PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

PERANAN HAKIM DAN PARA PIHAK DALAM USAHA UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melidungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdas arkan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

Oleh Helios Tri Buana

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB I PENDAHULUAN. usaha dalam penegakan hukum dalam masyarakat lewat peradilan maupun

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai taraf kesejahteraan dan kebahagiaan yang selalu didambakan setiap

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau caramelakukan atau

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor hukum, yakni dilandasi dengan keluarnya peraturan perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagaimana tersirat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

Transkripsi:

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO. O1 TAHUN 2008 DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat guna mencapai gelar sarjana hukum pada program S-1 di fakultas hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : TITIK MEI SUSILOWATI NIM: C.100.050.152 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi kodratnya, manusia pada dasarnya memiliki sifat yang kurang puas. Dimana sifat yang kurang puas tersebut manusia selalu berusaha untuk memenuhinya, apabila telah terpenuhi kemudian timbul kebutuhan lain yang ingin dipenuhi sehingga menimbulkan ketidakpuasan atas dirinya sendiri dan bahkan menimbulkan kerugian pada pihak lain. Dalam perkembangaan selanjutnya, masyarakat yang sangat kompleks itu selalu berusaha agar kebutuhannya cepat selesai, termasuk juga dalam proses berperkara di pengadilan. Bersamaan dengan itu dalam Hukum Acara Perdata yang terdapat suatu azas yang berbunyi : Peradilan dilaksanakan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Azas tersebut penting bagi mereka yang berperkara. Hakim dan aparat penegak hukum lainnya mengingat untuk menjaga agar supaya perkara yang telah masuk ke Pengadilan Negeri tidak banyak yang tertumpuk serta tidak berlarut-larut penyelesaiannya. Seandainya banyak perkara yang tertumpuk di Pengadilan, maka akan memakan waktu yang lama dan akhirnya dari lamanya waktu tersebut mengakibatkan biaya tidak sedikit. Di samping itu juga tidak tercapainya putusan yang obyektif karena dengan berlarutnya putusan itu para pihak yang dinyatakan menang dalam perkara tidak dapat menikmati kemenangannya karena telah meninggal lebih dahulu sebelum putusan turun.

Jika mengingat suatu perkara itu tidak sekali selesai, akan tetapi memerlukan waktu untuk mengumpulkan bukti-bukti, saksi-saksi dan data-data belum lagi jauhnya jarak dari para yang berperkara dari suatu pengadilan yang memeriksanya, itupun masih lama lagi apabila dalam suatu keputusan ada pihak yang tidak puas atas Putusan Pengadilan Tingkat Pertama yang kemudian putusan tersebut dimintakan banding oleh pihak yang tidak puas tadi. Dapat kita bayangkan berapa lama lagi waktu yang diperlukan lagi apabila sampai pada tahap kasasi yang juga membutuhkan waktu lagi untuk penyelesaiannya. Persoalan penting yang harus diperhatikan dalam penyelesaian suatu sengketa adalah mengenai upaya perdamaian (mediasi) dengan menerapkan azas sederhana, cepat dan biaya ringan dalam pemeriksaan perkara perdata. Dalam rangka mewujudkan proses sederhana, cepat dan murah sesuai dengan azas hukum acara perdata, maka diaturlah upaya perdamaian yakni dengan cara mengintegrasikan proses mediasi di Pengadilan. Hal ini diatur dalam pasal 130 ayat (1) HIR (Herziene Indonesisch Reglement) disebutkan bahwa: Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang, maka Pengadilan Negeri dengan pertolongan Hakim Ketua mencoba akan memperdamaikan mereka. 1 Pada ayat diatas sangat jelas keharusan Hakim Ketua Pengadilan Negeri untuk mengupayakan perdamaian terhadap perkara perdata yang diperiksanya. Dalam kaitannya ini hakim harus dapat memberikan pengertian, menanamkan kesadaran dan keyakinan kepada para pihak yang berperkara, bahwa penyelesaian perkara dengan perdamaian merupakan suatu cara penyelesaian yang lebih baik 1 Ropaun Rambe, Hukum Acara Perdata Lengkap, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, halaman 245.

dan lebih bijaksana daripada diselesaikan dengan putusan Pengadilan, baik dipandang dari segi waktu, biaya dan tenaga yang digunakan. 2 Namun terkadang dalam kenyataannya penerapan azas-azas beracara perdata tersebut tidak terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan para pencari keadilan dalam menyelesaikan perkara mereka, sehingga banyak anggapan yang timbul dari masyarakat bahwa proses mediasi bukan lagi menjadi suatu cara tepat dalam menyelesaikan sengketa. Berdasarkan uraian pasal di atas, maka di dalam perkara perdata upaya perdamaian yang dikenal dengan mediasi secara langsung merupakan suatu kewajiban yang memang harus dilakukan dalam proses persidangan. Hal ini dimaksudkan bahwa mediasi mampu untuk dijadikan konsep dalam mempermudah bagi para pihak yang berperkara demi memperoleh kesepakatan bersama dan memberikan suatu keadilan yang bersumber dari perilaku aktif para pihak itu sendiri beserta hal-hal yang dikehendaki dalam proses mediasi tersebut. Pemakaian lembaga mediasi pengadilan lebih menguntungkan karena cepat, oleh karenanya, mekanisme mediasi dalam proses penyelesaian sengketa di Pengadilan juga mendorong upaya damai sebagai solusi yang utama oleh para pihak yang bertikai. Masyarakat yang berkepentingan akan menyelesaikan sengketa yang sederhana dan efisien, baik dari segi waktu maupun biaya. Pemantapan dan pengetahuan akan pentingnya mediasi menganjurkan bagi para pencari keadilan 2 Sri Wardah, Bambang Sutiyoso, Hukum Acara Perdata dan Perkembangannya di Indonesia, Yogyakarta: GAma Media, 2007, halaman 92.

untuk dapat bertindak dalam memperoleh kebenaran sejati tanpa mengalami kerugian baik materiil maupun non materiil. Hukum materiil di Negara kita baik yang termuat dalam suatu bentuk tertulis maupun ynag tidak tertulis merupakan pedoman, pegangan dan panutan bagi seluruh warga masyarakat dalam segala tingkah lakunya di dalam pergaulan hidup. Baik itu perorangan, masyarakat maupun dalam bernegara apakah yang dapat ia lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Semua itu tidaklah cukup hanya dibaca, dilihat atau diketahui saja, melainkan untuk ditaati dan dilaksanakan. Jika kita melaksanakan hukum marteriil itu sendiri menurut kehendak yang bersangkutan, maka dalam hal ini akan timbullah apa yang dikenal dengan istilah main hakim sendiri, inilah justru yang dikawatirkan oleh kita semua sebab dengan keadaan demikian itu tentu saja ketertiban ini merupakan salah satu dari pada tujuan hukum, jika ada suatu lembaga, maka badan atau lembaga apakah atau manakah yang berwenang untuk melaksanakan hukum materiil itu. Oleh karena itulah maka dalam hal ini diperlukan sekali suatu bentuk perundang-undangan yang akan mengatur dan menetapkan tentang tata cara bagaimanakah melaksanakan hukum materiil ini, sebab tanpa adanya aturan tersebut, maka hukum materiil ini hanya merupakan rangkaian kata-kata yang indah dan enak dibaca saja, tapi tidak dapat dinikmati oleh warga masyarakat. Hukum yang mengatur tentang cara mempertahankan dan menerapkan hukum materiil ini dalam istilah hukum sehari-hari dikenal dengan sebutan hukum formil atau huku acara. Hukum acara perdata bertujuan untuk menjamin ditaatinya

hukum perdata meteriil. Dengan demikian hukum acara perdata meteriil tidak membebani hak dan kewajiban seperti yang termuat dalam hukum perdata materiil, tetapi memuat aturan tentang cara melaksanakan dan mempertahankan atau menegakkan kaidah-kaidah yang termuat dalam hukum perdata materiil atau dengan kata lain untuk melindungi hak perseorangan. Dalam perkara perdata, penerapan azas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan secara sungguh-sungguh semakin diharapkan oleh para pencari keadilan, khususnya masyarakat Surakarta. Dewasa ini sering terdengar adanya keluhan dari masyarakat karena berbelit-belitnya prosedur dalam proses pemeriksaan perkara, khususnya pada perkara perdata. Selain itu keluhan juga timbul karena lamanya jangka waktu pemeriksaan perkara, maupun tingginya biaya perkara yang harus mereka keluarkan. Keadaan seperti tersebut diatas sering mengakibatkan masyarakat enggan berhubungan dengan peradilan.(sumber: Suwanto) Sedangkan kaitannya dengan ilmu kewarganegaraan adalah menyangkut mengenai masalah perlindungan warga negara. Disini khususnya pihak yang berperkara adalah sebagian dari warga negara, jadi dalam kasus ini khususnya pada penerapan azas sederhana, cepat dan biaya ringan, dalam mengajukan gugatan atau permohonan mereka memperoleh kemudahan juga dalam proses peradilannya. Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 04 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan: peradilan dilaksanakan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Kemudian pasal 5 ayat (2) menyatakan: Dalam perkara perdata pengadilan membantu para pencari keadilan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi

segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Namun demikian didalam kenyataanya penerapan azas tersebut belum dapat dilaksanakan dengan baik, maka pengadilan diwajibkan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengatasi segala hambatan dan rintangan tersebut. Pelaksanaan azas sederhana, cepat dan biaya ringan tercantum dalam penjelasan Undang-undang Nomor 04 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Bagian umum, butir 8 yang menyatakan : Peradilan dilakukan sederhana, cepat dan biaya ringan tetap harus dipegang teguh yang tercermin dalam undang-undang tentang hukum acara pidana dan hukum acara perdata yang termuat peraturan-peraturan tentang pemeriksaan dan pembuktian yang jauh lebih sederhana.(anonym, 2004:4) Dalam ketentuan diatas dinyatakan juga bahwa pelaksanaan dari azas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan adalah pemeriksaan dan pembuktian yang jauh lebih sederhana. Selintas kilas menimbulkan pernyataan apakah itu sudah tepat, mengingat kebenaran yang dijadikan pedoman dalam proses perkara perdata adalah kebenaran formil dan bukannya kebenaran materiil. Dengan segala permasalahan yang ada dan telah mempertimbangkan banyak hal serta aspek yang melingkupinya, upaya penerapan azas sederhana, cepat dan biaya ringan ke dalam prosedur mediasi yang telah berlangsung menjadi suatu hal yang perlu dilakukan perbaikan, maka melalui fungsinya sebagai lembaga yang memiliki kekuasaan dan kewenangan dalam membuat peraturan, Mahkamah Agung telah memberlakukan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008

Tentang Prosedur Mediasi yang diintensifkan ke dalam prosedur berperkara di Pengadilan Negeri. Berdasarkan uraian atas permasalahan pada latar belakang dan beberapa alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian, dalam penulisan hukum ini penulis memberikan suatu pengetahuan akan suatu hal yang patut diangkat menjadi sebuah penelitian dengan judul PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA No. 01 TAHUN 2008 DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA. 1.2 Perumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang masalah yang penulis kemukakan diatas, maka permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Sejauh mana penerapan azas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan setelah berlakunya Perma No.01 Tahun 2008 dalam pemeriksaan perkara perdata melalui mediasi di Pengadilan Negeri Surakarta? 2. Adakah faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan azas-azas tersebut? 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang timbul?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah teruraikan sebelumnya, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan azas sederhana, cepat dan biaya ringan dalam praktek pemeriksaan perkara perdata melalui mediasi yang diterapkan di Pengadilan Negeri Surakarta, apakah sudah terlaksana dengan baik atau menjadi terhambat dengan diberlakukannya Perma No. 1 Tahun 2008. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan azas sederhana, cepat dan biaya ringan dalam pemeriksaan perkara perdata melalui mediasi di Pengadilan Negeri Surakarta. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan yang timbul baik secara intern maupun secara ekstern. 1.4 Manfaat Penelitian Untuk memberikan hasil penelitian yang berguna, serta diharapkan mampu menjadi dasar secara keseluruhan untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan secara teoritis maupun praktis, maka penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dalam penulisan skripsi ini dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai azas sederhana, cepat dan biaya rinagn dalam pemeriksaan perkara perdata mengenai prosentase perkara gugatan yang telah masuk dan telah diputuskan di Pengadilan.

2. Manfaat Praktis Diharapkan dalam penulisan skripsi ini dapat memberikan pemasukan pada masyarakat akan arti pentingnya azas sederhana, cepat dan biaya ringan, sehingga masyarakat sadar akan keberadaan dari hukum yang dilaksanakan di Indonesia. 1.5 Metode Penelitian Penelitian dapat berhasil dengan baik atau tidak tergantung dari data yang diperoleh juga didukung oleh proses pengolahan yang dilakukan terhadap permasalahan. Metode penelitian dianggap paling penting dalam menilai kualitas hasil penelitian. Hal ini mutlak harus ada dan tidak dapat dipisahkan lagi dari apa yang dinamakan keabsahan penelitian. Daripada itu dipergunakan untuk membuat terang suatu penelitian secara lengkap. Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis yaitu suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum (peraturan yang berlaku) dengan fenomena atau kenyataan yang terjadi di lapangan serta dalam prakteknya sesuai dengan yang terjadi sebenarnya. 3 3 Amiruddin 2004, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

2. Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat obyek masalah dengan maksud untuk mengambil suatu kesimpulan yang berlaku secara umum, dengan perkataan lain penulis skripsi ini bertujuan untuk melukiskan realita yang ada 4 Dari judul tersebut, yaitu Penerapan Azas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Dalam Pemeriksaan Perkara Perdata Melalui Mediasi Berdasarkan Perma No. 01 Tahun 2008 Di Pengadilan Negeri Surakarta, penelitian dari penulis menggambarkan mengenai studi tentang penerapan azas sederhana, cepat dan biaya ringan yang timbul sebagai akibat dari salah satu pihak yang berperkara mengajukan gugatan yang diproses melalui mediasi di Pengadilan dan juga untuk mengetahui masalah hukum yang timbul serta penyelesaiannya. 3. Lokasi Penelitian Di dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih penelitian hanya di Pengadilan Negeri Surakarta. Disebabkan perihal yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat menjadi skripsi ini terdapat di tempat tersebut, dalam hal ini mengenai salah satu putusan dengan mediasi yang didasarkan pada peraturan yang berlaku. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan : 4 Ibid.

a. Studi Lapangan (data primer) meliputi : Intervieuw (wawancara) yaitu memperoleh data bagi penulisan penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung. Dalam proses intervieuw ada dua pihak yang menempati kedudukan yang berbeda, satu pihak berfungsi sebagai pemberi informasi atau intervieuwer sedangkan pihak lain berfungsi sebagai pemberi informasi atau informan (responden). 5 wawancara dilakukan antara penulis dengan hakim yang menjadi mediator serta pengacara yang mewakili pihak-pihak yang melakukan mediasi dalam penyelesaian perkara perdata di Pengadilan Negeri Surakarta. b. Studi Kepustakaan (Data Sekunder) Dilakukan dengan mempelajari buku-buku literature dokumen resmi, brosur, buku, makalah, surat kabar, majalah, artikel, internet, peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Peraturan Mahkamah Agung yaitu Undang-undang No. 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan,Undang-undang No. 04 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, keputusan pengadilan yang diselesaikan melalui mediasi dan teori-teori yang berguna untuk menunjang obyek penelitian. 6 5. Metode Analisa Data Data-data yang terkumpul dari penelitian akhirnya dianalisa secara kualitatif artinya apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, 5 Soemitro Romy H, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990. 6 Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: UMS Press, 2004.

apa yang sedang diteliti, dipelajari sebagai suatu yang utuh dan hasil analisa tersebut kemudian disimpulkan dalam bentuk laporan penelitian. 7 1.6 Sistematika Penulisan Hukum Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami keseluruhan mengenai penulisan hukum ini, maka penulis membagi sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.2. PERUMUSAN MASALAH 1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.5. METODE PENELITIAN 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Azas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Dalam Proses Beracara Perdata Melalui Mediasi 2.1.1. Pengertian Azas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan 2.1.2. Dasar Hukum Azas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan 2.1.3. Sistem Perdamaian Menurut HIR 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1984, halaman 13.

2.2. Tinjauan Umum Tentang Mediasi 2.2.1. Pengertian Mediasi 2.2.2. Keuntungan dan Kelemahan Mediasi 2.2.3. Proses Pelaksanaan Mediasi Dalam Sidang Beracara Perdata di Pengadilan Negeri 2.2.4. Pengaturan Mediasi di Indonesia 2.3. Tinjauan Umum Tentang Proses Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri 2.3.1. Tentang Gugatan 2.3.2. Pemeriksaan Perkara Perdata Dalam Sidang Pengadilan 2.3.3. Putusan Hakim 2.4. Tinjauan Umum Tentang Perma No. 1 Tahun 2008 2.4.1. Alasan Mahkamah Agung Mengeluarkan PERMA No. 01 Tahun 2008 2.4.2. Pelaksanaan PERMA No. 01 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian : 1. Penerapan Azas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Dalam Pemeriksaan Perkara Perdata Melalui Mediasi di Pengadilan Negeri. a) Pemeriksaan Yang Sederhana b) Pemeriksaan Dengan Penyelesaian Perkara Yang Cepat

c) Pemeriksaan Dengan Biaya Ringan 2. Faktor-faktor Yang Menghambat Terlaksananya Azas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan 3. Cara Mengatasi Hambatan Yang Timbul 1.2. Pembahasan : 1. Penerapan Azas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Dalam Pemeriksaan Perkara Perdata Melalui Mediasi di Pengadilan Negeri a) Pemeriksaan Yang Sederhana b) Pemeriksaan Dengan Penyelesaian Perkara Yang Cepat c) Pemeriksaan Dengan Biaya Ringan 2. Faktor-faktor Yang Menghambat Terlaksananya Azas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan 3. Cara Mengatasi Hambatan Yang Timbul BAB IV PENUTUP 1.1. Kesimpulan 1.2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN