EVALUASI KAWASAN POTENSI HIDROTERMAL GUNUNG KELUD MENGGUNAKAN ANALISA CITRA SATELIT

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Daerah Potensi Rawan Bencana Letusan Gunung Kelud Menggunakan Citra Satelit

Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA, ITS Surabaya. Keywords Citra satelit, DEM, Landsat 7+ETM, Geothermal, Tiris, geomagnet

PENGGUNAAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 UNTUK ANALISA PATAHAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI ARJUNO WELIRANG PROVINSI JAWA TIMUR

Berkala Fisika ISSN : Vol. 17, No. 2, April 2014, hal 67-72

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

SEMINAR NASIONAL GEOGRAFI UMS 2016 Farid Ibrahim, Fiqih Astriani, Th. Retno Wulan, Mega Dharma Putra, Edwin Maulana; Perbandingan Ekstraksi

APLIKASI CITRA SATELIT LANDSAT 8 UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH PROSPEK PANAS BUMI DAERAH SONGGORITI BATU DAN SEKITARNYA

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

ANALISIS KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN MELALUI CITRA LANDSAT 7 ETM+ DI WILAYAH DATARAN KABUPATEN PURWOREJO

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. 23 LAMPIRAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Citra Satelit Landsat

THE MULTISPECTRAL DATA ANALYSIS TO IDENTIFICATE GEOTHERMAL POTENTIAL

memberikan informasi tentang beberapa daftar penelitian LAI dengan pendekatan optik dan hukum Beer-Lambert.

PEMETAAN POTENSI PANAS BUMI (GEOTHERMAL) UNTUK MENDUKUNG PROGRAM ENERGI NASIONAL JAWA TIMUR (Studi Kasus : G. Lamongan, Kab.

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan

Untuk mengetahui ketelitian dari hasil groundtruth dan diperoleh 83.67% maka klasifikasi dianggap benar. (Purwadhi, 2001) Pembahasan

Rekayasa Elektrika. Kajian Awal Penentuan Daerah Prospek Panas Bumi di Gunung Bur Ni Telong Berdasarkan Analisis Data DEM SRTM dan Citra Landsat 8

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODOLOGI 2.5 Pengindraan Jauh ( Remote Sensing 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Data dan Alat Penelitian Data yang digunakan

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mei, 2013) ISSN:

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

ix

PENYUSUNAN METODE UNTUK MENDUGA NILAI RADIASI ABSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT TM/ETM+ (STUDI KASUS HUTAN GUNUNG WALAT SUKABUMI)

Gambar 1. Peta DAS penelitian

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perbandingan Pengaruh Koreksi Radiometrik Citra Landsat 8 Terhadap Indeks Vegetasi Pada Tanaman Padi

ISTILAH DI NEGARA LAIN

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI RADIOMETRIK CITRA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra Khursanul Munibah Asisten : Ninda Fitri Yulianti

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penentuan Potensi Panas Bumi Menggunakan Landsat 8 dan Hubungannya dengan Kondisi Geologi Gunung Lawu

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

Gambar 1. Satelit Landsat

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

Analisis Rona Awal Lingkungan dari Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus :Daerah Eksplorasi Geothermal Kecamatan Sempol, Bondowoso)

2.3.7 Analisis Data Penginderaan Jauh

MENGETAHUI HUBUNGAN LAHAN VEGETASI DAN LAHAN TERBANGUN (PEMUKIMAN) TERHADAP PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MEMANFAATKAN CITRA SATELIT

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI LONGSOR DAERAH MANINJAU BERDASARKAN PENGINDERAAN JAUH

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

Transkripsi:

EVALUASI KAWASAN POTENSI HIDROTERMAL GUNUNG KELUD MENGGUNAKAN ANALISA CITRA SATELIT TRI MARTHA KP*, WIDYA UTAMA, M. QODIRIN S, FRANSISKHA WP Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika, ITS Surabaya *email : tmkp_putra@yahoo.co.id Abstrak Gunung Kelud adalah salah satu gunung api aktif di daerah Jawa Timur yang terjadi erupsi terakhir pada 3 November 2007 dengan pembentukan kubah Anak Kelud. Aktifitas vulkanik lain di jumpai adalah manifestasi mata air panas atau hidrotermal di permukaan bumi. Kawasan potensi hidrotermal dapat diketahui menggunakan citra satelit yaitu citra Landsat 7 ETM+. Pemetaan potensi hidrotermal menggunakan citra Landsat 7 ETM+ gelombang inframerah. Energi pancaran gelombang inframerah dari permukaan bumi yang diterima oleh satelit diolah untuk memperoleh nilai temperatur permukaan bumi yang berasosiasi dengan potensi hidrotermal. Untuk membedakan nilai temperatur permukaan yang berasal dari aktifitas vulkanik terhadap aktifitas manusia dilakukan komparasi citra temperatur permukaan dengan citra NDVI (Normallized Different Vegetation Index). NDVI merupakan citra yang mampu menunjukkan nilai kanopi atau indeks vegetasi di suatu wilayah. Nilai panas permukaan dari aktifitas vulkanik berada pada kawasan vegetasi yang rapat atau memiliki nilai kanopi yang tinggi. Selanjutnya dilakukan identifikasi zona permeabel dalam penentuan wilayah potensi hidrotermal yang ditandai oleh adanya struktur patahan. Zona patahan dianalisa menggunakan citra DEM (Digital Elevation Model) dengan efek shading cahaya matahari untuk memberikan efek gelap pada tebing yang membentuk pola kelurusan struktur patahan. Melalui pengolahan citra satelit dapat ditunjukkan daerah potensi dan sekaligus daerah bahaya dalam konteks pengembangan potensi fenomena vulkanik. Pengelolaan hidrotermal dapat memberikan dampak positif dalam pengembangan wisata Gunung Kelud, berupa kolam air panas dan bahkan pengembangan energi geotermal sebagai pemanfaatan langsung dan tak langsung potensi vulkanik. Fenomena vulkanik ini mampu menarik perhatian para ahli dan sekaligus wisatawan mengenai potensi daerah yang perlu dikaji lebih lanjut. Kata Kunci Gunung Kelud, Landsat 7 ETM+, hidrotermal, NDVI, DEM 1. PENDAHULUAN Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api strato di Jawa Timur yang memiliki tipe letusan eksplosif. Gunung ini memiliki ketinggian puncak 1731 m di atas permukaan laut, dan mempunyai danau kawah pada puncaknya dengan volume air 40 juta m 3 dan bersuhu 32-35 C dengan PH 5,1, sebelum erupsi tahun 1990 [2]. Gunung Kelud menampakkan keaktifannya kembali pada bulan November 2007 dengan membentuk anak Gunung Kelud yang tepat berada di tengah kawah. Pada ketinggian 1.188 m di atas permukaan laut, di sebelah barat kawah Gunung Kelud terdapat saluran air panas. Saluran ini untuk mengurangi volume air pada kawah. Air panas yang disalurkan saat ini digunakan sebagai salah satu tempat wisata pemandian air panas. Di sisi lain, keberadaan air panas ini yang bersuhu 52 C memberikan isyarat bahwa pada kawasan puncak Gunung Kelud mampu dilakukan pengembangan dan pembangunan konservasi energi dari energi panas bumi menjadi energi listrik. Hal ini dikenal dengan istilah geotermal. Manajemen dan Rekayasa Geoteknik D-49

Pada tulisan ini akan dibahas delineasi potensi hidrotermal kawasan Gunung Kelud menggunakan citra satelit untuk pengembangan pemanfaatan kearah energi geotermal. Analisa citra satelit yang dilakukan pada tulisan ini meliputi analisa struktur menggunakan DEM (Digital Elevation Model), analisa NDVI menggunakan Landsat 7 ETM+, dan pemetaan distribusi temperatur permukaan tanah menggunakan gelombang inframerah pada Landsat 7 ETM+. 2. MORFOLOGI GUNUNG KELUD Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api kuarter, dikelilingi oleh beberapa gunungapi yang lebih tua, seperti Gunung Butak di sebelah timur, serta Gunung Arjuno- Welirang di sebelah timur laut lihat gambar 1. Gunung-gunung tersebut membentuk morfologi kasar dengan bukit dan jurang yang terjal di timur laut dan di lereng timur G. Kelud. Puncak dan kawah G. Kelud mempunyai ketinggian lebih dari 1731 m dpl, dan mempunyai morfologi yang tidak teratur. Seperti puncak Sumbing (1518 m), Lirang (1414 m), Gajahmungkur (1488 m) dan Kombang (1514 m), puncak Kelud merupakan kubah ekstrusif dengan kemiringan rata-rata > 40. Gunung Kelud memiliki 10 kawah dan 32 patahan normal. Kesepuluh kawah tersebut umurnya berurutan dari yang tertua (kawah Lirang) hingga termuda (kawah Kelud), dan merupakan pusat erupsi yang berpindahpindah berlawanan arah jarum jam. Masingmasing erupsinya menghasilkan batuan piroklastik, dan pada umumnya merusak sebagian kubah kawah lama. Hal ini menunjukkan bahwa erupsi Gunung Kelud bersifat eksplosif [2]. 3. CITRA TEMPERATUR PERMUKAAN TANAH Landsat merupakan satelit pertama tidak berawak yang dikembangkan oleh NASA dan dirancang secara spesifik untuk memperoleh data sumber daya bumi. Pencitraannya dilakukan secara sistematik dan berulang. Landsat 7 dikontrol oleh USGS yang diluncurkan pada tanggal 15 Desember 1998. Landsat 7 dilengkapi dengan sensor Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM). Orbit Landsat membutuhkan waktu selama 16 hari untuk mengitari bumi. Suatu wilayah dicitrakan oleh Landsat secara berulang dengan rentan waktu 16 hari. Citra Landsat 7 ETM+ memiliki resolusi 30 meter. Satu layar penuh mencakup luasan 185 km 2, sehingga sensor dapat mencakup daerah yang luas di permukaan bumi. Sensor ETM+ menggunakan panjang gelombang dari spektrum tampak mata sampai spektrum infra merah yang berasal dari matahari. Secara radiometrik, sensor ETM+ memiliki 256 angka digital [4]. Data citra Landsat adalah data raster. Suatu data raster merupakan data yang berupa pixel yang tersusun dalam baris dan kolom. Setiap pixel mempunyai nilai yang merepresentasikan sesuatu, seperti ketinggian, jenis tanah, penggunaan lahan, dalam suatu nilai greyscale. Energi elektromagnetik dari matahari yang dipantulkan dari objek di atas bumi sesuai dengan karakteristik spektralnya. Karakteristik spektral adalah karakteristik setiap band yang terdapat pada sensor Landsat ETM+ memiliki karakteristik berbeda-beda sesuai dengan panjang gelombangnya. Ketika gelombang elektromagnetik mengenai objek di permukaan bumi akan terjadi 5 interaksi yaitu transmisi, absorpsi, refleksi, hamburan, dan emisi. Interaksi refleksi akan menghasilkan nilai energi pantul yang berbeda dari setiap objek yang berbeda diterima oleh saluran 1 sampai dengan saluran 5, saluran 7 dan saluran 8 (7 saluran). Landsat juga menangkap energi pancaran energi panas objek di atas permukaan Manajemen dan Rekayasa Geoteknik D-50

bumi oleh saluran 6 (1 saluran) dalam bentuk gelombang inframerah. Sensor ETM menangkap energi pantulan matahari dalam satuan radiansi. Radiansi adalah flux energi per satu satuan sudut ruang yang meninggalkan satu satuan area permukaan, pada daerah tertentu. Radiansi berkaitan dengan tingkat kecerahan citra [4]. Analisa citra temperatur permukaan tanah merupakan salah satu aplikasi citra Landsat 7 ETM+ menggunakan band 6. Inframerah yang terpancar dari permukaan membawa informasi nilai temperatur permukaan tanah. Dalam penelitian ini digunakan citra Landsat yang diakusisi pada tanggal 4 Desember 2002. Bagan metodologi untuk mendapatkan citra temperatur permukaan tanah kawasan Gunung Kelud lihat gambar 2. Dengan menggunakan software ILWIS 3.7 setiap pixel DN (Digital Number) dari band tersebut dikonversikan ke spektal radian melalui persamaan berikut : L LMAX LMIN ( DN Q ) + LMIN = cal Qcal Q min max cal min dengan: L (1) = TOA (top of atmosphere) radiance pada lubang bidik kamera sensor. Q cal max = nilai pixel maximum Q cal min = nilai pixel manimum LMAX = TOA radiance terskala terhadap Q cal max LMIN = TOA radiance terskala terhadap Q cal min DN = nilai pixel Band 6 Konversi ke radiance bertujuan untuk mendapatkan radian objek pada permukaan tanah pada sensor satelit di luar angkasa. Setalah dilakukan koversi radiance selanjutnya dilakukan koreksi atmosfer yang bertujuan untuk menghilangkan efek perubahan nilai akibat adanya lapisan atmosfer. Koreksi atmoesfer menggunakan persamaan sebagai berikut : L T = L L µ τ ( 1 ε ) L τε dengan: L T = Radiance dari kinetic blackbody target pada termperatur L = TOA radiance pada lubang bidik kamera sensor dalam W/m 2 sr µm. L µ = upwelling radiance di atmosfer L d = downwelling radiance di angkasa ε = emitivitas target τ = transmisivitas atmosfer Setelah dilakukan koreksi atmosfer, DN dikonversikan ke temperatur permukaan bumi dengan menggunakan persamaan sebagai berikut [6] : K 2 T = K1 ln + 1 L T dengan : K1 = Konstanta kalibrasi 1 (666,09) K2 = Konstanta kalibrasi 2 (1282,71) L T = Radiance dari kinetic blackbody target pada termperatur. Peta yang diperoleh adalah peta temperatur permukaan tanah dengan satuan Kelvin. Untuk mempermudah interpretasi dilakukan pengkategorian (slicing) range suhu. Gambar 3 merupakan peta temperatur permukaan tanah yang telah dilakukan slicing dengan satuan Celcius. Warna biru yang menandakan suhu rendah pada bagian selatan merupakan tutupan awan. Sedangkan warna biru pada bagian utara merupakan daerah dataran tinggi atau daerah pegunungan. 4. NDVI (NORMALIZED DIFFERENT VEGETATION INDEX) d (2) (3) Ada berbagai macam transformasi indeks vegetasi, salah satunya yaitu NDVI (Normalized Different Vegetation Index). Manajemen dan Rekayasa Geoteknik D-51

NDVI merupakan jenis transformasi indeks vegetasi yang mempunyai korelasi paling besar untuk aspek kerapatan kanopi. Persamaan NDVI adalah sebagai berikut: Nilai NDVI memiliki nilai berkisar antara - 1 hingga 1. Wilayah yang memiliki nilai indeks vegetasi 1 merupakan wilayah bervegetasi rapat, sedangkan wilayah berindeks -0,9 adalah wilayah tidak bervegetasi atau kawasan perairan lihat gambar 4 [3]. Untuk mempermudah interpretasi jenis tutupan lahan dilakukan pengkategorian berdasarkan range indeks vegetasi. Analisa NDVI digunakan untuk kondisi wilayah resapan air. Kondisi reservoir hidrotermal di bawah permukaan sangat dipengaruhi oleh kondisi air tanah yang dalam hal ini dikontrol oleh kerapatan vegatasi. Setiap warna pada gambar 5 mewakili jenis tutupan vegetasi suatu wilayah. Warna merah dan hijau pada kolom di atas merupakan tutupan awan. Adanya perbedaan warna yang mewakili jenis tutupan lahan suatu wilayah mempermudah untuk melakukan analisa dan interpretasi. 5. ANALISA DAN PEMBAHASAN (4) Jelas bahwa manifestasi hidrotermal yang terbentuk di kawasan Gunung Kelud disebabkan oleh adanya kontak antara air tanah dan batuan panas di bawah permukaan. Ketersediaan air tanah disebabkan oleh adanya recharge area yang dicirikan oleh morfologi struktur patahan atau sesar. Sehingga air hujan turun ke bawah permukaan melalui jalur sesar. Garis kuning pada gambar 6 menggambarkan pola sesar kawasan Gunung Kelud. Pola sesar ini dibuat berdasarkan pola kelurusan yang dibentuk dari efek bayangan benda. Pola-pola sesar ini merupakan kawasan recharge area jalur masuknya air ke bawah permukaan. Garis merah pada gambar 6 adalah batas kontak dan batas batuan antara Gunung Kelud dengan Gunung Butak dan Gunung Anjasmoro. Batas ini merupakan sebuah aliran sungai. Pola garis batas ini menunjukkan bahwa Gunung Kelud lebih muda dibandingkan dengan gunung-gunung lain disekitarnya. Untuk mendelineasi kawasan potensi hidrotermal dibutuhkan juga analisa distribusi temperatur permukaan tanah yang mampu menunjukkan adanya aktifitas hidrotermal di permukaan. Hidrotermal Gunung Kelud memiliki temperatur 40 C hingga 52 C. Kemungkinan besar posisi potensi hidrotermal berada di sekitar puncak atau kawah Gunung Kelud. Berdasarkan citra temperatur permukaan (gambar 7), suhu tinggi berada di bagian barat dan pada kawah Gunung Kelud. Aktifitas hidrotermal biasanya tidak mencakup wilayah yang luas. Kemungkinan lain timbulnya panas di permukaan berasal dari lahan kering dan aktifitas manusia. Oleh karena itu, untuk membedakan kawasan bertemperatur tinggi akibat dari aktifitas hidrotermal atau aktivitas manusia dilakukan analisa citra NDVI. Kerapatan vegetasi sangat bergantung pada nilai temperatur permukaan. Vegetasi yang baik pada umumnya menunjukkan nilai temperatur permukaan yang rendah. Sedangkan kawasan vegetasi buruk (lahan marginal, pemukiman, atau perkotaan) memiliki nilai temperatur permukaan yang tinggi. Kawasan Gunung Kelud pada umumnya bervegetasi baik yaitu kawasan hutan (gambar 8). Di kaki gunung bervegetasi sedang yang merupakan lahan perkebunan kopi dan nanas. Pada kawah Gunung Kelud merupakan kawasan vegetasi sedang dan adanya air. Berdasarkan informasi citra NDVI menyatakan bahwa panas permukaan yang tinggi pada umumnya di bagian barat membentuk pola kotak-kotak merupakan panas yang disebabkan oleh lahan marginal dan aktivitas manusia yaitu pemukiman. Jadi Manajemen dan Rekayasa Geoteknik D-52

wilayah potensi hidrotermal Gunung Kelud berada di puncak gunung hingga kaki gunung. Banyaknya struktur sesar, vegetasi yang baik dan adanya aktifitas vulkanik mengakibatkan hidrotermal akan terus terbentuk. 6. KESIMPULAN Gunung Kelud bagian barat berpotensi untuk kawasan hidrotermal dengan suhu berkisar antara 41 C hingga 60 C. Suhu relatif tinggi ini dipancarkan oleh air kawah dan air panas yang dialirkan melalui sebuah saluran ke arah barat. Potensi hidrotermal ini berada pada kawasan vegetasi baik berupa kawasan hutan. Maka potensi hidrotermal dapat dicirikan pada citra yang memiliki suhu tinggi dan kondisi vegetasi yang baik. Aspek pendukung lain untuk mendelineasi kawasan potensi hidrotermal adalah recharge area. Recharge area berupa struktur patahan berperan sebagai medium permeable sebagai jalur air ke dalam permukaan bumi. Air yang masuk akan mengalami kontak dengan panas dari aktivitas vulkanik sehingga ketersediaan dan keberlangsungan pembentukan hidrotermal dapat terjadi secara kontinyu. Kondisi tutupan lahan yang baik juga sangat berperan dalam ketersediaan akuifer. Berdasarkan data citra temperatur, citra NDVI dan distribusi struktur patahan maka kawasan potensi hidrotermal berada pada puncak hingga kaki Gunung Kelud. Nilai temperatur hidrotermal tinggi tidak cukup untuk menentukan dugaan awal potensi. Maka harus dilakukan penentuan jenis aliran fluida out flow atau up flow dan perlu dilakukan kajian geokimia air untuk mengetahui karakteristik fluida hidrotermal yang berasosiasi dengan potensi geothermal di bawah permukaan. tidak dipublikasikan, ESDM Jawa Timur. [2] Kirbani Sri B dan Wahyudi (2007), Erupsi Gunungapi Kelud dan Nilai-B Gempabumi Disekitarnya, Berkala MIPA 17(3), UGM. [3] Larry Ryan (1997), Creating a Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) Image using MultiSpec, University of New Hampshire. [4] Togu Manurung, Ph.D (2001), Pemetaan Land Use Land Cover (LULC) dari Citra Penginderaan Jauh Landsat 7 ETM+ untuk Wilayah Mamberamo dan Raja Ampat Provinsi Papua, Laporan Kegiatan CI Indonesia. [5] Tri Martha Kusuma P dan Widya Utama (2011), Delineasi Kawasan Prospek Kebun Energi Berbasis Jatropha Curcas L Menggunakan Analisa NDVI dan Geomorfologi Terhadap Citra Landsat 7 ETM+, Jurnal ISCoS ITS, ISBN : 978-602-19564-0-3. [6] Widya Utama, S. Riski, A.S. Bahri, dan D.D. Warnana (2012), Analisis Citra Landsat 7 ETM+ untuk Kajian Awal Penentuan Daerah Potensi Panas Bumi di Gunung Lamongan, Tiris, Probolinggo, Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Volume 8, nomor 1, ITS Surabaya. REFRENSI [1] ESDM Jawa Timur (2011), Dokumen Teknis WKP Gunung Kelud, Laporan Manajemen dan Rekayasa Geoteknik D-53

Gunung Arjuno-Welirang Gunung Anjasmoro Gunung Kelud Gunung Kawi Gunung Butak Gambar 1. Morfologi Gunung Kelud dan sekitarnya. Gambar 4 : Citra NDVI Landsat 7 ETM+ Band 6 Konversi Radiansi Koreksi Atmosfer Konversi ke Temperatur Awan Slicing Peta Temperatur Permukaan Tanah Gambar 2 : Diagram alir pengolahan peta distribusi temperatur permukaan tanah. Gambar 5 : Peta NDVI Landsat 7 ETM+ Awan Gambar 3 : Peta Temperatur Permukaan Tanah. Gambar 6 : Analisa DEM kawasan Kelud dalam penentuan struktur sesar. Manajemen dan Rekayasa Geoteknik D-54

Hidrotermal Gambar 7 : Citra temperatur permukaan kawasan Gunung Kelud. Gambar 8 : Citra NDVI Gunung Kelud. Manajemen dan Rekayasa Geoteknik D-55