POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

Bab VI. KESIMPULAN dan SARAN

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEPENTINGAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK (RTP) YANG AKSESSIBEL BAGI MASYARAKAT DIFABEL

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

KAJIAN KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM BERAKTIVITAS DAN MEMILIH LOKASI BERDAGANG DI KAWASAN PERKANTORAN KOTA SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul Lembar Pengesahan Lembar Persembahan Kata Pengantar. Abstraksi. Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Pustaka

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa

KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT PERBELANJAAN DENGAN KONSEP MAL DI KOTA KUDUS

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN MENJADI KOMERSIAL DI KAWASAL KEMANG JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA PUBLIK KELURAHAN BITUNG KARANG RIA DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas

Pengkaj ian Teori 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PELUANG PENGEMBANGAN PUBLIC SKATEPARK DI RUANG TERBUKA PUBLIK PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: GINANJAR FIRDAUS L2D

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Transkripsi:

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G 2005

ABSTRAKSI Pengaruh perkembangan jaman dari sistem perdagangan kini telah melanda pada pusat-pusat kota baik itu di jalan-jalan protokol maupun di ruang-ruang terbuka. Ruang terbuka kota yang memiliki nilai strategis dan menguntungkan diserbu oleh kekuatan sistem perdagangan. Ruang terbuka atau dikenal dengan istilah lapangan kota/ alun-alun di Indonesia memiliki karakter yang spesifik dan berbeda dengan lapangan kota di negara lain. Salah satu kebutuhan dalam perkembangan fisik pusat kota adalah pemenuhan suatu ruang publik untuk melepaskan kepenatan dan menahan tekanan kehidupan yaitu ruang terbuka publik.. Alun-alun Pati sebagai pusat Kota Pati, mempunyai lokasi yang strategis dan aksesibilitas tinggi. Fungsi alun-alun Kota Pati sebagai ruang terbuka/ square kini telah didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa komersial. Perkembangan wujud fisik alun-alun Kota Pati ini mengalami perubahan fungsi lahan seiring perkembangan pemanfaatan ruangnya. Pemanfaatan ruang publik sebagai wadah aktivitas privat dilakukan dengan dalih bahwa ruang tersebut merupakan ruang publik sehingga siapapun dapat melakukan aktivitasnya di dalam ruang tersebut, tanpa ada yang melarang. Kekuatan globalisasi ini nantinya dapat menghancurkan makna historis dari alun-alun itu sendiri sebagai square atau bahkan dapat menghancurkan bentuk fisik lapangan kotanya. Melihat berbagai fenomena yang berkembang tentang permasalahan ruang terbuka pusat kota yang sangat kompleks, perlu dilakukan penataan alun-alun mengingat fungsinya sebagai square di pusat kota yang mulai terampas oleh kepentingan privat dan sektor informal. Tetapi sebelum melakukan penataan terhadap alun-alun ini perlu diketahui tentang pola pemanfaatan dan pelayanan alun-alun itu sendiri. Untuk itu studi ini bertujuan untuk mengkaji pola pemanfaatan dan pelayanan alun-alun Kota Pati berdasarkan persepsi dan preferensi pengunjung. Studi ini diharapkan menjadi sebuah langkah antisipatif upaya pengendalian perkembangan alun-alun Kota Pati dan menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam pemanfaatan dan pelayanan alun-alun Kota Pati di masa yang akan datang. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif yaitu dengan distribusi frekuensi dan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode tabulasi silang (Crosstab). Dari hasil analisis studi pola pemanfaatan dan pelayanan alun-alun Kota Pati berdasarkan persepsi dan preferensi pengunjung yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan alun-alun Kota Pati berdasarkan pola aktivitas pengunjung yaitu digunakan sebagai tempat untuk bersantai, mencari hiburan/ makanan, jalan-jalan dan bersosialisasi. Tempat aktivitas yang paling banyak dimanfaatkan oleh pengunjung adalah trotoar alun-alun. Sebagian besar pengunjung berpendapat, bentuk pemanfaatan alun-alun sekarang ini adalah sebagai tempat bersantai atau jalan-jalan dan juga tempat kegiatan pemerintahan (upacara). Berdasarkan preferensi/ keinginan pengunjung terhadap bentuk perkembangan fisik alun-alun Kota Pati, pengunjung menginginkan adanya penambahan tempat duduk di sekitar taman/ pohon beringin alun-alun ini supaya dapat menambah kenyamanan dalam berkunjung ke alun-alun.. Pengunjung juga menginginkan dalam meningkatkan pemanfaatan dan pelayanan alun-alun, bentuk pemanfaatan yang cocok adalah dengan menambah kegiatan hiburan seperti pertunjukkan seni budaya. Lapangan terbuka hijau alun-alun Kota Pati adalah tempat aktivitas yang paling banyak diinginkan oleh pengunjung untuk dikembangkan atau ditata supaya dapat meningkatkan pemanfaatan dan pelayanannya bagi masyarakat. Pengadaan/ penambahan fasilitas pendukung sangatlah menunjang pemanfaatan dan pelayanan alun-alun Kota Pati. Fasilitas pendukung yang perlu dikembangkan/ ditambah berdasarkan preferensi pengunjung adalah fasilitas kebersihan atau tempat sampah yang dipergunakan untuk menjaga kebersihan di lingkungan alun-alun. Keberadaan PKL di alun-alun sangat menunjang aktivitas yang ada di dalamnya, sebagian besar pengunjung mengusulkan lokasi PKL disekeliling alun-alun bagian dalam, dengan alasan jika PKL berada di dalam alun-alun sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Dari temuan studi diatas dapat disimpulkan pola pemanfaatan alun-alun Kota Pati berdasarkan persepsi dan preferensi pengunjung adalah dimanfaatkan untuk kegiatan pemerintahan seperti upacara dan kegiatan olahraga dengan tingkat pelayanannya belum memenuhi kebutuhan pengunjungnya dan untuk memenuhi tingkat pelayanan tersebut pengunjung menginginkan adanya penambahan fasilitas kebersihan sebagai fasilitas pendukung di alun-alun Kota Pati. Rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Pati sebagai pembuat kebijakan serta rekomendasi studi lanjutan yang berkaitan dengan alun-alun Kota Pati adalah sebagai berikut: dalam kaitannya dengan pola pemanfaatan alun-alun berdasarkan persepsi dan preferensi pengunjung, dibutuhkan pengadaan dan pengembangan fasilitas dan aktivitas pendukung yang mampu melayani kebutuhan beraktivitas pengunjung, perlu dilakukan pengelolaan/ penataan PKL. Perlu disusun kebijakan atau rencana khusus pengelolaan, penataan dan pengendalian perkembangan alun-alun Kota Pati ini yang masih memperhatikan persepsi dan prefensi pengunjung. Kata Kunci : Persepsi, Preferensi, Alun-alun, Pemanfaatan, Pelayanan.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang terbuka di Indonesia dengan istilah Barat biasa disebut dengan square merupakan ruang publik yang letaknya di pusat kota dimana seiring dengan perkembangan waktu diikuti oleh masalah-masalah kota (urban issue) yang terkait dengan proses modernisasi. Suatu kota tidak hanya tumbuh dalam bentuk fisik saja, tetapi akan tumbuh bersama dengan masyarakatnya. Ruang terbuka di pusat kota merupakan elemen perancangan kota yang mempunyai peran penting bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu kota, karena merupakan bagian integral dari bangunanbangunan di perkotaan. Kawasan pusat kota mempunyai karakter yang spesifik dan menonjol, karena dari inti kota inilah perkembangan suatu kota diawali. Pusat kota merupakan jantung kota yang memiliki irama tersendiri dalam menghidupkan kota (Budiharjo, Eko :1997). Kawasan pusat kota seringkali dianggap sebagai tempat publik/ruang publik, yaitu tempat berpusatnya segala aktivitas masyarakat kota, baik yang bersifat politik, sosial maupun ekonomi, dengan perkembangan fisik yang tinggi, dan dapat dimanfaatkan oleh semua orang yang berkepentingan secara bebas. Keberadaannya tepat di tengah kota, dan menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk berbagai kepentingan, baik masyarakat dari dalam wilayah kota itu sendiri maupun masyarakat yang berasal dari luar wilayah kota tersebut (Gallion dan Eisner, 1992). Ruang terbuka di pusat kota di Indonesia dewasa ini dihadapkan pada masalah-masalah yang terkait dengan kemajuan jaman. Dalam perkembangannya seringkali pusat kota menjadi kawasan pusat komersial dan perdagangan yang melayani kebutuhan masyarakat dalam skala besar. Pengaruh dari sistem perdagangan kini telah melanda pada pusat-pusat kota baik itu di jalanjalan protokol maupun di ruang-ruang terbuka. Ruang terbuka kota yang memiliki nilai strategis dan menguntungkan diserbu oleh kekuatan aktivitas komersial. Ruang terbuka publik atau dikenal dengan istilah lapangan kota/alun-alun ini memiliki karakter yang spesifik dan berbeda dengan lapangan kota di negara lain. Masa kejayaan Islam memberikan konsep lapangan kota/square yang dikenal dengan istilah alun-alun. Tiap-tiap kota besar di Jawa memiliki sebuah alun-alun, sebuah kawasan berbentuk bujursangkar yang luas, ditanami rerumputan, dan dikitari dengan pohon beringin. Keberadaan alun-alun sebagai square ini merupakan komposisi tata ruang pusat kota kerajaan Islam bersama kraton dan masjid. Pada abad pertengahan fungsi alun-alun selain sebagai ruang terbuka juga berfungsi sebagai ruang publik yang dipergunakan untuk pasar, lapangan, dan tempat upacara (kegiatan pemerintahan). Salah satu kebutuhan dalam perkembangan fisik pusat kota adalah pemenuhan suatu ruang publik untuk melepaskan kepenatan dan menahan tekanan kehidupan yaitu alun-alun. Di alun-alun 1

2 masyarakat dapat melepaskan tekanan melalui kegiatan sosialisasi yang bersifat rekreatif, seperti bertemu teman, berolahraga, bermain, makan dan minum, bercakap-cakap, maupun hanya sekedar duduk-duduk santai saja. Alun-alun sebagai ruang terbuka publik juga merupakan suatu ruang milik bersama, tempat masyarakat melakukan aktivitas fungsional dan ritualnya dalam suatu komunitas, baik pada kehidupan rutin sehari-hari maupun dalam perayaan berkala (Carr, 1992). Seperti halnya di Kota Pati, keberadaan ruang terbuka publik sangatlah minim, yaitu hanya alun-alun Kota Pati. Alun-alun Kota Pati merupakan bentuk ruang terbuka publik di Kota Pati yang berada di pusat kota. Dalam penelitian ini studi kasus yang diambil adalah alun-alun Kota Pati karena melihat perkembangan alun-alun Kota Pati yang mulai tidak terkendali dan berkembang pemanfaatannya dari fungsi yang sebenarnya yaitu sebagai suatu ruang terbuka publik di pusat kota yang kini telah menjadi ruang aktivitas PKL. Hal ini ternyata disebabkan karena pemerintahan Kabupaten Pati sendiri belum mempunyai kebijakan/peraturan yang mengatur tentang fungsi ruang/pemanfaatan alun-alun Kota Pati maupun kebijakan yang mengatur tentang pengendalian perkembangan alun-alun Kota Pati. Alun-alun Kota Pati sekarang ini mempunyai fungsi multiguna. Berawal dari fungsi budaya dan pemerintahan, kemudian berkembangan menjadi tempat rekreasi, olahraga, berdagang, bersosialisasi bahkan menjadi area pengumpulan massa berbagai aliran politik di masyarakat. Pada kenyataannya, alun-alun Kota Pati ini merupakan ruang terbuka publik yang tidak hanya digunakan sebagai tempat berinteraksi sosial saja, namun juga mampu menciptakan suatu budaya dan pola perilaku tertentu, yang pada akhirnya mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu kawasan dan menghubungkannya dengan kawasan yang lain di sekitarnya. Alun-alun Pati sebagai pusat Kota Pati, mempunyai lokasi yang strategis dan aksesibilitas tinggi, dan keberadaannya telah banyak dikenal bukan hanya oleh masyarakat Kota Pati sendiri namun juga oleh masyarakat di luar Kota Pati. Fungsi alun-alun Kota Pati sebagai ruang terbuka publik/square kini telah didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa komersial. Perkembangan wujud fisik alun-alun Kota Pati ini mengalami perubahan fungsi lahan seiring perkembangan pemanfaatan ruangnya. Berkurangnya ruang terbuka di alun-alun Kota Pati yang diakibatkan oleh adanya aktivitas PKL yang menempati hampir di seluruh ruang alun-alun dari lapangan alun-alun, trotoar alun-alun sehingga meluas dan meluap sampai ke badan jalan, dan areal parkir Masjid Besar Baitunnur. Keterbatasan lahan pada alun-alun menyebabkan persaingan yang sangat ketat dalam penggunaan lahan. Berkurangnya ruang publik dapat terlihat dari semakin sempitnya berkurangnya ruang untuk menuangkan aktivitas sosial budaya masyarakat Kota Pati pada khususnya. Pemanfaatan ruang publik sebagai wadah aktivitas privat dilakukan dengan dalih bahwa ruang tersebut merupakan ruang publik sehingga siapapun dapat melakukan aktivitasnya di dalam ruang tersebut, tanpa ada yang melarang. Kekuatan rezim ekonomi ini nantinya dapat menghancurkan makna historis dari alun-alun itu sendiri sebagai square atau bahkan dapat menghancurkan bentuk fisik lapangan kotanya.

3 Melihat berbagai fenomena yang berkembang tentang permasalahan ruang terbuka pusat kota yang sangat kompleks, perlu dilakukan penataan alun-alun mengingat fungsinya sebagai square di pusat kota yang mulai terampas oleh kepentingan privat dan aktivitas PKL. Sebelum melakukan penataan terhadap alun-alun ini perlu diketahui tentang pola pemanfaatan dan pelayanan alun-alun itu sendiri. Untuk itu dilakukan kajian tentang pola pemanfaatan dan pelayanan alun-alun Kota Pati berdasarkan persepsi dan preferensi pengunjung, sehingga dari studi ini diharapkan menjadi sebuah langkah antisipatif upaya pengendalian perkembangan alun-alun Kota Pati dan menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam pemanfaatan dan pelayanan alun-alun Kota Pati di masa yang akan datang. 1.2. Perumusan Masalah Keberadaan alun-alun Kota Pati ini merupakan faktor utama dalam perkembangan Kota Pati khususnya dalam penyediaan suatu ruang terbuka publik. Disamping fungsi tradisionalnya sebagai tempat bersosialisasi, alun-alun juga digunakan sebagai identitas atau tanda pengenal dari Kota Pati sendiri. Selain itu keberadaan alun-alun Kota Pati ini dapat menghidupkan suasana di sekitarnya sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kawasan di sekitarnya. Melihat fenomena dan perkembangan kondisi eksisting diatas, berkembangnya aktivitas komersial yang berorientasi di alun-alun dapat memberikan dampak atau pengaruh yang kuat terhadap pemanfaatan dan pelayanan alun-alun itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya kajian tentang pola pemanfaatan dan pelayanan alun-alun Kota Pati berdasarkan persepsi dan preferensi pengunjung sehingga dapat diketahui pendapat ataupun keinginan masyarakat dalam hal ini adalah pengunjung untuk menentukan arahan penataan dan pengembangan yang sesuai untuk alun-alun Kota Pati. Kajian studi ini mencermati berbagai permasalahan yang ada di alun-alun Kota Pati secara fisik, sosial, maupun ekonomi, yang dapat menjadi kendala bagi berkembangnya alun-alun ini. Permasalahan yang diamati antara lain : Alun-alun Kota Pati merupakan ruang terbuka publik di pusat kota yang semula peruntukkan fungsinya digunakan untuk aktivitas budaya dan pemerintahan Kota Pati dalam perkembangannya berubah fungsi menjadi aktivitas perdagangan dan jasa komersial, akibatnya keadaan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi keberadaan fungsi dan pemanfaatan ruang alun-alun itu sendiri. Bermunculan sektor informal dalam hal ini adalah PKL yang keberadaannya semakin lama menjadi semakin meresahkan, karena penggunaan lahan PKL yang mulai menyerobot ruang terbuka publik alun-alun Kota Pati.