BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkepribadian baik dan mempunyai kecerdaan yang unggul

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia cerdas pasti tidak ingin mengalami kegagalan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan berakal sehat, yakni manusia yang sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. utama untuk mengembangkan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia akan dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki iman dan akhlak yang kuat. 1. oleh sebagai penanggung jawab ketika terjadi hal-hal yang tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas. tertanam dalam diri pribadi sangatlah berperan penting.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu mata pelajaran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses tranformasi budaya dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

DUKUNGAN MINAT BELAJAR, FASILITAS BELAJAR DAN KEGIATAN ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN (HMJ) TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun kolektif. Agama memberi sumbangan bagi sistem sosial,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil. Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu. 1. Pendidikan sebagai identitas mutlak dalam rangka pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku menuju kedewasaan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang. dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya lebih memperhatikan komponen-komponen pengajaran seperti. sarana dan prasarana pengajaran serta evaluasi pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

Heru Purnomo PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

I. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation character

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan evaluasi, guru akan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. 1 Melalui pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon -calon penerus perjuangan bangsa dimasa depan yang kompeten, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi tantangan. Pendidikan harus menjamin bahwa lulusan didominasi oleh manusia yang berkualitas. Tantangan yang dihadapi dalam pendidikan agama khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Materi pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), h. 2.

2 dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja. Maka saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya. Secara operasional, tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran meliputi seluruh penanganan komponen pembelajaran yang meliputi proses pembuatan rencana pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan, dan penilaian, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan membuahkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi terhadap materi yang diajarkan dan kompetensi dalam hal memberdayakan semua komponen pembelajaran, sehingga seluruh elemen pembelajaran dapat bersinergi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud. Kenyataan di lapangan, guru hanya menguasai materi dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan ef ektif. Hal ini terjadi karena hal tersebut tidak didasarkan pada model atau strategi pembelajaran tertentu sehingga siswa memperoleh prestasi belajar yang rendah. Melalui model atau strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik maka

3 dapat meningkatkan prestasi belajar serta minat siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam. 2 Seorang guru harus mampu menggunakan berbagai macam model pembelajaran dalam mengorganisasi sebuah proses pembelajaran. Penggunaan beragam model pembelajaran ini dimaksudkan agar siswa tidak jenuh, dan juga disesuaikan dengan sifat dan karakteristik materi pembelajaran itu sendiri. Guru sering terjebak dalam kebiasaan yang monoton dalam menggunakan model pembelajaran artinya tidak mau menggunakan variasi gaya mengajar sehingga hanya model-model tertentu yang digunakan. Hal ini didasarkan pada alasan yang bermacam-macam, mulai dari terbatasnya sarana pembelajaran, waktu yang tidak mencukupi, siswa yang belum siap, dan bahkan gurunya sendiri yang tidak memiliki kemampuan untuk itu. Alasan-alasan tersebut seharusnya dapat dihilangkan jika guru mengedepankan prinsip kreativitas mengajar dan tujuan pembelajaran yang hendak menjadikan siswa sebagai manusia unggul yang kompetitif di masa yang akan datang. Belajar atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan dan diberikan kepada anak-anak kita karena ia merupakan kunci sukses untuk mencapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. 118. 2 Dimyati Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet Ke-2), h. 117-

4 Melihat peran yang begitu vital tersebut, maka SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo berupaya menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efesien. Dengan harapan proses belajar mengajar akan menyenangkan, tidak membosankan, dan penuh dengan tantangan baru. Ada banyak model pembelajaran efektif yang dikemukakan para ahli pendidikan. Di antaranya adalah pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) yang mengakses paham konstruktivis dengan menekankan adanya dialog mendalam dan berpikir kritis. Anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahaptahap lain dalam rentang kehidupan. Dari suatu perubahan yang terjadi pada masa remaja ini membawa suatu konsekuensi mengenai metode dan materi tentang kegiatan pembelajaran. Berdasasarkan pemikiran di atas, diharapkan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bisa membantu pendidik untuk menjadikan pembelajaran bermakna bagi peserta didik. Hal ini menjadi pertimbangan utama bagi penulis sehingga terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul : Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII B Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis dapat mengambil beberapa perumusan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) di SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VIII B pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo? 3. Adakah efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII B pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) di SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas VIII B pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.

6 3. Untuk mengetahui ada tidaknya efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII B pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. D. Kegunaan Penelitian Setelah karya ilmiah ini tersusun, penulis berharap dapat berguna bagi : 1. Akademik ilmiah a. Terangsang dan tergugah untuk dapat mengembangkan lebih konstruktif lagi tentang teori-teori PAI. b. Sebagai acuan untuk mengembangkan model-model pengajaran anak didik. 2. Sosial praktis a. Guru, untuk memilih model pembelajaran yang dianggap lebih efektif atau tepat saat mengajar di kelas. b. Siswa, untuk merangsang siswa lebih giat lagi belajar agama Islam. c. Penulis, mengetahui teknik operasional kelebihan dan keefektifan model pembelajaran tersebut. E. Definisi Operasional Sesuai dengan judul yang penulis kemukakan di atas maka terdapat istilah yang paling penting untuk dijelaskan pengertiannya, agar tidak terjadi salah

7 paham atau pemahaman kepada para pembaca, oleh karena itu perlu adanya penegasan judul. Adapun istilah-istilah itu adalah sebagai berikut : a. Efektivitas Adalah berasal dari kata efektif yang artinya tepat, tepat guna, dan berhasil. Adapun yang dimaksud efektivitas adalah ketepatgunaan dan menunjang tujuan. 3 Adapun maksud efektivitas dalam skripsi ini adalah ketepatan dalam menggunakan model pembelajaran. b. Pembelajaran Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking Pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) adalah model pembelajaran yang mengakses paham konstruktivis dengan menekankan adanya dialog mendalam dan berpikir kritis. Fokus kajian pendekatan DD/CT dalam pembelajaran dikonsentrasikan dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog secara mendalam dan berpikir kritis, tidak saja menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik, akan tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual 4. 3 Saliman dan Sudarso, Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 61. 4 Ketut P. Arthana, Pembelajaran Inovatif Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking, Jurnal Tekhnologi Pendidikan, Vol.10, No. 1, April 2010, h. 17.

8 c. Prestasi Belajar Siswa Prestasi adalah hasil yang tercapai atau hasil yang sebenarnya dicapai 5. Sedangkan belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan sec arasadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Slameto da lam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi di lingkungan. 6 d. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangna hidup (way of life). 7 e. SMP Negeri 2 Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Adalah sebuah lembaga pendidikan SMP yang beralamat di Desa Kedung Banteng Tanggulangin Sidoarjo. 2. 5 M. Bukhori, Tekhnik Evaluasi dalam Pendidikan, (Bandung: Jemars, 1983), h. 178. 6 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 7 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 86.

9 F. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. 8 Ada dua jenis hipotesa yaitu : 1. Hipotesis nol (Ho) menyatakan tidak adanya efektivitas variabel X terhadap variabel Y. 2. Hipotesis kerja (Ha) menyatakan adanya efektivitas variabel X terhadap variabel Y Adapun hipotesa yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis nol (Ho) tidak ada efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII B pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Hipotesa kerja (Ha) ada efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII B pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Untuk mempermudah dalam pemahaman skripsi ini maka penulis menyusun menjadi 5 bab dengan sistematika sebagai berikut : 8 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 1998), h. 69.

10 Bab satu merupakan pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. Bab dua merupakan landasan teoritis yang terdiri dari: kajian teoritis tentang penerapan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT), prestasi belajar siswa, dan efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII B pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Bab tiga merupakan metode penelitian yang terdiri dari: jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab empat merupakan laporan hasil penelitian yang terdiri dari: gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, analisa data. Bab lima merupakan penutup yang terdiri dari: simpulan hasil penelitian dan saran-saran.

11

12