BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang hidup pasti membutuhkan pendidikan, agar tujuan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga seorang guru mampu memberikan bekal-bekal kepada siswanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem. Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Rokhmah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Dasar dan Menengah. Landasan tersebut menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya prestasi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian tujuan pendidikan nasional tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa saja, tetapi juga bertanggung jawab atas kemajuan bangsa. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Amanat penting dari UU guru dan dosen tersebut yaitu kompetensi guru, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi ilmu 1

pengetahuan sosial dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Hal ini dikarenakan di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat akibat kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Mata pelajaran IPS bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial dan juga berupaya membina dan mengembangkan peserta didik menjadi sumber daya manusia yang berketerampilan sosial dan intelektual sebagai warga masyarakat dan warga negara yang memiliki perhatian, kepedulian sosial yang bertanggung jawab. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Kurikulum 2006 di tingkat SD menyatakan bahwa pengetahuan sosial bertujuan untuk: 1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social; 3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan 2

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mencakup beberapa aspek antara lain manusia, tempat, dan lingkungan, waktu keberlanjutan, dan perubahan, sistem sosial dan budaya, Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Menurut Zuraik dalam Ahmad S (2016, h. 137) hakikat IPS adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya benar benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan merupakan ilmu yang hanya menghafalkan konsep saja, tetapi dari konsep tersebut dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari siswa yang akan datang, baik di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat, maupun di lingkungan sekitar siswa. Sedangkan menurut Driyakara dalam Hasbullah (2011, h. 7), bahwa pendidikan pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik), pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis dan sistematis. Akan tetapi dalam kenyataan di lapangan masih ada anggapan bahwa IPS sebagai mata pelajaran yang sudah terbentuk pola pikir yang hafalan. Pola pikir tersebut membuat siswa menjadi malas untuk mempelajari IPS. Selain itu ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan IPS dalam praktek sehari-sehari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran IPS, disamping pengajar IPS yang mengajar secara pasif, monoton dan tidak menggunakan alat peraga. Pelajaran IPS berisi fakta dan peristiwa yang sangat dekat dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu, sudah semestinya pelajaran IPS menarik dan 3

menyenangkan. Siswa dapat mengungkapkan apa yang dilihat atau dialami dan kemudian membandingkannya dengan konsep-konsep IPS. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran IPS adalah keterampilan guru yang kurang maksimal dalam pengelolaan kelas, guru dalam menggunakan media kurang optimal, minimnya strategi yang dilakukan guru saat mengajar, cara mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, guru belum menjadikan pembelajaran menjadi menarik dan berkesan bagi siswa, siswa menerima materi secara pasif, siswa kurang aktif bertanya, dan siswa kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi pelajaran. Sedangkan untuk mengajarkan mata pelajaran IPS tentang materi Jenis- Jenis Pekerjaan guru membutuhkan media yang menarik. Media tersebut digunakan agar siswa senang dan tidak bosan sehingga tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Memilih dan menggunakan media harus disesuaikan dengan karakteristik anak. Siswa SD senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan gambar, karena gambar dapat mengembangkan kemampuan visual, mengembangkan imajinasi anak, membentu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan dalam kelas, serta dapat mengembangkan kreativita siswa. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran IPS pada kelas IV SDN Kopo Elok kota Bandung maka perlu sekali adanya peningkatan kualitas pembelajarannya, agar hasil belajar dapat meningkat. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperolehdari hasil tes mengenal sejjumlah materipelajaran tertentu, K. Brahim dalam Ahmad S (2016, h. 5). Setelah 4

melihat permasalahan yang ada pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN Kopo Elok Kota Bandung maka peneliti menetapkan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menggunakan salah satu model pembelajaran example non example. Menurut Chausan dalam Abdul Azis, (2009, h. 52) Model of teaching can be defined as an inctructional design... chich cause the student to interact in such a way that a specific change occurs in their behavior. Dari kutipan tersebut apat dikatakan bahwa model mengajar adalah merupakan sebuah perancanaan pengajaran yang merupakan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa desuai yang diharapkan. Salah satu dari model pembelajaran yaitu example non example adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relavan dengan KD. Dengan model example non example siswa akan diajak untuk aktif dalam pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutupnya. Karena metode ini dirancang agar siswa dapat melihat secara langsung kegiatan pembelajaran yang akan mereka lalui, selain itu agar siswa dapat mempraktikannya secara langsung sehingga mereka tidak hanya belajar secara abstrak tetapi mengalaminya secara langsung. Hal ini akan membangun pengetahuan siswa secara konkrit dan siswa tidak akan cepat lupa terhadap materi yang sudah dijelaskan. Keuntungan model example non example antara lain: Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara 5

progresif melalui pengalaman dari example non nxample. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example. Dari beberapa keunggulan model example non example diharapkan pembelajaran IPS lebih bermakna bagi siswa karena proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk diskusi sehingga diantara siswa saling memberi informasi dengan siswa lain. Model example non example akan menciptakan suasana pembelajaran IPS yang menyenangkan dan membangkitkan motivasi siswa untuk dapat menganalisis/memerhatikan gambar. Siswa akan mudah memahami konsep konsep dasar IPS dan ide ide lebih banyak dengan adanya diskusi kelompok. Keterampilan sosial seperti ini akan membantu anak menjadi lebih siap di sekolah dan lebih siap menerima pelajaran baku. B. Identifikasi Masalah Dari kenyataan diatas, peneliti dengan bantuan teman sejawat untuk berkolaborasi yaitu dengan bersama-sama mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil refleksi terungkap masalah masalah dalam pembelajaran, antara lain : 1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep masalah sosial yang ada di masyarakat. 2. Kurangnya alat peraga yang digunakan guru untuk menanamkan konsep-konsep. 3. Pembelajaran kurang menarik dan tidak menyenangkan 6

C. Rumusan Masalah Permasalahan pokok yang hendak dikaji dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kualitas pembelajaran IPS pada materi Masalah Sosial pada siswa kelas IV SDN Kopo Elok Kota Bandung. Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1. Bagaimanakah rencana pembelajaran dengan model example non example? 2. Bagaimanakan Proses yang dilakukan guru dalam menigkatkan hasil pembelajaran dengan menggunakan model example non example? 3. Bagaimana pembelajaran IPS dengan model example non example dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran di kelas IV SDN Kopo Elok Bandung? D. Batasan Masalah Pembatasan Masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien dan terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti hanya meneliti siswa kelas IV SDN Kopo Elok Bandung, Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 pada materi masalah sosial 2. Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar IPS pada materi dengan model pembelajaran example non example. 3. Penelitian ini diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa. 7

E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian antara lain: 1. Tujuan umum Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa SDN Kopo Elok Kota Bandung. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS. b. Mempermudah pemahaman siswa kelas IV SDN Kopo Elok Kota Bandung terhadap materi masalah sosial. c. Meningkatkan hasil belajar siswa, F. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat dalam pendidikan langsung maupun tidak langsung. Manfaatnya antara lain : 1. Bagi guru Menberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman terhadap model example non example sehingga guru dapat menciptakan suasana belajar bervariasi. 2. Bagi Siswa Dengan pembelajaran IPS melalui model example non example dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 3. Bagi Sekolah Dengan model example non example diharapkan dapat mutu pendidikan sekolah. 8

G. Kerangka Pemikiran Rendahnya kualitas pembelajaran IPS siswa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang efektif, siswa hanya menghafalkan materi yang disampaikan guru. Mereka tidak menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka mudah lupa dan kurang paham mempelajarinya. Dalam pelaksanaan model example non example, siswa menganalisis/memerhatikan kemudian menggenaralisasikan gambar yang ditempelkan guru di papan tulis. Dengan menggunakan gambar, siswa merasa senang dan termotivasi. Menganalisis/memerhatikan gambar adalah kegiatan yang dilakukah siswa ketika mendefinisikan konsep dari fisiknya, sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan motivasi siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan model example non example diharapkan pada kondisi akhirnya guru lebih kreatif dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.. Motivasi siswa dalam belajar IPS akan meningkat. Siswa tidak bosan dalam mempelajari IPS. Keaktifan siswa dapat meningkat sehingga hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS meningkat. H. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Dengan mendasarkan diri pada konsep diskusi yang terdiri dari berbagi macam bentuk diatas, maka agar pelaksanaannya dapat lebih efektif 9

seorang tenaga pengajar harus memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah : a. Persiapan yang matang dengan segala gambaran dari model example non example. b. Pelaksanaan pembelajaran yang inovatif tetapi tidak keluar jalur dari rencana. c. Tindak lanjut pembelajaran. d. Tujuan metode example non example adalah membuat siswa lebih paham dalam suatu pembelajaran. 2. Hipoteses Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan di atas, dapat ditarik hipotesis tindakan sebagai berikut: Pembelajaran IPS tentang materi jenis-jenis pekerjaan menggunakan model example non example dapat meningkatkan : 1. Mempermudah guru dalam melakukan tahap perencanaan 2. Mempermudah pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. 3. Meningkatkan hasil pembelajaran IPS pada siswa SDN Kopo Elok. I. Definisi Operasional Untuk mengarahkan penelitian pengambilan data, maka perlu adanya definisi operasional yakni : 1. Example Non Example Model example non example disini maksudnya adalah model yang akan diberikan pada siswa pada saat proses pembelajaran. Menurut Komalasari dalam Aris 10

S (2014, h. 73) example non example adalah model pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh contoh berupa gambar, foto dan kasus yang bermuatan masalah. Menurut Ibrahimdalam dalam Ahmad S, (2014, h. 44) Pembelajaran examples non examples adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. 2. Hasil Belajar Hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester. Nawawi dalam Ahmad S (2016, h. 5) menegaskan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Gagne dalam Ratna, (2011, h. 2) hasil belajar adalah Suatu proses dimana organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. 3. Minat Belajar minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan keterkaitan atau perhatian secara efektif yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan akan menyebabkan kepuasan dalam dirinya. Menutut Sondang (2012, h. 137) Menyatakan bahwa motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dalam menghadapi situasi tertentu yang dihadapinya. Hansen dalam 11

Ahmad S (2016, h. 57) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi, dan konsep diri atau identifikasi faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungannya. J. Struktur Organisasi Skripsi HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN HALAMAN PERMYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Batasan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Kerangka Pemikiran H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian I. Definisi Operasional J. Struktur Organisasi Skripsi 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori B. Analisis dan Pengembangan Materi BAB III METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian B. Subjek Penelitian C. Metode Penelitian D. Desain Penelitian E. Tahapan Pelaksanaan PTK F. Rancangan Pengumpulan Data G. Pengembangan Instrumen Penelitian H. Rancangan Analisis Data I. Indikator Keberhasilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripsi Hasil dan Temuan Penelitian B. Pembahasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP 13

14