BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan Undang Undang No 5 Tahun 1960

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, dikarenakan tanah adalah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

BAB I PENDAHULUAN. berlindung dan melanjutkan kehidupannya. Sejalan dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana dan kebutuhan yang amat penting bagi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan bagian yang paling penting dan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB III PENUTUP. 1. Pelaksanaan peralihan hak milik atas tanah karena (hibah) di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

UNIVERSISTAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan sesuatu yang mempunyai peran penting bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

JURNAL. Diajukan oleh : Lusius Maria Bram Bintang Ferdinanta. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan LingkunganHidup

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

JURNAL PEROLEHAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH KARENA PERALIHAN (JUAL BELI) DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KOTA SAMARINDA

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB II PROSEDUR PENERBITAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH. teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukkan kepada luas, nilai dan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang. pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pembangunan yang meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN; A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana kita ketahui bersama, tanah merupakan kebutuhan dan

RESUME KUTIPAN BUKU LETER C SEBAGAI ALAT BUKTI PERSIL TERHADAP SERTIFIKAT GANDA

rakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan bagi kehidupan

BAB III PENUTUP. 1. Peralihan Hak Guna Bangunan (karena jual beli) untuk rumah tinggal telah

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

PELAKSANAAN PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DITERLANTARKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

PELAKSANAAN PENINGKATAN HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK UNTUK RUMAH TINGGAL DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adat. Setelah Indonesia merdeka Indonesia merupakan negara hukum yang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB 2 PEMBAHASAN. 2.1 Pendaftaran Tanah

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum mengenai hak atas tanah bagi rakyat Indonesia seluruhnya. Pasal 19 ayat (1) dan (2) UUPA mengatur secara tegas mengenai pendaftaran tanah, yaitu: (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi : a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Pasal 19 UUPA ini ditujukan kepada Pemerintah sebagai suatu instruksi agar di seluruh wilayah Indonesia diadakan pendaftaran tanah yang bersifat recht kadaster artinya bertujuan menjamin kepastian hukum. Jaminan kepastian hukum ini sangat penting karena dengan diadakannya pendaftaran tanah akan diketahui data yuridis dan data fisik suatu tanah. Selanjutnya ketentuan mengenai pendaftaran tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagai tindak lanjut dari apa yang diatur dalam Pasal 19 UUPA. Adapun Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tersebut menjelaskan definisi dari pendaftaran tanah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tersebut, 1

2 Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyalinan serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. PP Nomor 24 Tahun 1997 juga mengatur tujuan dari pendaftaran tanah. Pasal 3 PP No. 24 Tahun 1997 menentukan bahwa tujuan dari pendaftaran tanah ialah: a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan; b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi. Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 3 huruf a PP No. 24 Tahun 1997 di atas, merupakan salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang diperintahkan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yaitu untuk menjamin kepastian hukum. Dengan kata lain, apa yang disebutkan dalam PP No. 24 Tahun 1997 tersebut, sejalan atau sinkron dengan Pasal 19 ayat (1) UUPA. Kepastian hukum yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA dan Pasal 3 huruf a PP No. 24 Tahun 1997 ialah kepastian hukum tentang data yuridis dan data fisik penguasaan tanah. Dengan demikian kepastian hukum tersebut meliputi kepastian orang atau badan hukum yang menjadi pemegang hak yang disebut juga kepastian mengenai subyek hak dan kepastian mengenai letak,

3 batas-batasnya serta luas bidang-bidang tanah yang disebut juga kepastian mengenai obyek hak. 1 Berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (1) UUPA, kepastian hukum yang dimaksud dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Kepastian mengenai subyek hukum hak atas tanah (orang atau badan hukum); b. Kepastian mengenai letak, batas, ukuran/luas tanah atau kepastian mengenai obyek hak; c. Kepastian mengenai status hak atas tanah yang menjadi landasan hubungan-hubungan hukum antara tanah dengan orang/badan hukum. 2 Ketentuan mengenai pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UUPA tidak hanya ditujukan kepada Pemerintah, tetapi ketentuan ini juga ditujukan kepada pemegang hak atas tanah. Hak atas tanah yang wajib didaftarkan oleh pemegang haknya menurut UUPA adalah Hak Milik (Pasal 23), Hak Guna Usaha (Pasal 32), dan Hak Guna Bangunan (Pasal 38). Salah satu macam hak atas tanah yang wajib didaftarkan adalah hak milik. Pengertian dari hak milik sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (1) UUPA yaitu: Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. Pengertian hak milik sebagai hak turun-temurun mengandung makna bahwa hak milik tidak hanya berlangsung selama hidup pemegang hak milik 1 Departemen Dalam Negeri,1986, Pelaksanaan Tugas Keagrariaan Dalam Pembangunan, hlm. 71. 2 R. Soeprapto, 1986, UUPA Dalam Praktek, Mitra Sari, Jakarta, hlm. 322.

4 atau tidak terbatas jangka waktu penguasaannya, dan jika pemiliknya meninggal dunia maka akan dilanjutkan oleh ahli warisnya. Hak milik merupakan hak yang ter-(dalam arti: paling)-kuat dan terpenuh di antara hakhak atas tanah menurut UUPA. 3 Hak milik disebut sebagai hak atas tanah yang terkuat karena hak milik merupakan induk dari hak atas tanah lainnya atau dapat dibebani dengan hak atas tanah yang lain dan wajib didaftar. Sifat lain dari hak milik adalah merupakan hak atas tanah yang terpenuh karena pemegang hak milik diberi wewenang yang lebih luas untuk menggunakan tanah haknya. Selanjutnya, Pasal 23 ayat (1) UUPA menentukan bahwa: Setiap peralihan, hapus dan pembebanan hak milik dengan hak-hak lain harus didaftar. Pendaftaran tersebut merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak milik tersebut. Terwujudnya kepastian dan perlindungan hukum bagi pemegang hak milik atas tanah akan tercapai apabila pemegang hak milik atas tanah telah mendaftarkan hak dan peralihannya, sehingga pemegang hak milik atas tanah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak milik atas tanah tersebut dan kepada pemegang hak milik atas tanah tersebut diberikan surat tanda bukti hak sebagai alat bukti yang kuat. Alat bukti yang kuat ini dikenal dengan sebutan sertipikat hak millik atas tanah. Sertipikat menurut Pasal 1 butir 20 PP No. 24 Tahun 1997 adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c 3 Boedi Harsono, 1995, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, edisi revisi cetakan ke-6 jilid I, Penerbit Djambatan, Jakarta, hlm. 127.

5 UUPA, yaitu sebagai alat bukti yang kuat. Alat bukti yang kuat di sini mengandung makna bahwa hakim pengadilan harus menerima bahwa data yang ada dalam sertipikat tersebut adalah data yang benar selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain. Data yang ada dalam sertipikat sebagai alat bukti yang kuat mencakup data yuridis dan data fisik. Sehubungan dengan hal tersebut, Pasal 32 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997 menentukan bahwa: Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang dimuat di dalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Hal ini mengandung makna bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data yuridis dan data fisik yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai data yang benar. Berkaitan dengan Pasal 32 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997, maka Pasal 32 ayat (2) PP No. 24 Tahun 1997 menentukan bahwa: Atas suatu bidang tanah yang sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum, maka pihak yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkan sertipikat tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut. Berdasarkan ketentuan Pasal 32 ayat (1) tersebut dapat diketahui syaratsyarat tertentu yang harus dipenuhi oleh pemegang hak atas tanah untuk memperoleh jaminan kepastian dan perlindungan hukum. Syarat-syarat tersebut adalah: a. Sertipikat hak atas tanah diperoleh dengan itikad baik;

6 b. Pemegang hak atas tanah harus menguasai tanah secara fisik sejak lima tahun diterbitkannya sertipikat hak milik atas tanah tersebut; c. Lima tahun sejak diterbitkannya sertipikat hak atas tanah, tidak ada keberatan dari pihak ke-3, maka keberadaan sertipikat hak atas tanah tidak dapat diganggugugat lagi. Meskipun jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah telah diatur sedemikian rupa dalam UUPA dan PP No. 24 Tahun 1997, namun masih saja terdapat permasalahan dalam hal penguasaan sebidang tanah, misalnya saja terhadap sebidang tanah yang telah dikuasai oleh subyek hukum selama bertahun-tahun dan telah dilengkapi dengan sertipikat. Terhadap tanah tersebut masih saja ada pihak-pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah tersebut yang kemudian menuntut hak yang sama atas tanah tersebut. Hal ini sangat bertentangan dengan kenyataan yang menunjukkan betapa alat bukti berupa sertipikat (sertipikat hak atas tanah) belum mewujudkan kepastian dan perlindungan hukum bagi seseorang atau badan hukum yang menguasai tanah. Permasalahan seperti ini sering kali terjadi di berbagai daerah di Indonesia, demikian pula di Kota Yogyakarta. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya pemegang hak milik atas tanah khususnya yang diperoleh dari peralihan hak jual beli, yang mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan guna memperoleh sertipikat atas tanahnya. Berkaitan dengan hal ini, banyak kontraktor mengingatkan agar berhati-hati membeli rumah di

7 perumahan di Yogya karena banyak sertipikat bermasalah. 4 Bahkan beberapa kalangan menyebutkan bahwa kurang lebih 85% tanah di Indonesia bermasalah karena terkait dokumen dan sertipikat palsu. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: apakah perolehan sertipikat hak milik atas tanah karena peralihan hak (jual beli) telah mewujudkan kepastian dan perlindungan hukum di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis apakah perolehan sertipikat hak milik atas tanah karena peralihan hak (jual beli) di Kota Yogyakarta telah mewujudkan kepastian dan perlindungan hukum. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. perkembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya Hukum Pertanahan mengenai sertipikat hak milik atas tanah karena peralihan hak (jual beli) sebagai alat bukti hak yang kuat dalam mewujudkan kepastian dan perlindungan hukum; 4 http://ummu0salman.multiply.com/journal/item/11, diakses pada tanggal 14 Mei 2010, pukul 12.00. 5 http://archive.kaskus.us/thread/770887, diakses pada tanggal 14 Mei 2010, pukul 11.00.

8 2. pelaksana hukum, yaitu Aparat Pemerintah Daerah yang dalam hal ini adalah Kepala Kantor Pertanahan khususnya di Kota Yogyakarta mengenai sertipikat hak milik atas tanah karena peralihan hak (jual beli) sebagai alat bukti hak yang kuat dalam mewujudkan kepastian dan perlindungan hukum; 3. masyarakat khususnya pemegang hak milik atas tanah yang memperoleh sertipikat karena peralihan hak (jual beli) sebagai alat bukti hak yang kuat dalam mewujudkan kepastian dan perlindungan hukum. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan Penulis, permasalahan yang diteliti, dengan judul Perolehan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Karena Peralihan (Jual Beli) Dalam Mewujudkan Kepastian Dan Perlindungan Hukum Di Kota Yogyakarta ini, merupakan permasalahan yang pertama kali diteliti oleh Penulis. Jika ditemukan penelitian lain dengan permasalahan yang sama, maka penelitian ini menjadi pelengkap dari penelitian sebelumnya. F. Batasan Konsep 1. Hak milik atas tanah adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat fungsi sosial dari hak atas tanah (Pasal 20 ayat (1) UUPA. 2. Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan,

9 tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan (Pasal 1 butir 20 PP No. 24 Tahun 1997). Jadi, sertipikat hak milik atas tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA. 3. Kepastian hukum adalah kepastian mengenai data yuridis dan data fisik penguasaan tanah dengan mendaftarkan hak milik atas tanah guna memperoleh sertipikat sebagai alat bukti yang kuat. Kepastian hukum mengenai data yuridis meliputi kepastian mengenai subyek hukum hak atas tanah (orang atau badan hukum), sedangkan kepastian hukum mengenai data fisik meliputi kepastian mengenai letak, batas, ukuran/luas tanah atau kepastian mengenai obyek hak, dan kepastian mengenai status hak atas tanah yang menjadi landasan hubungan-hubungan hukum antar tanah dengan orang/badan hukum. 6 4. Perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan tanah. Hukum berfungsi sebagai perlindungan bagi kepentingan manusia, agar manusia terlindungi maka hukum harus dilaksanakan. Hal ini berarti bahwa masyarakat sebagai pemegang hak atas tanah sanagat memerlukan perlindungan terhadap kepentingan-kepentingannya mengenai hak atas tanah yang dikuasainya. Wujud dari perlindungan hukum bagi hak atas tanah adalah penghormatan terhadap hak atas tanah itu sendiri, baik yang dipunyai perorangan atau masyarakat hukum adat itu sendiri. 7 6 R. Soeprapto, Op.,cit, hlm. 322. 7 Sudikno Mertokusumo, Op.,cit, hlm. 145.

10 G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utama untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. 2. Sumber data a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dari responden tentang obyek yang diteliti. b. Data sekunder terdiri dari : 1) Bahan hukum primer, meliputi peraturan perundang-undangan yang terkait yaitu : (a) UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria; (b) PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; (c) PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; (d) PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah; (e) PMNA/KBPN No. 4 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

11 2) Bahan hukum sekunder meliputi buku-buku, hasil penelitian, artikel yang terkait dengan perolehan sertipikat hak milik atas tanah karena peralihan hak (jual beli) dalam mewujudkan kepastian dan perlindungan hukum. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian hukum ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara kuesioner, wawancara, dan studi kepustakaan. a. Kuesioner Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang ditujukan kepada para responden. b. Wawancara Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung kepada narasumber dengan menggunakan pedoman wawancara. c. Studi kepustakaan Studi kepustakaan yaitu membaca, mempelajari dan memahami buku-buku dan mendeskripsikan, mensistematisasikan, menganalisis, mengintepretasikan dan menilai peraturan perundang-undangan dengan menggunakan penalaran hukum yang berhubungan dengan sertipikat hak milik atas tanah karena peralihan hak (jual beli) sebagai surat tanda bukti hak yang kuat dalam mewujudkan kepastian dan perlindungan hukum.

12 4. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta yang terdiri dari 14 kecamatan. Dari 14 kecamatan yang ada diambil 2 kecamatan sebagai sampel dengan cara purposive sampling, yaitu penentuan sampel yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu dari wilayah yang bersangkutan yaitu daerah yang anggota masyarakatnya melakukan pendaftaran peralihan hak milik atas tanah karena jual beli dan telah memperoleh sertipikat hak milik atas tanah. Kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Gondokusuman dan Kecamatan Umbulharjo. Hal ini dapat diketahui dari informasi yang diberikan oleh Sub Seksi Peralihan Hak dan PPAT. Selanjutnya di masing-masing kecamatan diambil 2 (dua) kelurahan sebagai sampel dengan cara random sampling, yaitu sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota. Adapun 2 kecamatan dan 4 kelurahan yang dimaksud adalah : 1. Kecamatan : Gondokusuman a. Kelurahan : Baciro b. Kelurahan : Terban 2. Kecamatan : Umbulharjo a. Kelurahan : Semaki b. Kelurahan : Muja-muju 5. Populasi dan Sampel Populasi ialah seluruh objek yang menjadi pengamatan peneliti. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah pemegang hak milik atas tanah yang membeli tanah melakukan pendaftaran hak milik atas tanah.

13 Sampel dalam penelitian ini adalah pemegang hak milik atas tanah yang terdapat di 4 kelurahan yang ada di 2 kecamatan tersebut di atas yang telah melakukan pendaftaran peralihan hak milik atas tanah karena jual beli dan telah memperoleh sertipikat hak milik atas tanah karena jual beli. 6. Responden dan Nara Sumber a. Responden Responden yang ada di 4 kelurahan dijadikan sebagai sampel diambil masing-masing 5 orang dari tiap kelurahan dengan cara random sampling, di Kelurahan Baciro, Kelurahan Terban, Kelurahan Semaki, dan Kelurahan Muja-muju di Kota Yogyakarta, sehingga jumlah respondennya ada 20 (dua puluh) orang responden. b. Nara Sumber Untuk melengkapi data, peneliti melakukan wawancara dengan Nara Sumber yang terkait di Kota Yogyakarta, yaitu: 1. Kepala Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta; 2. Kepala Kantor Statistik Kota Yogyakarta; 3. Camat/PPAT Kecamatan Gondokusuman di Kota Yogyakarta; 4. Camat/PPAT Kecamatan Umbulharjo di Kota Yogyakarta;. 7. Metode Analisis Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data-data yang dikumpulkan secara sistematis sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai masalah atau keadaan yang diteliti. 8 Metode berpikir yang digunakan untuk 8 Suryono Sukanto, 1989, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 250.

14 menarik kesimpulan adalah metode berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya khusus kemudian menilai suatu kejadian yang umum. 9 H. Sistematika Penulisan Penulisan hukum ini terdiri 3 (tiga) bab yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Keaslian penelitian, Batasan konsep, Metode penelitian, dan Sistematika penulisan. BAB II PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang tinjauan tentang hak milik atas tanah, pendaftaran tanah, sertipikat tanah, dan hasil penelitian. BAB III PENUTUP Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran atas hasil penelitian. 9 Sutrisno Hadi, 1987, Metodologi Research, Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, hlm. 36.