BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan pasti memiliki tujuan sosial, ekonomis dan jangka panjang. Tujuan sosial lebih mengarah ke tujuan sebuah perusahaan dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang konsumen butuhkan. Tujuan ekonomis merupakan tujuan utama didirikannya perusahaan yaitu untuk memperoleh keuntungan. Namun, tujuan ekonomis memiliki tanggungjawab yang besar seperti tanggungjawab dalam mempertahankan eksistensi perusahaan, kepercayaan konsumen, kualitas produk dan kesejahteraan para pegawainya. Tujuan jangka panjang dari perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan yang tinggi yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Selain itu perusahaan perlu membuat citra perusahaan yang baik karena investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan juga meningkat. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Corporate social responsibility merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas 1
2 operasional yang dilakukan perusahaan. Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John Elkington. Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Corporate social responsibility di Indonesia sudah menjadi suatu kewajiban karena dinyatakan dengan tegas dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1). Dalam Pasal 66 ayat 2C Undang Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 juga dinyatakan bahwa semua perusahaan wajib untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan: Barangsiapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah. Selanjutnya, Pasal 42 ayat (1) menyatakan: Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang
3 mengakibatkan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah (Sutopoyudo, 2009). Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di seputar perusahaan. Namun yang terjasi saat ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karitatif semacam itu, karena dianggap tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal Pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development. Masyarakat sekarang lebih pintar dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Sekarang, masyarakat cenderung untuk memilih produk yang diproduksi oleh perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan atau melaksanakan CSR. Survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun 2001 dalam Sutopoyudo (2009) menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dengan pelaksanan corporate social responsibility, antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Menurut Satyo (2005) dalam Sutopoyudo (2009) Corporate social responsibility dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksanakan berkelanjutan. Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit perusahaan
4 akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Oleh karena itu, CSR berperan penting dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai hasil dari peningkatan penjualan perusahaan dengan cara melakukan berbagai aktivitas sosial di lingkungan sekitarnya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor penting untuk menilai keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri. Mulai dari penilaian asset, utang, likuiditas, dan lain sebagainya. Banyak indikator yang dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan salah satunya adalah profitabilitas. Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Profitabilitas sebagai variabel moderating digunakan dalam penelitian karena secara teoritis semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin kuat pula hubungan pengungkapan sosial dengan nilai perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) yang dahulu meneliti tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan pada periode tahun 2005 dan digunakannya kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali apakah corporate social responsibility mempengaruhi nilai perusahaan. Sedangkan beberapa variabel dalam penelitian sebelumnya yang tidak dipakai adalah kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating. Tidak dipakainya
5 variabel tersebut dikarenakan kepemilikan manajemen sudah berpengaruh positif di dalam peningkatan luas pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan, sehingga digunakan variabel lain untuk menguji pengaruhnya di dalam hubungan corporate social responsibility dan nilai perusahaan, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating dalam laporan tahunan perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013 sampai dengan 2015. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility dalam Laporan Tahunan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 2015. 2. Apakah profitabilitas mampu memoderasi hubungan antara Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Laporan Tahunan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 2015. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang: Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015 dan Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Laporan Tahunan berpengaruh terhadap Nilai dengan Profitabilitas sebagai
6 variabel moderating pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat praktis, hasil penelitian ini sebagai bahan acuan perusahaan untuk melaksanakan pengungkapan Corporate Social Responsibility serta melihat pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating. 2. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk kajian akademik tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating. 3. Manfaat Kebijakan, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai bahan pertimbangan bagi kalangan regulator dalam menentukan peraturan yang terkait dengan penelitian tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating. 1.5 Ruang Lingkup Masalah Agar dapat mengarah ke pembahasan dan tidak meluas sehingga tidak menyimpang dari materi-materi pokoknya, dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel
7 moderating. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perusahaan LQ- 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015.