BAB I PENDAHULUAN. pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi kepolisian adalah salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. 1 Peran Kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo di Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ke arah yang lebih baik yaitu arah yang menunjukkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Anak merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

berlandaskan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang Indonesia harus taat dan patuh terhadap hukum yang ada di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. martabat serta hak-hak asasi yang harus dijunjung tinggi. 1 Hak-hak asasi yang

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabatnya serta dijamin hak-haknya untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai tanggung jawab. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan. Meskipun pengaturan tentang kejahatan di Indonesia sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini kita sering mendegar dan melihat sejumlah berita di

BAB I PENDAHULUAN. kepolisian. Kepolisian sebagai aparatur negara yang mempunyai tugas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang belum tercukupi kebutuhan hidupnya. Hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kepadatan penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Internasional. Tidak mustahil peredaran narkotika yang sifatnya telah

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. seorang perempuan untuk waktu yang lama 1. Perkawinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema mengatakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi kepolisian harus memperhatikan semangat penegakan hak asasi manusia,hukum, dan keadilan. Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib, dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai peran dalam memelihara keamanan, dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta 1

2 memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. 1 Kepolisian harus bisa menertibkan masyarakat dengan cara mengatasi masalah sosial yang salah satu masalah tersebut adalah kumpul kebo yang sering terjadi dalam masyarakat. Kumpul kebo dapat diartikan sebagai seorang laki-laki dengan seorang perempuan hidup bersama dalam satu rumah dan mengadakan hubungan seksual, seperti layaknya suami isteri, tetapi mereka belum dalam ikatan perkawinan. Di Jawa Tengah terdapat istilah bedangan yang artinya hidup bersama antara laki-laki dan perempuan seolah-olah sebagai suami isteri di luar perkawinan atau tidak diikat dengan nikah 2. Kumpul kebo dilakukan di luar ikatan perkawinan yang sah. Setiap manusia mempunyai kebebasan atau berhak untuk hidup berkeluarga dan menikah seperti yang diatur Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28 B ayat (1), setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah 3. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) Pasal 1, perkawinan itu adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan 1 Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dikutip dalam Prof. Drs. C. S. T Kansil, SH, Pokok-pokok etika profesi hukum, Jakarta, PT Pradnya Paramita, 1986, hlm. 127. 2 I Made Widyana dikutip dalam, MG. Endang Sumiarmi, 2003, Makalah Aspek Hukum Kumpul kebo,hlm 2. 3 Penjelasan umum Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, bab XA, tentang Hak Asasi Manusia, dikutip dari Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Dan Amandemennya, Penerbit Pustaka Mandiri

3 kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) Pasal 2 ayat (1), perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing dan kepercayaannya itu,ayat (2), Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku 4. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Bab 1 Ketentuan Umum( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 10) Pasal 1 ayat (10), keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 5. Kebebasan untuk membentuk keluarga juga diatur dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1948 Pasal 16 ayat (1), orang-orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan, dengan tidak dibatasi oleh kebangsaan, kewarganegaraan, atau agama, berhak untuk mencari jodoh dan untuk membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam soal perkawinan dan dikala perceraian 6. Dalam Hukum Pidana kumpul kebo bukan merupakan persoalan hukum, akan tetapi di dalamnya akan dapat berhubungan pada persoalan hukum yang lain seperti perzinahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Republik Indonesia 4 Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan di Indonesia, dikutip dari Undang-Undang Perkawinan di Indonesia,Penerbit Arloka Surabaya 5 Penjelasan umum Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1992, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dikutip dari http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_10_1992.htm,kamis, 22 September 2011, 21.00 WIB. 6 http://azigr. Blogspot.com/2009/03/deklarasi-ham-PBB-1948.html,kamis, 1 September 2011, 11.00 WIB.

4 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Peraturan Hukum Pidana selanjutnya disingkat KUHP Pasal 284, ayat (1) KUHP, bahwa seseorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel) atau seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak. Ayat (2), Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu,padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin atau seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin 7. Overspel hanya dapat terjadi jika salah satu pelaku atau keduanya terikat perkawinan, overspel dapat ditindak dengan hukum pidana jika ada pengaduan dari isteri atau suami. Pembuktian overspel ini cukup sulit, pembuktian fisik yaitu berupa pembuktian terhadap alat kelamin wanita apakah terdapat sperma atau tidak. Kumpul kebo mempunyai akibat hukum yaitu dapat berupa akibat hukum perdata maupun dapat dihubungkan dengan hukum pidana. Kumpul kebo dapat mengakibatkan kehamilan bagi seorang perempuan, sehingga terjadinya keadaan hamil di luar perkawinan yang sah, yang sangat merugikan perempuan, menimbulkan akibat hukum kedudukan suami isteri, harta kekayaan, dan anak dan orang tuanya. Fakta dari hasil kumpul kebo ini mengakibatkan banyak perempuan yang belum menikah tidak perawan lagi. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) memiliki data di tahun 2010 ini, 54 persen remaja di 7 Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 yang memberlakukan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1946 Republik Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Peraturan Hukum Pidana yang dikutip dari http://hhamdan.wordpress.com/tag/sejarahkuhp-pidana/, kamis, 22 September 2011, 21.30 WIB

5 Surabaya, Jawa Timur sudah kehilangan kegadisan. Kota-kota lain, seperti di Medan 2 persen remaja putrinya kehilangan kegadisan dan di Bandung angkanya mencapai 47 persen. Di daerah Jakarta barat terdapat 51 persen perempuan usia belasan tahun yang sudah kehilangan keperawanan. Hal yang lebih mengejutkan bisa di temukan di Yogyakarta, hasil penelitian di Yogyakarta, dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen mengalami kehamilan sebelum menikah. Ada kasus di Jember Empat pasang mahasiswa - mahasiswi semester akhir di Perguruan Tinggi Negeri di Jember digrebek warga kampung Kelurahan Tegalboto, Sumbersari Jember, Senin (24/1/2011). Mereka diarak, setelah didobrak dari tempat kostnya yang dijadikan ajang Kumpul kebo dan mesum itu ke Kelurahan Sumbersari untuk dilakukan pembinaan, dan ditipiring untuk diproses di Kepolisian Resort Jember 8. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Kumpul Kebo Di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada Latar Belakang Masalah dalam penulisan ini dirumuskan rumusan masalah: 1. Bagaimanakah peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 8 http://www.cendana pos.com/2011/01/empat-pasang-mahasiswi-kumpul-kebo. Html, Jumat, 2 Sept 2011, 12.00 WIB.

6 2. Apakah perbuatan Kumpul kebo itu merupakan suatu pelanggaran hukum atau tidak? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui bahwa perbuatan Kumpul kebo itu merupakan pelanggaran atau tidak. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Obyektif Untuk pengembangan ilmu pegetahuan umum khususnya peradilan dan penyelesaian sengketa hukum, tentang Kumpul kebo yang merupakan pelanggaran hukum atau perbuatan pidana. 2. Manfaat Subyektif a. Bagi Masyarakat Penelitian ini bertujuan agar masyarakat mengetahui akan pentingnya peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat mengerakan hati pemerintah agar lebih memperhatikan masalah sosial dalam masyarakat agar tidak terjadi

7 Kumpul kebo di dalam masyarakat. c. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang Peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul kebo di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dan mengkajinya dari sudut pandang yang berbeda. E. Keaslian Penelitian Penelitian hukum yang berjudul Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Kumpul Kebo Di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan hasil karya asli penulisan dan bukan merupakan duplikasi atau plagiasi dari penelitian hukum lain. Letak kekhususannya yaitu untuk untuk mengetahui peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan mengetahui bahwa Kumpul kebo itu merupakan pelanggaran hukum atau tidak. Adapun Perbedaan dengan hasil karya peneliti lain adalah : 1. Hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan ialah dengan judul Peran Polisi dalam Pemberantasan Peredaran VCD dan DVD Bajakan Di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2008 oleh Alberth Antonio Nomor Mahasiswa 030508310 yang mengambil program kekhususan Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum. Perbedaan hasil

8 penelitian tersebut terletak pada tujuan penelitian. Saudara Alberth Antonio menulis bahwa tujuan penelitian ialah untuk memperoleh data tentang peran aparat Kepolisian dalam pemberantasan peredaran VCD dan DVD bajakan di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian yang dilakukan oleh saudara Alberth Antonio adalah: Peran Polisi sangat strategis dan menentukan dalam usaha pemberantasan tindak pidana peredaran VCD dan DVD bajakan di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pemberantasan tindak pidana peredaran VCD dan DVD bajakan, polisi memakai langkah-langkah berikut: a) Langkah preventif Langkah preventif adalah langkah-langkah yang terdiri dari upaya pencegahan. Bentuk nyata dari langkah preventif adalah melakukan razia di tempat-tempat yang dianggap rawan peredaran VCD dan DVD bajakan. b) Langkah represif Langkah represif adalah langkah yang meliputi langkah-langkah penindakan secara hukum atas kejahatan atau tindak pidana peredaran VCD dan DVD bajakan. Bentuk nyata dari langkah represif adalah Polres Sleman melakukan operasi dan razia serta penangkapan dan penyitaan barang bukti. 2. Skripsi dengan judul Peran POLRI Dalam Mengungkap Tindak Pidana Narkoba yang ditulis seorang mahasiswa Fakultas Hukum. Universitas

9 Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2010, oleh Lubrin Nomor Mahasiswa 030508395. Letak perbedaan pada hasil penulisan skripsi ini adalah terletak pada tujuan penelitian. Saudara Lubrin menuliskan bahwa tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah Kepolisian dalam mengungkap pelaku yang melakukan tindak pidana narkoba dan hambatan apa yang dihadapi Kepolisian dalam mengungkap tindak pidana narkoba. Hasil penelitian skripsi yang ditulis saudara Lubrin adalah: a. Langkah-langkah Kepolisian dalam mengungkap pelaku yang melakukan tindak pidana narkoba dengan melakukan operasi biasa dan operasi khusus di lapangan yang sudah memiliki pencegahan yang cukup strategis dan efisien. b. Hambatan-hambatan yang dihadapi Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam mengungkap pelaku tindak pidana narkoba yaitu: 1. Hambatan Internal yang berasal yang berasal dari dalam tubuh POLRI seperti kurangnya sarana operasional dalam menjalankan tugas dan wewenangnya mengungkap pelaku narkoba dan keterbatasan anggaran dalam hal melakukan penyelidikan hingga akhir pelimpahan kepada pihak Kejaksaan. 2. Hambatan Eksternal yang berasal dari luar tubuh POLRI yaitu masyarakat kurang peduli dalam membantu pengungkapan

10 pelaku narkoba yang semakin hari semakin sulit untuk diminimalisir. 3. Skripsi yang dengan judul penelitian hukum yang saya buat yaitu Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Kriminalitas Oleh Geng Motor yang ditulis seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2010, oleh Trianuli Simanjutak Nomor Mahasiswa 070509621 yang mengambil program kekhususan peradilan dan penyelesaian sengketa hukum. Letak perbedaannya ada pada tujuan penelitian yaitu: a. Untuk memperoleh data tentang bentuk kriminalitas geng motor di tasikmalaya mengetahui. b. Untuk mengetahui upaya POLRESTA Tasikmalaya menanggulangi kriminalitas geng motor serta kendala yang dialami oleh Kepolisian dalam menanggulangi kriminalitas di wilayah Tasikmalaya. Hasil penelitian skripsi yang ditulis oleh Trianuli Simanjutak adalah Upaya Kepolisian dalam menanggulangi kriminalitas geng motor dilaksanakan dengan upaya penal bertindak sesuai dengan undangundang yang berlaku di bidang pemeliharaan dan keamanan yaitu dengan mengungkap 7 orang anggota geng yang dijerat Pasal 406 Ayat(1) KUHP Tentang perusakan barang baik sebagian atau seluruhnya yang diancam dengan pidana penjara selama 2 tahun 8 bulan dan upaya non penal dengan melakukan penyuluhan ke sekolah-

11 sekolah dan kampus, patroli yang dilakukan secara rutin dan yang terpenting adalah keikutsertaan semua pihak. F. Batasan Konsep Dalam penulisan hukum ini, batasan konsep sangat diperlukan untuk memberikan batasan dari berbagai pendapat yang ada mengenai Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Kumpul Kebo Di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta : 1. Menurut Soejono Soekanto peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. 9 2. Menurut Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundangundangan 10. 2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Penanggulangan adalah suatu proses, cara, perbuatan menanggulangi. 11 3. Kumpul kebo menurut Achmad Mendatu, seorang Psikologi adalah hidup bersama dan melakukan hubungan seksual antara pria dengan wanita tanpa menikah. 12 Maka yang dimaksud dengan Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi 9 Soejono Soekanto,loc.cit., hlm. 238. 10 Penjelasan umum Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Repoblik Indonesia, diambil dari Kansil,S.T. Christine, Pokok-pokok Etika Ptofesi Hukum, Jakarta, PT Pradnya Paramita, 1986,hlm. 140 11 http://kamusbesarbahasaindonesia.org/penanggulangan, 05 September 2011, 21:04 12 Achmad Mendatu,loc.cit.

12 Kumpul Kebo Di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu proses menanggulangi masalah sosial yang sering terjadi dalam masyarakat yaitu hidup bersama dan melakukan hubungan seksual antara pria dengan wanita tanpa menikah. G. Metode penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dipergunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang berfokus pada norma hukum positif dan dilakukan dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan serta peraturan yang berkaitan dengan peran Kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama. Dalam penelitian ini dilakukan abstraksi untuk mengetahui peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Sumber Data Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif, sehingga memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama yang terdiri dari : a. Bahan Hukum Primer Peraturan Perundang-undangan

13 1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28 B ayat (1) bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah 2. Undang-undang a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) Pasal 1 ayat (1), Pasal 2 ayat (1),dan ayat (2) b) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 1 ayat (1),ayat (2), Pasal 2, dan Pasal 4 c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Bab 1 Ketentuan Umum( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 10) Pasal 1 ayat (10) d) Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1948 Pasal 16 ayat (1) e) Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Republik Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Peraturan Hukum Pidana selanjutnya disingkat KUHP Pasal 284, ayat (1)

14 b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah beberapa pendapat hukum yang diperoleh dari buku-buku, opini sarjana hukum, dan website yang berhubungan dengan permasalahan mengenai peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta. c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia dan Kamus Belanda Indonesia 3. Narasumber Pada penelitian hukum ini, wawancara dengan beberapa narasumber untuk memberikan pendapat hukum yang berkaitan dengan permasalahan peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Narasumber dalam penelitian ini adalah : a. bapak Eko Maipurwanto selaku penyidik unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) b. EM 24 tahun selaku pelaku Kumpul Kebo 4. Analisis Langkah-langkah melakukan analisis yaitu: a. Deskripsi yang memaparkan atau menguraikan isi maupun struktur hukum

15 positif berupa peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan prinsip penalaran eksklusi yaitu tiap sistem hukum diidentifikasikan oleh sejumlah peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain tidak terdapat antinomi. b. Sistematisasi Sistematisasi secara vertikal memaparkan undang-undang yang lebih tinggi dengan undang-undang yang berada di bawahnya, yakni: 1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28 B ayat (1) setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) Pasal 1 ayat (1) perkawinan itu adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Pasal 2 ayat (1) perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing dan kepercayaannya itu, dan ayat (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera

16 Bab 1 Ketentuan Umum( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 10) Pasal 1 ayat (10) keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 4. Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1948 Pasal 16 ayat (1) orang-orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan, dengan tidak dibatasi oleh kebangsaan, kewarganegaraan, atau agama, berhak untuk mencari jodoh dan untuk membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam soal perkawinan dan dikala perceraian 5. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang berlakunya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1946 Republik Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Peraturan Hukum Pidana selanjutnya disingkat KUHP Pasal 284, ayat (1) bahwa seseorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel) atau seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak., dan ayat (2) Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu,padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin atau seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin Dari sistematisasi secara vertikal tidak terdapat antitomi/konflik yang terjadi dan adanya sinkronisasi.

17 c. Sistematisasi secara horizontal memaparkan undang-undang yang sejajar yakni : 1. Antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) Pasal 1, perkawinan itu adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) Pasal 2 ayat (1), perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing dan kepercayaannya itu, dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Bab 1 Ketentuan Umum( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 10) Pasal 1 ayat (10), keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa saling melengkapi dan adanya harmonisasi, 2. Antara Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Republik Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Peraturan Hukum Pidana selanjutnya disingkat KUHP Pasal 284,

18 ayat (1) bahwa seseorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel) atau seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak., dan ayat (2) Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu,padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin atau seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 1 ayat (1), kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Mempunyai harmonisasi dengan berlakunya prinsip penalaran subsumsi yaitu adanya hubungan logis antara peraturan perundang-undangan yang saling berkaitan. d. Dalam penelitian ini dilakukan interpretasi hukum sebagai berikut: 1) Interpretasi gramatikal, yaitu mengartikan suatu bagian kalimat menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum. 2) Interpretasi sistematis, yaitu dengan titik tolak dari sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum yang bertitik tolak pada peraturan perundang-undangan secara vertikal dan horizantal. 3) Interpretasi teleologis yaitu undang-undang yang ditetapkan berdasarkan tujuan peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

19 e. Membandingkan bahan hukum primer yang berupa peraturan perundangundangan dengan bahan hukum sekunder yang berupa pendapat-pendapat hukum dan buku-buku yang berhubungan dengan peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo f. Dalam penelitian ini dilakukan penilaian untuk mencari nilai keadilan antara peraturan perundang-undangan tentang penanggulangan Kumpul Kebo. Penelitian ini menggunakan proses bernalar secara deduktif, yaitu berawal dari proposisi-proposisi umum yang kebenaranya telah diketahui/diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru). Dalam hal ini, proposisi umum berupa norma hukum positif tentang peraturan perundang-undangan dalam menanggulangi Kumpul kebo dan khusus tentang peran Kepolisian dalam menanggulangi Kumpul kebo di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kumpul kebo itu merupakan suatu pelanggaran atau tidak. H. Sistematika Penulisan Penulisan hukum ini ditulis berdasarkan sistematika penulisan hukum.hal ini dilakukan untuk menunjukkan keterkaitan dengan judul serta menghubungkan antara BAB satudengan BAB lainnya. 1. BAB I: Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, dan metode penelitian 2. BAB II: Pembahasan berisi tentang :

20 A. Tinjauan Umum Peran Kepolisian meliputi : Pengertian peran, pengertian kepolisian dan tugas kepolisian. B. Tinjauan Umum tentang Penanggulangan Kumpul Kebo meliputi : Pengertian penanggulangan, pengertian Kumpul Kebo, sanksi Kumpul Kebo, dan akibat hukum dari Kumpul Kebo. C. Pembahasan mengenai sanksi Kumpul Kebo, akibat hukum Kumpul Kebo, peran kepolisian dalam menanggulangi Kumpul Kebo 3. BAB III: Penutup berisi tentang kesimpulan berupa jawaban dari rumusan masalah yang telah diteliti dan ditulis berkaitan dengan judul yang diangkat. Selain itu juga berisi tentang saran dari penulis mengenai tindak lanjut yang berhubungan dengan judul penulisan hukum yang diangkat.