuaan, tetapi perubahan traktus urinarius yang berkaitan dengan penambahan usia merupakan faktor predisposisi bagi usia lanjut untuk mengalami inkontinensia urine (Juniardi, 2008).

5 Pada usia lanjut baik wanita maupun pria terjadi perubahan anatomis dan fisiologis dari sistem urogenital bagian bawah. Perubahan tersebut berkaitan dengan menurunnya kadar estrogen pada wanita dan hormon androgen pada pria. Perubahan yang terjadi ini dapat berupa peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen pada dinding kandung kemih yang mengakibatkan fungsi kontraktil dari kandung kemih tidak efektif lagi. Otot uretra terjadi perubahan vaskularisasi pada lapisan submukosa, atrofi mukosa dan penipisan otot uretra. Keadaan ini menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar panggul juga mengalami perubahan berupa melemahnya fungsi dan kekuatan otot. Secara keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital bagian bawah akibat proses menua merupakan faktor kontributor terjadinya inkontinensia urin (Setiati dan Pramantara, 2007). Inkotinensia urine didefinisikan sebagai semua jenis gangguan dimana urine hilang secara tidak terkontrol. Inkotinensia urin adalah masalah dan gangguan umum diantara pasien geriatric. Diperkirakan bahwa 25-35% dari seluruh lansia akan mengalami inkotinensia urin selama kejadian seumur hidup (Onat, 2014). Inkotinensia urine merupakan sebuah gejala, bukan sebuah penyakit. Kondisi tersebut dapat memberi dampak bermakna dalam kehidupan lansia, menciptakan masalah fisik seperti kerusakan kulit dan kemungkinan menyebabkan masalah psikososial seperti rasa malu, isolasi dan menarik diri dari pergaulan sosial (Koizer, 2010).

6 Inkotinensia urin adalah masalah umum pada pria maupun wanita lanjut usia merupakan pengeluaran urin tidak terkendali keadaan ini dapat menyebab masalah fisik, emosional, sosial, dan hyginis pada penderita (Cameron, 2013). Pada studi prospektif yang dilakukan Meade-D Alisera, (2001 dikutip dari Tuba Can, 2012) penelitian ini mengungkapkan depresi secara signifikan lebih tinggi pada wanita lansia dengan inkotinensia urine dibandingkan dengan tanpa inkotinensia urine. Tapi, para ahli masih mengkaji apakah depresi secara langsung berhubungan dengan inkotinensia urin. Peneliti ini menunjukkan bukti obyektif bahwa wanita yang menderita inkotinensia urine memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menderita gejala depresi dari pada rekan- rekannya. Menurut studi epidemiologi dilaporkan bahwa inkotinensia urine dua sampai lima kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Inkotinensia urin menyebabkan gangguan dari fungsi kandung kemih, yang memberikan masalah gangguan tidur masalah pada kulit, masalah fisik, isolasi sosial dan masalah psikologis. Sejumlah studi telah meneliti efek dari inkotinensia urine pada lansia. Populasi juga menemukan efek negatif pada fisik pasien, status depresi, dan sosial kehidupan. Dikomunitas wanita dan pria lanjut usia masalah inkotinensia urin ini berhubungan dengan depresi, menurun aktifitas fisik, menjauh dari pergaulan sosial dan kualitas hidup (Onat, 2014). Inkotinensia urine ada hubungan salah satu dengan depresi. Depresi didefinisikan sebagai terganggu fungsi manusia dengan perasaan atau mood

7 disertai komponen psikologi berupa sedih, tidak ada harapan dan putus asa (kaplan, 2010). Brown (2006) menyatakan bahwa kemungkinan pada lanjut usia bertambah berat inkotinensia urinnya 20-30% saat berumur 65-74 tahun. Pada lanjut usia, masalah inkotinensia urine merupakan masalah yang sering terjadi. Hasil penelitian Tuenissen dalam chesor (2015 ) menyebutkan prevalensi inkotinensia urin dalam komunitas orang yang berumur lebih dari 60 tahun berkisar 25%, inkotinensia urin ini dapat terjadi pada usia lanjut wanita maupun pria. Sedangkan menurut Onat (2014) prevalensi pasien inkotinensia urin dengan kualitas hidup dan depresi berkisar 18,2% pada lanjut usia. Pada penelitian yang dilakukan di poli Kariadi RS Dr. Sarjito didapatkan prevalensi inkotinensia urin berkisar 14,47% (Setiati dan pramantara 2007). Menurut hasil penelitia chesor (2015) Hubungan antara inkontinensia urin dengan depresi pada lanjut usia di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta. kejadian inkontinensia dengan tingkat depresi lansia menunjukkan bahwa pada responden yang mengalami inkontinensia sebagian besar mengalami depresi yaitu sebanyak 23 responden (71,9%), sedangkan pada responden yang tidak mengalami inkontinensia sebagian besar tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 9 responden (81,8%), sehingga menunjukkan lansia yang mengalami inkontinensi urine memiliki kecenderungan mengalami depresi dibandingkan lansia yang tidak mengalami inkontinensia.

8 Inkotinensia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien ataupun keluarganya, hal ini mungkin dikarenakan adanya anggapan bahwa masalah tersebut hal yang memalukan atau tabu untuk diceritakan. Inkotinensia urin merupakan masalah kesehatan pada usia lanjut yang dapat diselesaikan (Setiati dan Pramantara, 2007). Inkotinensia urin yang berkepanjangan akan mempengaruhi kehidupan seseorang, menimbulkan masalah kehidupan baik dari segi medis, sosial, ekonomi, maupun psikologis (Chesor, 2015). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015, wilayah kerja Puskesmas Andalas menjadi wilayah nomor satu yang memiliki angka lansia tertinggi, sehingga peneliti memilih puseksmas Andalas sebagai tempat penelitian. Pada study pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Lansia di Parak Gadang Timur Puskesmas Andalas Padang, bulan Agustus. Saat dilakukan wawancara pada 7 lansia didapatkan 6 orang lansia mengalami gejala inkotinensia urin, mereka mengatakan tidak bisa menahan buang air kecil sebelum atau selama mengusahakan untuk mencapai toilet, selanjutnya 4 diantaranya terindikasi depresi, menurun aktifitas fisik, sedih, menghindari perkumpulan sosial dan merasa tidak berdaya. Berdasarkan data yang didapat di PSTW Cinta Kasih Yossudarso Padang, dengan jumlah lansia 40 orang, 30 diantaranya mengalami inkotinensia urine, dan diantaranya terdapat lebih dari 35% mengalami gejala Depresi.

9 Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil study pendahuluan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara inkotinensia urine dengan depresi pada usia lanjut di puskesmas Andalas Padang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang yang diatas penulis merumuskan masalah Apakah ada Hubungan Inkotinensia Urine Dengan Kejadian Depresi Pada Usia Lanjut Di Puskesmas Andalas Padang C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Peneliti ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Inkotinensia Urine Dengan Derajat Depresi Pada Usia Lanjut Di puskesmas Andalas Padang. 2. Tujuan khusus a. Diketahui distribusi frekuensi inkotinensia urine pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang. b. Diketahui distribusi frekuensi depresi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang. c. Diketahui hubungan Inkotinensia urine dengan Depresi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan sumber pustaka bagi mahasiswa/mahasiswi khususnya mahasiswa/mahasiswi Universitas Andalas Fakultas Keperawatan, tentang Hubungan Inkotinensia Urine Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Andalas Kota Padang. 2. Bagi Puskesmas. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi puskesmas, khususnya pada program lansia untuk menurunkan angka inkotinensia urine pada lansia dengan melakukan kegiatan senam kegel. 3. Bagi Peneliti Sebagai data dasar untuk pengembangan penelitian berikutnya, serta dapat menjadi sumber informasi dan pembanding untuk penelitian depresi pada lansia berikutnya.