BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Saat belajar siswa tidak lepas dari sumber belajar. Sumber belajar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap keluarganya, bangsanya, dan juga agamanya. Sistem pendidikan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 UU Nomor 20 tahun 2003 fungsi pendidikan adalah: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Madrasah/pesantren selama ini diakui telah mampu memberikan pembinaan dan pendidikan bagi para santri untuk menyadari sepenuhnya atas kedudukannya sebagai manusia, makhluk utama yang harus menguasai alam sekelilingnya. Sebagaimana dikatakan oleh Sukamto (1999, hlm. 12) bahwa Pesantren waktu itu mendapat pengaruh dan penghargaan besar yang mampu mempengaruhi seluruh lapisan kehidupan masyarakat. Hasil pembinaan madrasah/pesantren juga membuktikan bahwa para santri mempunyai pendidikan yang bernilai sosial. Selain akademis, keberhasilan pesantren dalam bidang pembinaan bangsa ini didorong oleh adanya potensi besar yang dimiliki oleh pesantren yakni potensi pengembangan masyarakat dan potensi pendidikan keagamaan. Kehadiran para alim ulama atau orang yang paham agama dewasa ini sangat dibutuhkan baik itu di desa maupun di kota. Pada masa sekarang ini, perilaku anak sekolah sudah banyak yang keluar dari batasan norma. Hal ini dikarenakan proses kemajuan zaman dan juga pergaulan yang tentunya tidak terjaga. Fenomena seperti itu tentunya meresahkan

para orang tua yang mempunyai anak usia sekolah. Dalam dunia yang mengalami perubahan cepat, memang tidak bisa dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian remaja mengalami ketidaktentuan saat mereka mencari identitas. Ia mengalami pertentangan nilai-nilai dan harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit dirinya yang sekaligus mengubah perannya. Pada masa remaja tentunya merupakan masa yang sulit untuk menanamkan kesadaran dalam beragama, bahkan Hartinah (2008, hlm. 206) mengatakan bahwa, Kualitas kesadaran beragama remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaannya yang diterima sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga. Maka salah satu alternatifnya untuk mengembangkan kesadaran beragama remaja itu adalah dengan menyekolahkannya ke pesantren. Kehidupan santri pada masa kini telah diuji dengan berbagai hal yang menyebabkan menurunnya minat santri dalam belajar atau menurunnya penjiwaan dirinya sebagai santri. Pengaruh kuat globalisasi seakan menarik santri untuk mengajak ke dunia luar sana melalui berbagai media massa, media komunikasi, kelompok sosial, dan lain-lain. Pengaruh seperti inilah yang dinilai santri merupakan kehidupan modern dan dianggap mengikuti zaman, karena pada dasarnya santri zaman sekarang tidak ingin disebut kuno, terlebih dengan statusnya sebagai santri. Kelompok sosial dalam bergaul pun menjadi pihak yang dianggap paling mempengaruhi kehidupan santri masa kini, terutama dalam membentuk gaya hidupnya. Kelompok sosial yang baik tentu akan memberi efek baik pula, tetapi jika bergaul dengan kelompok sosial yang buruk maka jangan salah, doktrin-doktrin sesuatu yang buruk pun akan terjadi. Semua orang bersepakat bahwa kehidupan sosial tidaklah bersifat statis, melainkan selalu berubah secara dinamis. Hal inilah yang disebut dengan perubahan sosial, dimana perubahan sosial tidak akan terlepas dari kehidupan manusia. Hal ini dijelaskan pula oleh Narwoko dan Suyanto (2007. hlm. 363) yang menyebutkan bahwa Perubahan sosial itu merujuk kepada perubahan suatu fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia. Kemajuan zaman sudah merambat ke berbagai 2

aspek, tanpa terkecuali ke dalam kehidupan para santri yang notabene merupakan pelajar di pesantren. Dalam kehidupan sebuah pesantren pada dasarnya masyarakat beranggapan bahwa dinamika kehidupannya bersifat tradisional dengan mengedepankan asas keislaman dan menjaga nilai-nilai kesopanan. Dengan demikian segala macam norma yang ada di masyarakat bisa dihormati oleh para santri yang menimba ilmu di pesantren. Tetapi kembali lagi bahwa dunia ini terus berkembang, dengan mengembangkan berbagai aspek tanpa terkecuali. Begitupun dengan kehidupan para santri, yang pada akhirnya akan terkena dampak dari kemajuan zaman, baik itu dalam hal perilaku, mode pakaian, gaya berbicara, ataupun tatakrama yang semua itu bisa digabungkan dalam istilah gaya hidup. Gaya hidup sudah menjadi sebuah pola kehidupan tersendiri bagi seorang manusia. Pengertian dari istilah gaya hidup itu sendiri menurut Kotler (tersedia di http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/18/gaya-hidup/) adalah Pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Begitupun hal nya dengan santri yang mempunyai gaya hidup tersendiri, ada sebuah ciri khas tersendiri dalam gaya hidup santri yang menjadi indentitasnya. Sebagian besar anggapan masyarakat mengenai santri bahwa yang menjadi nilai lebih dari santri itu sendiri adalah adanya penanaman nilai dan akhlak secara mendalam. Dengan demikian diharapkan sikap dan akhlak santri tersebut bisa mencerminkan seorang muslim yang taat kepada agama, orang tua, dan juga norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannya. Pada masa sekarang gaya hidup santri sudah sedikit bergeser dari gaya hidup santri zaman dahulu. Adanya perbedaan ini dikarenakan faktor perubahan sosial juga yang tidak akan bisa lepas dari kehidupan manusia. Perubahan sosial ini juga berdampak kepada santri dengan merubah berbagai ciri khas yang sudah melekat padanya. Gaya hidup santri sudah hampir sama dengan gaya hidup orang 3

yang bukan seorang santri, kemajuan zaman sudah merubah karakter santri yang sesungguhnya. Timbulnya hal ini tentu tidak lepas dari pengaruh luar, salah satunya adalah dari pergaulan. Gaya hidup santri pada saat ini tidak mencerminkan kesederhanaan seperti ajaran kiainya ataupun asatidznya. Dalam berperilaku mereka sudah jarang menghiraukan norma dan nilai yang dianut di pesantren dan hidup lazimnya orang-orang yang bukan lulusan pesantren. Belum lagi, santri yang sudah lulus kemudian bekerja secara serabutan dan beralih-alih demi mencapai kepentingan instan. Mereka tidak lagi bekerja dengan idealisme, tetapi pragmatis. Maka dari fenomena seperti itu, tak heran ada gerutuan ataupun celoteh-celoteh dari masyarakat, jangankan menjadi teladan, seorang santri malah menjadi bahan umpatan. Fakta tersebut memang ada, apalagi jika melihat perubahan sosial karena perkembangan zaman. Tetapi, perlu digaris bawahi bahwa anggapan seperti ini tidak terjadi dan mengeneralisasi kepada seluruh santri, tetapi hanya terlihat cukup mengemuka dan merata mulai kota hingga daerah. Sudah ada celotehan di kalangan masyarakat bahwa sekarang ini tidak ada bedanya antara mereka yang pernah mengenyam pendidikan agama dan yang tidak. Mereka yang tidak punya basis keilmuan agama tampil dengan cemerlang, berakhlak baik, dan ketika menjadi pemimpin terlihat benar-benar amanah, merakyat, dan bekerja dengan baik. Sebagai seorang manusia, tentu tidak akan pernah terlepas dengan yang namanya kelompok sosial. Menurut Narwoko dan Suyanto (2007, hlm. 23) menyebutkan, hidup manusia selalu tergantung dengan manusia lainnya dalam memenuhi ketiga hajat hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia, karena manusia tidak dapat hidup secara mandiri. Para santri tidak berbeda halnya dengan anak-anak remaja pada umumnya, mereka mempunyai teman bermain sebagai kelompok sosial mereka. Hal ini mereka butuhkan sebagai identitas dari eksistensinya dalam masyarakat. Namun apakah semua santri mempunyai 4

kelompok sosial yang baik, sesuai dan sejalan dengan latar belakang pendidikan, itu belum bisa dibuktikan. Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian santri mempunyai kelompok sosial yang berbeda dari kehidupannya di pesantren. Pengaruh peer group sangat signifikan bagi perkembangan seorang remaja, termasuk santri, jika kelompoknya mempunyai gaya hidup yang baik, maka akan baik pula anggota kelompok tersebut, namun sebaliknya juga jika kelompoknya mempunyai gaya hidup yang jelek maka akan jelek pula perilaku anggotanya. Hal seperti inilah yang bisa menimbulkan gaya hidup santri yang bukan layaknya seperti seorang santri yang semestinya. Dengan fenomena seperti itu, dikhawatirkan nanti dunia santri mendapat stigma yang miring. Dampaknya, alih-alih para orang tua menginginkan anaknya menjadi ahli agama, untuk menyekolahkan di sekolah agama atau pesantren saja mereka enggan. Yang menjadi objek penelitian adalah Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada, yang merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang mengusung pendidikan Islam modern. Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada adalah sebuah pesantren yang terletak di RT. 01 RW. 01 desa Cipada kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Pesantren ini merupakan satu-satunya lembaga pesantren yang ada di desa Cipada. Tingkat sasaran peserta didiknya adalah kalangan anak-anak setingkat SMP dan SMA atau biasa disebut tingkat Tsanawiyah dan tingkat Aliyah. Para peserta didik atau santri yang belajar di pesantren tersebut adalah warga kalangan sekitar yang tidak jauh dari lokasi pesantren. Sebelum berkembangnya arus modernisasi ke daerah sekitar pesantren Persis 16 Cipada, kehidupan santri pun masih menjaga nilai-nilai yang diajarkan di pesantren. Gaya hidup layaknya seorang santri menjadi kebanggaan tersendiri ketika dia bersekolah di pesantren. Tetapi memang pada dasarnya perubahan sosial akan selalu terjadi, tak terkecuali ke dalam pesantren. Gaya hidup santri generasi sekarang sudah berbeda dari yang dulu. Jika dilihat, sedikit sulit untuk membedakan antara siswa sekolah umum dengan santri dalam hal gaya hidup. Tingkah laku, gaya bicara, mode pakaian, dan ketaatan baik terhadap peraturan 5

pesantren, agama, maupun norma yang berlaku pun sudah mulai bergeser mengikuti arus zaman. Tetapi kembali lagi bahwa fenomena ini tidak mengeneralisasi atau mencakup keseluruhan dari santri. Hasil penelitian dari Nurdiansyah (2011) dengan judul Kajian tentang Pola Pendidikan di Pesantren dalam Membentuk Karakter Santri di Era Globalisasi (Studi Deskriptif Analitis di Pondok Pesantren Modern Mathla ul Huda). Dalam penelitiannya dia menyebutkan bahwa sikap dan perilaku santri pesantren tersebut hingga saat ini tetap terjaga dengan baik, artinya sikap dan perilaku sehari-hari masih berada dalam koridor dan batas-batas agama, seperti ibadah tepat waktu, cara bergaul antara santriwan dan santriwati yang tidak berlebihan, para santri yang begitu menghormati para asatidz dan ustadzah serta perilaku-perilaku lain yang bersumber pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hal tersebut karena pondok pesantren tersebut memiliki kebijakan untuk membatasi para santrinya di dalam lingkungan pesantren. Adapun penelitian yang menjelaskan mengenai pergaulan kelompok sosial dari Yunita Pratiwi (2008) dengan judul Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa di Sekolah (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Siswa Kelas XI SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung). Dalam penelitiannya dia menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelompok teman sebaya tertentu yang memang berpengaruh terhadap perilaku menyimpang siswa di sekolah, khususnya perilaku menyimpang yang bersifat amoral/asusila. Penelitian di pesantren Persis pun pernah dilakukan oleh Rokayah (2012) dengan judul Sistem Pendidikan Islam Pesantren PERSIS (Studi Deskriptif di Pesantren Persatuan Islam Pajagalan Bandung). Dalam penelitiannya pun, beliau hanya menjelaskan seputar sistem dan konsep pendidikan yang ada di pesantren Persis, dia menyatakan bahwa sistem pendidikan pesantren sangat penting untuk diteliti, sehingga akan adanya suatu fakta dan data yang dapat dijadikan gambaran umum kekhasan serta kekhususan pesantren Persis, yang dapat menjadi percontohan bagi lembaga pendidikan Islam secara umum. 6

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu, dapat ditemukan hasil bahwa pesantren pada hakikatnya adalah lembaga untuk menanamkan ilmu keagamaan sekaligus ilmu umum kepada para santri, di samping itu ada pula pengembangan karakter dan juga pembinaan akhlak santri agar sesuai dengan tuntunan agama. Tetapi dengan demikian belum ada penelitian yang mengkaji mengenai gaya hidup dari santri sebagai akibat dari pergaulan dengan kelompok sosialnya. Oleh karena itu penulis mengadakan penelitian mengenai Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada Kecamatan Cikalongwetan dengan tujuan untuk mengetahui dan memperkaya pengetahuan mengenai gaya hidup santri zaman sekarang yang dipengaruhi pergaulan dengan kelompok sosialnya. Yang menjadi alasan rasional penulis dalam penelitian ini adalah adanya kelompok-kelompok sosial dalam kehidupan santri di pesantren Persis 16 Cipada yang mempunyai nilai dan norma yang dianut bersama dalam kelompoknya. Terdapat bermacam-macam kelompok sosial yang dibentuk para santri, baik itu berupa kelompok formal yang dimana sengaja dibentuk oleh pesantren untuk menampung kegiatan para santri ataupun kelompok informal yang merupakan kelompok pertemanan para santri. Berbagai macam dan tipe kelompok pertemanan santri hadir di pesantren ini, ada kelompok yang selalu menampilkan tata kelakuan dan gaya hidup yang sesuai diajarkan oleh agama dan pesantren, dan ada pula kelompok yang di mana nilai dan norma yang dianut dalam kelompok tersebut tidak sesuai dengan kaidah Islam dan pesantren. Tentu anggapan tersebut tidak bisa digeneralisasikan atau dilabelkan terhadap semua kelompok sosial santri pesantren Persis 16 Cipada, tetapi tentunya selalu ada kelompok sosial yang menghiraukan dan melencengkan kaidah dan statusnya sebagai santri. Fenomena yang terlihat saat ini ada sebagian kelompok santri yang memang berperilaku tidak sesuai sebagaimana halnya seorang santri, baik itu dalam hal berbicara, tatakrama, tata kelakuan, berpakaian, konsumerisme, dan lain-lain. Disini penulis ingin meniliti hal tersebut dari sudut peranan kelompok sosialnya dalam membentuk gaya hidup santri tersebut karena ini menjadi penting dalam 7

pembinaan karakter santri itu sendiri, dan juga sebagai masukan bagi pesantren dalam membina akhlak dan perilaku para santrinya. Inilah yang menjadi alasan rasional penulis dalam menyusun penelitian ini, dimana sebagian besar masyarakat mengharapkan suatu hal yang positif dari seorang santri, maka peran kelompok sosial menjadi poin khusus dalam membentuk gaya hidup santri tersebut disamping peranan pesantren yang menjadi sebuah lembaga yang memiliki peranan penting dalam pembinaan santri. Dengan demikian peranan kelompok sosial dalam kehidupan santri begitu kuat, apakah santri dalam kelompok sosialnya tersebut mau dibawa ke arah yang benar atau malah kelompok sosialnya tersebut membawa ke arah yang salah. Jika hal ini sudah menjadi realita dan juga tidak menutup kemungkinan sampai ke masyarakat, maka dikhawatirkan eksistensi pesantren bisa goyah. Bahkan bisa mencoreng nama baik pesantren jika gaya hidup santri sudah keluar dari hakikat santri pada umumnya, tak terkecuali bagi para santri pesantren Persis 16 Cipada. Dimana dalam hal ini pergaulan santri dengan kelompok sosialnya menjadi hal yang penting. Peran dari kelompok sosialnya akan begitu kuat memengaruhi gaya hidup santri. Apakah santri yang ikut dalam kelompok sosialnya itu sudah benar ataukah terjerembab ke dalam kelompok sosial yang salah, dikhawatirkan apabila santri salah bergaul dengan memilih kelompok sosial yang salah, maka akan ada doktrin-doktrin negatif bagi santri yang bertentangan dengan apa yang diajarkan di pesantren. Dengan demikian, yang menarik dari hal ini adalah mengetahui seperti apa pergaulan para santri, baik itu di dalam maupun di luar pesantren. Kemudian juga akan digali seperti apakah upaya yang dilakukan pesantren dalam membina santri agar mempunyai gaya hidup yang sesuai dengan hakikat santri. Di sinilah akan menjadi sebuah tantangan dimana diharapkan peran penting dari pesantren dalam membina pola perilaku santri agar tidak melenceng dari nilai keislaman dan norma/ nilai yang berlaku. Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian dengan judul Peranan Kelompok Sosial dalam 8

Membentuk Gaya Hidup Santri (Studi Deskriptif di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada Kecamatan Cikalongwetan). 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Melihat dari adanya latar belakang di atas maka penulis membuat rincian permasalahan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka secara umum rumusan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah mengenai bagaimana Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri. Secara khusus pertanyaan dalam penelitian ini tersusun dalam rumusan yang masalah yang telah dirinci, rincian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran kelompok sosial yang terdapat di pesantren Persis 16 Cipada? 2. Bagaimanakah interaksi santri dalam kelompok sosialnya? 3. Bagaimanakah gaya hidup santri pesantren Persatuan Islam 16 Cipada saat ini sebagai hasil dari interaksi dengan kelompok sosialnya? 4. Bagaimanakah sistem pendidikan di pesantren Persatuan Islam 16 Cipada dan upaya yang dilakukan pesantren dalam membina santri? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab susunan judul dan rumusan masalah yang telah terbentuk. Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu: 1. Memperoleh informasi mengenai gambaran kelompok sosial yang terdapat di pesantren Persis 16 Cipada. 9

2. Memperoleh informasi mengenai interaksi santri dalam kelompok sosialnya. 3. Memperoleh informasi mengenai gaya hidup santri pada saat ini sebagai hasil dari interaksi dengan kelompok sosialnya. 4. Memperoleh informasi mengenai sistem pendidikan di pesantren Persatuan Islam 16 Cipada dan upaya yang dilakukan pesantren dalam membina santri. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan khususnya bermanfaat dalam kehidupan sosial yang tercipta di pesantren tersebut. Selain itu secara rinci hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1) Bagi Universitas Pendidikan Indonesia Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri. 2) Bagi Lembaga Pesantren Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri, maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan lembaga yang bersangkutan. 3) Bagi Guru/ Asatidz Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran. Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri, maka guru dapat menyesuaikan proses pembinaan para santri serta proses belajar mengajar yang diciptakan. 4) Bagi Santri/ Siswa 10

Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri, maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan cara belajar sehingga dapat diperoleh perilaku dan akhlak seorang santri yang memuaskan. 5) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1) BAB I Pendahuluan Pendahuluan adalah bagian awal yang terdapat dalam skripsi ini yang berisi: latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. 2) BAB II Kajian Pustaka Dalam pembahasan di bab II ini merupakan kajian pustaka yang mendukung kajian dari penelitian yang dilaksanakan dan terbagi menjadi beberapa sub bab, yang meliputi: tinjauan tentang kelompok sosial, tinjauan tentang gaya hidup, tinjauan tentang pesantren, tinjauan tentang pendidikan Islam. 3) BAB III Metode Penelitian Dalam pembahasan di bab III ini akan menjelaskan mengenai metodologi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 4) BAB IV Temuan dan Pembahasan 11

Pada bab ini merupakan bab yang berisikan mengenai hasil deskripsi penelitian dan pembahasan penelitian yang dilakukan berdasarkan tahap yang telah ditentukan. Dalam penelitian yang dilaksanakan ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam pembahasan ini juga dikaitkan dengan teori-teori yang telah dibahas pada bab II. 5) BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi Pada pembahasan bab V ini dipaparkan mengenai simpulan dari keseluruhan proses penelitian serta apa implikasi dan rekomendasi kepada pihak terkait dari penelitian ini. Kesimpulan harus menjawab keseluruhan dari rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya. 12