SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB II KERANGKA TEORITIK. isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

2. SETIAP PERKAWINAN HARUS DICATAT Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 ayat 2)

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

PROSES PELAKSANAAN PERKAWINAN ANGGOTA TNI-AD DAN PERMASALAHANNYA (Studi di Wilayah KOREM 074 Warastratama)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

CERAI GUGAT AKIBAT KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. (Studi kasus di Pengadilan Agama Surakarta)

PROSEDUR BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA JEMBER

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

b. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan,

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. perceraian/pemutusan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

Permohonan diajukan ditempat kediaman istri atau tempat tinggal terakhir dimana suami istri bertempat tinnggal

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN TERHADAP ANAK YANG TERLAMBAT MENDAPAT AKTA (Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas penilaian fungsi perkawinan sampai sejauh mana masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

PANDUAN MENGAJUKAN GUATAN CERAI

BAB II PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebutkan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANGPERUBAHAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

Transkripsi:

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: NADIA MIRA NOVIASARI NIM: C 100.050.228 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Walaupun begitu dalam kenyataannya sering terjadi putusnya hubungan suami istri tersebut. Perkawinan dapat putus karena : a. Kematian b. Perceraian c. Keputusan Pengadilan 1 Sehingga dalam perkembangannya diperlukan penanganan yang khusus tentang perceraian yang hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Banyaknya kasus perceraian yang melanda pasangan suami istri saat ini merupakan suatu pelajaran bagi kita untuk lebih seleksi dan instrospeksi diri dalam memilih pasangan untuk membentuk dan menjalin rumah tangga yang bahagia. 1 Muchtar Natsir. et.all, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah PPN, Jakarta, Departemen Agama, 1980, hal 130 1

2 Bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dikelurakannya Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, banyak merubah peranan pencatatan sipil dalam hal perkawinan. Sebelum berlakunya Undang-Undang No.1 Tahun 1974, lembaga catatan sipil dapat mengesahkan suatu perkawinan. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agamanya dan kepercayaannya itu. Disini bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Perkawinan diluar hukum masing agamanya dan kepercayaannya. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Pengadilan yang berwenang memeriksa dan memutus tentang perceraian adalah bagi mereka yang beragama Islam di Pengadilan Agama dan bagi agama selain Islam di Pengadilan Negeri. Untuk dapat mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan harus disertai alasan-alasan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Adapun hal-hal yang dapat dipakai untuk mengajukan gugatan perceraian diatur dalam Pasal 39 ayat 2 beserta penjelasannya dan dipertegas lagi di dalam Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 yang pada dasarnya adalah sebagai berikut : 1. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturutturut tanpa ijin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

3 2. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 tahun atau lebih berat setelah perkawinan berlangsung. 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang berakibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami/isteri. Ketentuan dalam point 4 dan 5 merupakan bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Adapun pada akhir-akhir ini sering sekali dalam pemberitaan di media massa ataupun media elektronik dapat dilihat adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya yang mengakibatkan renggangnya hubungan pernikahan antara suami dan istri. Tidak sedikit si korban dalam hal ini adalah para istri meminta cerai yang disebabkan kekerasan yang dideritanya, yang berakibat suatu perkawinan itu tidak dapat berjalan dengan harmonis. Khusus mengenai pengertian perceraian ialah, suatu keadaan di mana antara seorang suami dan seorang isteri telah terjadi ketidak cocokan batin yang berakibat pada putusnya suatu tali perkawinan melalui suatu putusan pengadilan. Seorang isteri yang beragama Islam yang hendak mengajukan perkara perceraian, harus mengajukan gugatan perceraian kepada Pengadilan Agama. Sedangkan untuk suami yang menginginkan adanya perceraian dapat mengajukan talak kepada istrinya. Gugatan Cerai dibuat sedemikian rupa,

4 yang secara formal berisikan identitas para pihak, posita atau duduknya perkara dan petitum atau tuntutan. a. Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat (isteri), kecuali : b. Jika penggugat (isteri) dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat (suami), gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan Agama tempat kediaman tergugat (suami). c. Jika penggugat (isteri) bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat (suami). d. Jika penggugat dan tergugat (suami isteri) bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Kenyataan membuktikan bahwa, gugatan perceraian bagi masyarakat yang beragam Islam yang diajukan penggugat (isteri) kepada Pengadilan Agama, gugatannya bersifat Komulatif, menyangkut pula gugatan soal-soal lainnya; seperti nafkah, penguasaan anak, nafkah isteri dan harta bersama suami isteri ini dibolehkan, soal penguasaan anak, nafkah isteri dan harta bersama suami isteri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.

5 B. Pembatasan Masalah Agar lebih terarah pada inti permasalahan yang akan diteliti maka menganggap perlu untuk mengadakan pembatasan masalah, agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Dalam hal ini mengingat masalah pernikahan adalah sangat komplek dan luas antara lain tentang nikah, talak, cerai dan rujuk maka pokok permasalahan yang penulis ambil adalah hanya mengenai tindak kekerasan sebagai alasan dalam perceraian dimana studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengenai perceraian di Pengadilan Agama Surakarta, dimana semua itu tak lepas dari observasi penulis di lapangan. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat memberikan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bentuk bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang manakah yang diakhiri dengan perceraian? 2. Bagaimanakah proses peradilan dalam perceraian yang diakibatkan oleh tindak kekerasan di Pengadilan Agama Surakarta dalam pengaturannya? 3. Hambatan-hambatan apakah yang ditemui dalam pengajuan perceraian dengan alasan tindak kekerasan di Pengadilan Agama Surakarta?

6 D. Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian tentu mempunyai suatu tujuan tertentu yaitu ingin memperoleh data guna menjawab masalah yang timbul dalam hubungannya dengan obyek yang diteliti. Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini pada garis besarnya dapat diperinci dalam dua tujuan antara lain : 1. Mengetahui bentuk bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang diakhiri dengan perceraian. 2. Mengetahui proses peradilan dalam perceraian yang diakibatkan oleh tindak kekerasan di Pengadilan Agama Surakarta. 3. Mengkaji tentang hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses peradilan perceraian yang diakibatkan oleh tindak kekerasan di Pengadilan Agama Surakarta. E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penulis berharap dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa pada umumnya dan Fakultas Hukum pada khususnya. Memberikan pengetahuan tentang proses peradilan dalam perceraian yang diakibatkan oleh tindak kekerasan dan hambatan yang dihadapi serta masih banyak lagi manfaat yang lainnya yang penulis tidak mungkin menyebutkan satu per satu.

7 b. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat disajikannya data mengenai proses peradilan dalam perceraian yang diakibatkan oleh tindak kekerasan yang terjadi dalam praktek. F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran yang diteliti. Di samping itu digunakan dalam rangka memperoleh data yang akurat dan relevan, untuk dapat dianalisa serta dapat disusun data tersebut secara sistematis sesuai dengan tujuan diadakan penelitian tersebut. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian sebagai berikut : 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian untuk penulisan hukum tentang proses peradilan dalam perceraian yang diakibatkan oleh tindak kekerasan di Pengadilan Agama Surakarta yang berada di Jalan Veteran, Tipes Surakarta dan hambatan yang dialaminya. Alasan pemilihan lokasi di Pengadilan Agama Surakarta adalah mengingat Pengadilan Agama Surakarta merupakan instansi yang berwenang melakukan pemeriksaan perceraian serta kuantitas atau jumlah kasus yang ditangani cukup banyak yaitu sekitar 124 kasus yang didaftarkan di Pengadilan Agama Surakarta terhitung bulan Januari sampai dengan Juni 2009.

8 2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian yang penulis lakukan ini adalah yuridis normatif yaitu penelitian yang lebih mengutamakan penggunaan data sekunder dimana data primer sebagai data pendukung saja. 2 Penggunaan penelitian normatif yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder sebagai data pokok yang berupa dokumen atau arsip yaitu berupa putusan Pengadilan Agama Surakarta dan didukung oleh wawancara atau penelitian langsung di Pengadilan Agama. 3. 3. Sifat Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif analitis adalah penelitian yang tata kerjanya memberikan data seteliti mungkin tentang gejala-gejala dari aktivitas manusia, sifat-sifat dari benda dan hasil karya manusia, keadaan dan gejala-gejala lainnya. 4 Penelitian deskripstif analisis menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, veriable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. 5 2 Khudzalifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta, FH UMS, hal 15 3 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1985, hal 52. 4 Ibid, hal 10. 5 M Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung, Pustaka Setia, 2001, hal 89

9 Penulis menggunakan penelitian yang bersifat diskriptif ini guna mengetahui gambaran secara nyata mengenai proses peradilan dalam perceraian yang diakibatkan oleh tindak kekerasan dan hambatannya di Pengadilan Agama Surakarta. 4. Jenis Data yang Dikumpulkan Penelitian ini menggunakan bahan atau materi hukum sekunder yaitu bahan hukum yang berupa dokumen, literatur dan buku kepustakaan yang terbagi menjadi : 6 a. Bahan hukum primer - Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata - UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan - PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 - UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. - UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama b. Bahan hukum sekunder - Putusan Pengadilan Agama Surakarta tentang perceraian yang diakibatkan tindak kekerasan oleh suami - Buku literatur c. Bahan hukum tersier berupa kamus hukum dan ensiklopedia. 6 Ibid, hal 89

10 Selain data sekunder penelitian ini juga dibantu dengan sumber data primer berupa data yang diperoleh pertama kali dari perilaku masyarakat melalui penelitian. 7 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang obyektif dalam penelitian ini diperlukan data Sekunder dan wawancara sebagai data tambahan. a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan sangat penting sebagai dasar teori maupun sebagai data pendukung. Dalam studi kepustakaan ini penulis mengkaji dan mempelajari bahan-bahan tertulis yang relevan dengan masalah yang telah dirumuskan serta menunjang materi yang diteliti. b. Wawancara (Interview) Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden guna memperoleh sejumlah data atau keterangan secara langsung mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan para pejabat atau karyawan di lingkungan Pengadilan Agama Surakarta. 6. Teknik Analisis Data Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata 7 Ibid, hal 12

11 dengan meneliti dan mempelajari obyek penelitian secara utuh. Hal tersebut bertujuan agar penelitian dapat mengerti dan memahami gejala yang diteliti. 8 Desain penelitian kualitatif karena proses pengumpulan dan pengolahan data umumnya bersifat pengamatan dari awal hingga akhir (longitudinal). 9 G. Sistematika Skripsi BAB I yaitu Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II yaitu Landasan Teori yang terdiri dari tinjauan umum tentang perkawinan ( pengertian dan tujuan perkawinan, syarat dan rukun dalam perkawinan, proses beracara di pengadilan agama ), pengertian, sebab, dan akibat perceraian (pengertian perceraian, factor penyebab dan akibat hukum perceraian ), kekerasa dalam rumah tangga sebagai tindak pidana, proses perceraian menurut UU No. 1 tahun 1974. BAB III yaitu Hasil penelitian dan analisa yang terdiri dari bentukbentuk kekerasan dalam rumah tangga yang diakhiri dengan perceraian, proses peradilan dalam perceraian yang diakibatkan oleh tindak kekerasan di Pengadilan Agama Surakarta dalam pengaturannya, hambatan-hambatan yang 8 Ibid, hal 32. 9 M Subana,, op.cit, hal 18

12 ditemui dalam pengajuan perceraian dengan alasan tindak kekerasan di Pengadilan Agama Surakarta. BAB IV Penutup yaitu kesimpulan dan saran-saran.