KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERAT KULIT POHON WARU (HIBISCUS TILIACEUS) BERDASARKAN JENIS RESIN SINTETIS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN PATAHAN KOMPOSIT

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISASI MEKANIS KOMPOSIT POLYESTER BERPENGUAT SERAT WARU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PEMBUATAN JUKUNG DI BALI

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Pelepah Lontar (Borassus Flabellifer) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Epoksi

Karakterisasi Kekuatan Bending dan Hidrofobisitas Komposit Serat Kulit Waru (Hibiscus tiliaceus) Kontinyu Bermatrik Pati Ubi Kayu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakterisasi Kekuatan Mekanik Komposit Berpenguat Serat Kulit Waru (Hibiscus Tiliaceus) Kontinyu Laminat Dengan Perlakuan Alkali Bermatriks Polyester

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. (Suwanto, 2006). Oleh karena itu, banyak dikembangkan material

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

TUGAS AKHIR. PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA 4%, 5%, 6%, 7% NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING DENGAN MATRIK POLYESTER

Djati Hery Setyawan D

Mohammad Bagus E. H. 1, Hari Arbiantara 2, Dedi Dwilaksana 2. Abstrak. Abstract. Pendahuluan

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5%

TUGAS AKHIR. PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER

PENGARUH PERENDAMAN (NaOH) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

OPTIMASI PARAMETER PROSES VACUUM ASSISTED RESIN INFUSSION TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK KOMPOSIT POLYESTER FIBER GLASS

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN SERAT KULIT POHON WARU (Hibiscus Tiliaceus) PADA AIR LAUT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

Analisa Sifat-Sifat Serat Alam Sebagai Penguat Komposit Ditinjau Dari Kekuatan Mekanik

Pengaruh Fraksi Volume Filler terhadap Kekuatan Bending dan Ketangguhan Impak Komposit Nanosilika Phenolic

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN KOMPOSIT SERAT ALAM DAN SERAT SINTETIS MELALUI UJI TARIK DENGAN BAHAN SERAT JUTE DAN E-GLASS

PENGARUH TEKANAN VACUUM TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKUATAN LENTUR PADA BIOKOMPOSIT SERAT PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS)

Analisis Serat Pelepah Batang Pisang Kepok Material Fiber Komposit Matriks Recycled Polypropylene (RPP) Terhadap Sifat Mekanik dan SEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SAMBUNGAN MEKANIK TIPE BOLTED BONDED TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

Arif Nurudin ¹) Kata kunci: komposit, waru, alkalisasi, arah serat, kekuatan tarik, kekuatan bending

Analisa Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Serat Ijuk Dengan Bahan Matrik Poliester

PEMBUATAN POLIMER KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN UNTUK APLIKASI INDUSTRI OTOMOTIF DAN ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

KAJIAN EKSPERIMENTAL SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT SERAT TANGKAI SAGU DIPADUKAN DENGAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN UKURAN PARTIKEL KOMPOSIT POLYESTER RESIN BERPENGUAT PARTIKEL GENTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKUATAN BENDING ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji raw material, komposit sandwich untreatment dan komposit sandwich

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT (RESIN POLIESTER SERBUK GERGAJI KAYU SENGON)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

Pengaruh Alkalisasi Komposit Serat Kelapa-Poliester Terhadap Kekuatan Tarik

DAFTAR ISI. Grup konversi energi. ii iii. iii. Kata Pengantar Daftar Isi. Makalah KNEP IV Grup Engineering Perhotelan

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEKUATAN TARIK KOMPOSIT SERAT KELAPA (COCOS NUCIFERA) DENGAN PERLAKUAN CURCUMA DOMESTICA

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

UNIVERSITAS DIPONEGORO. PENGARUH LARUTAN C 7 H 18 O 3 Si TERHADAP KEKUATAN TARIK SERAT DAUN KELAPA, KOMPATIBILITAS DAN KEKUATAN BENDING KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) Padang

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK SERAT KULIT WARU YANG DISUSUN LAMINASI BERMATRIK POLYESTER DENGAN ORIENTASI SERAT (45 0,50 0,55 0 )

TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMBENTUKAN DAN MATERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI

KARAKTERISASI KUAT TARIK KOMPOSIT HIBRID LAMINAT KENAF E- GLASS/POLYPROPYLENE (PP) DENGAN VARIASI PERBANDINGAN SERAT DAN MATRIKS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN KOMPOSIT SERAT IJUK MATRIK POLYPROPYLENE TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSESINJECTION MOLDING

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIESTER TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK KOMPOSIT PAPAN PARTIKEL ONGGOK LIMBAH SINGKONG

Kekuatan Tarik Komposit Matrik Polimer Berpenguat Serat Alam Bambu Gigantochloa Apus Jenis Anyaman Diamond Braid dan Plain Weave

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

KARAKTERISTIK SIFAT TARIK DAN MODE PATAHAN KOMPOSIT POLYESTER BERPENGUAT SERAT TAPIS KELAPA

DYAN YOGI PRASETYO I

Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Ukuran Butir Partikulat Terhadap Kekuatan Tarik Dan Lentur Komposit Polyester Limbah Terumbu Karang Acropora

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERAT TANGKAI ILALANG SEBAGAI BAHAN PANEL RAMAH LINGKUNGAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT SERAT KULIT JAGUNG DENGAN MATRIKS EPOKSI. Eldo Jones Surbakti, Perdinan Sinuhaji,Tua Raja Simbolon

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT DAN LAMA WAKTU PERENDAMAN NaOH TERHADAP KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT POLIESTER BERPENGUAT SERAT IJUK

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

I. PENDAHULUAN. otomotif saja, namun sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti

Analisa Pengaruh Absorpsi Air Laut Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Serat Pelepah Sawit

Pengaruh Waktu Perlakuan Kalium Permanganate (KMnO 4 ) Terhadap Sifat Mekanik Komposit Serat Purun Tikus (Eleocharis Dulcis)

Transkripsi:

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.2 Tahun 217: 11 18 ISSN 2477-641 KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERAT KULIT POHON WARU (HIBISCUS TILIACEUS) BERDASARKAN JENIS RESIN SINTETIS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN PATAHAN KOMPOSIT Arief Rizki Fadhillah 1, Sofyan Arief Setiyabudi 2, Anindito Purnowidodo 2 1, 2 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 167, Malang 65145, Jawa Timur-Indonesia Telp. 341-551611 / fax. 341-56542 E-mail: Arfadris11@gmail.com Abstract The fiber composite of hibiscus's bark is the material that comprises synthetic resin as a matrix and hibiscus's bast fiber as reinforcement. The hibiscus's bast fiber have the excellent potency regarding the strength that is employed as reinforcement. Four types of synthetic resin were used in this study, polyester BTQN 157, bisphenol A LP-1Q-EX, ripoxy R-82, and epoxy. The ratio of mass fractions between fiber and resin was 6:4. The initial treatment of the bast fiber hibiscus was immersed in 6 % of NaOH solution for two hours. The composites were manufactured through vaccum bagging process. Tensile strength and fracture mode of composites were investigated. The fiber composites of hibiscus tree bark with bisphenol A LP- 1Q-EX resin has the best tensile strength and epoxy resin have a small fracture area were obtained. Keywords: composite, bast fibers hibiscus, synthetic resin, tensile strength, vacuum bagging PENDAHULUAN Komposit serat kulit pohon waru (Hibiscus tiliaceus) adalah material gabungan antara serat kulit pohon waru dan resin sintetis. Kulit batang waru dihasilkan dari proses pengelupasan dari kayu dan mengalami proses perendaman dalam air selama kurang lebih selama 3 hari [1]. Material ini juga sering disebut dengan komposit serat alam atau natural fiber composites (NFC). Komposit serat alam merupakan salah satu jenis komposit yang termasuk kedalam komposit berbasis matrik polimer yang dikombinasikan dengan serat alam. Komposit serat alam pada dasarnya sama dengan komposit pada umumnya, yaitu kombinasi dari dua atau lebih material dengan sifat mekanik yang berbeda serta mengkombinasikan sifat-sifat mekanik tersebut akan menghasilkan sifat mekanik yang lebih baik secara keseluruhan dari material komposit [2]. Serat kulit pohon waru telah terbukti dapat digunakan sebagai reinforcement dalam komposit. Komposit berpenguat serat kulit waru kontinyu laminat dengan perlakuan alkali bermatriks polyester menghasilkan peningkatan kekuatan tarik dan kekuatan bending komposit. Terlebih dahulu komposit telah mengalami yang diperoleh untuk perlakuan alkalisasi serat menggunakan NaOH 5% selama 2 jam [3]. Pengujian pada papan partikel yang terbuat dari serbuk kalsium karbonat (CaCO3) dan serat kulit waru dengan resin polyester juga menunjukkan peningkatan kekuatan. Komposit yang dihasilkan memiliki kekuatan lentur sebesar 117,1 Mpa dan kekuatan impak mencapai 3,4kJ/m 2. Sedangkan kekuatan tekan 43,2MPa dan kekuatan tarik sebesar 37,53 Mpa. Hal ini juga membuktikan penggunaan serat kulit pohon waru memiliki pengaruh terhadap kekuatan jika digunakan sebagai reinforcement pada komposit [4]. Biokomposit dengan menggunakan serat kulit waru bermatrik pati ubi kayu berhasil meningkatkan kekuatan bending yaitu sebesar,58 MPa. [5]. Waktu perendaman serat juga memberikan pengaruh terhadap kekuatan tarik. Perendaman serat pohon waru pada air laut ph 6 mengakibatkan timbulnya celah antar sub serat dan waktu perendaman menyebabkan jarak antar subcelah semakin tinggi. Perendaman meningkatkan kekuatan tarik tetapi semakin lama perendaman kekuatan tarik semakin menurun [6]. Dari beberapa penelitian terdahulu diatas maka serat kulit pohon waru memiliki potensi 11

Tegangan (MPa) Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.2 Tahun 217: 11 18 ISSN 2477-641 19 yang sangat baik sebagai reinforced pada komposit serat alam, akan tetapi perlu adanya pengembangan penelitian mengenai jenis matrik yang digunakan pada komposit sehingga akan menghasilkan ikatan antar serat dan matrik yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis resin terhadap kekuatan tarik komposit serat kulit pohon waru. METODOLOGI PENELITIAN Komposit serat kulit pohon waru dibuat dengan variasi jenis resin sintetis, antara lain : resin poliester BTQN 157, resin bisphenol A LP-1Q-EX, resin ripoksi R-82, dan resin epoksi A dan B. Orientasi serat yang digunakan adalah unidirectional. Fraksi yang digunakan adalah fraksi massa dengan perbandingan serat dan matrik sebesar 6 : 4. serat kulit pohon waru diberi perlakuan perendaman alkali NaOH sebesar 6% selama 12 menit. Spesimen uji tarik komposit menggunakan standar ASTM D638-3 Type I sesuai dengan Gambar 1 [7]. 13 57 115 165 3,2 Gambar 1 Spesimen uji tarik komposit (mm) Proses pembuatan komposit mengunakan metode Vacuum Bagging dengan tekanan mencapai -27 Atm. Resin dalam wadah resin disalurkan melalui flow tube menuju katup masuk pada cetakan yang telah ditutup dengan plastik bagging. Resin akan melalui katup keluar yang telah disambungkan oleh flow tube menuju resin trap dan dalam kondisi tersambung pada vaccum pump dengan flow tube. Resin sintetis yang digunakan memiliki komposisi yang berbeda. Resin poliester BTQN 157 memiliki komposisi resin dan mekpo. Resin bisphenol LP-1Q-EX dan resin ripoksi R-82 memiliki komposisi resin, promoter, mekpo. Resin epoksi A dan B memiliki komposisi resin dan hardener. Keterangan : A : wadah resin B : flow tube ke katup masuk cetakan C : cetakan D : flow tube dari katup keluar cetakan ke vacum trap E : vacum trap F : vacum pump Gambar 2 Proses vacuum bagging Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji tarik komposit menggunakan electro-hydraulic servo-control static & dynamic Universal testing machine, Foto Makro Patahan menggunakan kamera Canon EOS 7D Kit (EF S18-55 IS STM) dengan lensa Canon EF Macro 1mm F2.8L IS USM. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekuatan tarik komposit dan jenis matrik Berdasarkan hasil uji tarik komposit serat kulit pohon waru dengan variasi jenis resin didapatkan grafik tegangan-regangan ditunjukkan pada Gambar 3 berikut : 3 3 2 2 1 1.1.2.3.4 Resin poliester Resin bisphenol Resin ripoksi Resin epoksi Gambar 3 Tegangan-regangan komposit serat waru variasi jenis resin 12

Modulus Elastisitas (N/mm 2 ) Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.2 Tahun 217: 11 18 ISSN 2477-641 Tegangan-regangan yang dihasilkan dari uji tarik komposit serat waru variasi jenis resin dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai tegangan tertinggi terdapat pada komposit dengan resin bisphenol, sedangkan komposit dengan resin poliester menghasilkan nilai tegangan terendah. Nilai regangan yang dihasilkan oleh komposit dengan 4 jenis resin juga memiliki nilai regangan yang sama dengan nilai tegangan. Berdasarkan grafik tegangan-regangan pada komposit serat kulit pohon waru dengan variasi jenis resin sintetis didapatkan kekuatan tarik dan regangan maksimum dari komposit pada masing-masing jenis resin. Komposit dengan resin poliester memiliki nilai kekuatan tarik sebesar 247.81 MPa. Komposit dengan resin bisphenol memiliki kekuatan tarik sebesar 327.12 MPa. Komposit dengan resin ripoksi memiliki kekuatan tarik sebesar 292.8 MPa. Komposit dengan resin epoksi memiliki kekuatan tarik sebesar 36.76 MPa. Regangan maksimum resin poliester, resin bisphenol dan resin ripoksi masingmasing adalah sebesar.233 mm/mm,.318 mm/mm dan.241 mm/mm. Resin epoksi menghasilkan regangan maksimum sebesar.271 mm/mm. Komposit dengan regangan maksimum tertinggi terdapat pada komposit dengan resin bispheol, sedangkan regangan maksimum terendah terdapat pada komposit dengan resin Poliester. Berdasarkan hasil kekuatan tarik dan regangan maksimum diatas, maka dapat diketahui bahwa komposit serat kulit pohon waru dengan resin bisphenol memiliki kekuatan tarik dan regangan maksimum tertinggi, sedangkan yang terendah adalah komposit dengan resin poliester. Hal ini dikarenakan, resin bisphenol memiliki sifat lentur dan mulur yang menjadikan regangan dan kuat tarik akan lebih tinggi serta ikatan yang dihasilkan antara matrik bisphenol dan serat waru lebih baik daripada resin lainnya. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa grafik tegangan regangan yang dihasilkan masingmasing komposit jenis resin memiliki kecenderungan yang sama didaerah elastis. perubahan tegangan komposit jenis resin terjadi pada saat beban tarik yang diberikan mencapai tegangan yield. Komposit serat waru resin poliester menghasilkan tegangan yield sebesar 12.64 MPa dengan regangan.55 mm/mm. Komposit serat waru resin bisphenol menghasilkan tegangan yield sebesar 125.55 MPa dengan regangan.68 mm/mm. Sedangkan komposit serat waru resin ripoksi menghasilkan tegangan yield sebesar 139.9 MPa dengan regangan.76 mm/mm. Untuk komposit serat waru resin ripoksi menghasilkan tegangan yield sebesar 128.8 MPa dengan regangan.67 mm/mm. Tegangan dan regangan yield yang dihasilkan akan mempengaruhi modulus elastisitas dari masing-masing komposit jenis resin seperti terdapat pada Gambar 4 berikut. 194 192 19 188 186 184 182 18 178 Poliester Bisphenol Ripoksi Epoksi Variasi Komposit Jenis Resin Gambar 4 Modulus elastisitas komposit serat waru variasi jenis resin Gambar 4 diatas menjelaskan modulus elastisitas komposit serat waru resin polyester sebesar 18561.49 N/mm 2. Modulus elastisitas komposit serat waru resin bisphenol sebesar 18555.98 N/mm 2. Modulus elastisitas komposit serat waru resin ripoksi sebesar 18338.32 N/mm 2. Modulus elastisitas komposit serat waru resin epoksi sebesar 19233.2 N/mm 2. Komposit serat waru resin epoksi menghasilkan modulus elastisitas tertinggi, sedangkan komposit serat waru resin ripoksi menghasilkan modulus elastisitas terendah. Hal ini dikarenakan modulus elastisitas dipengaruhi oleh tegangan dan regangan yield yang dihasilkan oleh komposit, sehingga semakin tinggi tegangan dan regangan yield maka modulus elastisitas akan rendah. Kondisi tersebut akan mempengaruhi tegangan dan regangan keseluruhan dari komposit. 13

Tegangan (MPa) Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.2 Tahun 217: 11 18 ISSN 2477-641 Selain itu, tegangan-regangan jenis resin mempengaruhi kekuatan tarik dan regangan maksimum pada komposit serat kulit pohon waru dengan variasi jenis resin. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 yang menjelaskan tentang tegangan-regangan resin tanpa serat. 6 4 3 2 1.1.2.3.4.5 Resin poliester Resin bisphenol Resin repoksi Resin epoksi Gambar 5 Tegangan-regangan jenis resin tanpa serat Pada grafik tersebut menjelaskan bahwa resin poliester memiliki tegangan tertinggi akan tetapi menghasilkan regangan terendah. Resin epoksi menghasilkan tegangan terendah akan tetapi memiliki regangan tertinggi. Kekuatan tarik dan regangan tertinggi pada komposit dengan jenis resin bisphenol memiliki tegangan terendah akan tetapi memiliki regangan lebih baik dibandingkan dengan resin poliester. Hal ini menjadikan resin bisphenol akan mampu menerima beban tarik lebih baik, karena regangan akan menjadi lebih besar. B. Analisa ikatan serat dan matrik Berdasarkan hasil uji tarik, maka dapat dibuktikan dari ikatan antar serat dan matrik pada masing-masing komposit jenis resin seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Selain konsentrasi alkali NaOH yang mempengaruhi ikatan antara serat dan matrik, maka jenis resin sintetis juga mempengaruhi ikatan yang terdapat dalam komposit. Gambar 6 Hasil foto sem pembesaran 3x pada ikatan komposit antara serat kulit pohon waru dan jenis resin sintetis, (a) Resin poliester BTQN 157, (b) Resin bisphenol LP-1Q-EX (c) Resin ripoksi R-82, (d) Resin Epoksi 14

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.2 Tahun 217: 11 18 ISSN 2477-641 Gambar 6 (a) menjelasakan ikatan yang terjadi antar serat dan resin poliester terdapat rongga pada serat kulit pohon waru yang tidak terisi oleh resin. Resin bisphenol memiliki kekuatan tarik tertinggi dikarenakan ikatan yang terjadi antar serat dan resin sangat baik seperti ditunjukkan pada Gambar 6 (b). Rongga pada serat kulit pohon waru terisi secara keseluruhan oleh resin yang menyebabkan kekuatan tarik akan lebih baik. Serat yang tidak terikat oleh resin dan terdapatnya rongga serat yang tidak terisi oleh resin menjadikan komposit dengan resin ripoksi menghasilkan kekuatan tarik terendah seperti Gambar 6 (c), hal ini menjadikan ikatan antar serat dan matrik tidak sempurna. Komposit dengan resin epoksi memiliki regangan yang tingi disebabkan karena resin dapat memasuki rongga-rongga serat dengan baik dan sempurna seperti ditunjukkan pada Gambar 6(d). (b) (c) C. Analisa patahan komposit Berdasarkan hasil uji tarik komposit serat kulit pohon waru yang telah dilakukan, maka patahan uji tarik pada variasi jenis resin dapat dilihat pada Gambar 7. Patahan yang terjadi pada seluruh variasi jenis resin tidak terjadi patahan yang terpusat pada satu titik atau tidak dapat diprediksi posisi patahan kecuali patahan dengan resin Epoksi A dan B yang memiliki fracture area lebih kecil. Hal ini dikarenakan pada resin epoksi ada dugaan dimana resin dapat mendistribusikan beban yang diberikan pada serat secara merata dan nilai toleransi terhadap kekuatan serat lebih tinggi. Resin epoksi memiliki viskositas yang tinggi, sehingga pada proses aliran resin di vaccum bagging menghasilkan waktu yang lebih besar dibandingkan resin lainnya. Sehingga dapat direkomendasikan untuk serat kulit pohon waru menggunakan resin Epoksi A dan B. (d) Gambar 7 Patahan uji tarik komposit serat kulit pohon waru variasi jenis resin, (a) resin poliester BTQN 157, (b) resin bisphenol LP-1Q-EX, (c) resin ripoksi R-82, (d) resin epoksi A dan B D. Analisa fase patahan komposit Fase patahan komposit berdasarkan diagram tegangan-regangan dapat dilihat pada Gambar 8 a-d. Fase patahan komposit serat kulit pohon waru menggunakan resin poliester dapat dilihat pada Gambar 8 (a). Pada saat beban tarik diberikan dan mencapai tegangan 12.64 MPa, maka komposit tidak mengalami retak. Pada saat tegangan mencapai 164.9 MPa terjadi awal retak di daerah ujung kanan atas necking. Rambatan retak terjadi pada saat tegangan mencapai 213.23 MPa. Fracture terjadi secara keseluruhan di daerah necking saat tegangan ultimate yaitu 247.81 MPa. (a) 15

Tegangan (MPa) Tegangan (MPa) Tegangan (MPa) Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.2 Tahun 217: 11 18 ISSN 2477-641 3 Poliester 2 2 1 1 i ii iii iv Awal Patahan c.1.2.3 Poliester Perambatan retak i ii iii iv (a) 3 3 2 2 1 1 iv iii ii i Bisphenol.1.2.3.4 Bisphenol Awal Patahan Deleminasi i ii iii iv (b) 3 3 2 2 1 i ii iii iv Repoksi Awal Patahan Perambatan retak 1 Repoksi.1.2.3 i ii iii iv (c) 16

Tegangan (MPa) Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.2 Tahun 217: 11 18 ISSN 2477-641 3 3 2 2 1 1 iv iii ii i Repoksi.1.2.3 Epoksi Awal Patahan Mulur i ii iii iv (d) Gambar 8 Fase patahan spesimen berdasarkan grafik tegangan regangan pada uji tarik komposit serat kulit pohon waru variasi jenis resin, (a) resin poliester BTQN 157 (b) resin bisphenol LP-1Q-EX (c) resin ripoksi R-82 (d) resin epoksi Komposit serat kulit pohon waru menggunakan resin bisphenol memiliki tegangan tertinggi. Hal ini mempengaruhi fase patahan yang terjadi pada komposit yang dapat dilihat pada Gambar 8 (b), retak tidak terjadi pada komposit saat tegangan mencapai 125.55 MPa. Awal patahan terjadi pada saat komposit mencapai tegangan 21.89 MPa yaitu menghasilkan terjadinya deleminasi di sisi ujung necking. Deleminasi marambat pada area necking yang menimbulkan retak saat tegangan mencapai 268.17 MPa. Fracture terjadi secara total pada seluruh bagian necking spesimen komposit saat mencapai tegangan ultimate sebesar 327.12 MPa. Komposit serat kulit pohon waru dengan resin ripoksi R-82 memiliki fase patahan komposit yang dapat dilihat pada Gambar 8 (c). Retak tidak terjadi pada saat tegangan komposit mencapai 139.9 MPa. Awal patahan terjadi pada saat komposit mencapai tegangan 29.9 MPa dengan menghasilkan retak pada ujung sisi kanan necking. Rambatan retak terjadi pada area necking yang bersebelahan dengan awal retak sebelumnya pada saat tegangan mencapai 258.64 MPa. Fracture terjadi secara total pada seluruh bagian necking spesimen komposit saat mencapai tegangan ultimate sebesar 292.8 MPa. Fase patahan komposit serat kulit pohon waru dengan resin epoksi dapat dilihat pada Gambar 8 (d). Komposit dengan resin epoksi ini menghasilkan ketangguhan material yang sangat baik, hal ini dapat dilihat pada fase patahan yang terjadi tidak terjadi tanda-tanda awal patahan berupa retak pada daerah necking akan tetapi terjadi penambahan panjang material atau mulur. Pada saat tegangan 128.8 MPa, 27.2 MPa dan 256.61 MPa, maka tidak terjadi timbulnya retak. Fracture terjadi secara langsung dan total pada seluruh bagian necking spesimen komposit saat mencapai tegangan ultimate sebesar 36.76 MPa. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat diketahui bahwa pada komposit variasi jenis resin memiliki awal retak rata-rata pada sisi ujung daerah necking kecuali komposit yang menggunakan resin epoksi. Serat kulit pohon waru dengan jenis resin memiliki pengaruh terhadap fase patahan yang terjadi pada komposit, karena fase patahan pada masingmasing jenis resin akan menghasilkan tegangan yang berbeda. Hal ini dikarenakan ikatan yang terjadi antar serat dan jenis resin sintetis berbeda yang menyebabkan tegangan akan dipengaruhi oleh jenis resin yang digunakan sebagai matrik pada komposit serat kulit pohon waru. 17

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.8, No.2 Tahun 217: 11 18 ISSN 2477-641 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dari pengujian tarik komposit yang terbuat dari serat kulit pohon waru (hibiscus tiliaceus) dengan variasi jenis resin sintetis dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Jenis resin sintetis yang digunakan sebagai matrik pada komposit serat kulit pohon waru mempengaruhi kekuatan tarik dan patahan komposit. 2. Dari segi kekuatan tarik komposit maka dapat direkomendasikan menggunakan resin bisphenol LP-1Q-EX, karena memiliki kekuatan tarik yang baik serta memiliki kemuluran yang sangat baik. 3. Dari segi area patahan yang terjadi, maka dapat direkomendasikan menggunakan resin Epoksi A dan B, hal ini dikarenakan pada komposit dengan resin poliester BTQN 157, Resin Bisphenol LP-1Q-EX dan Resin Ripoksi R-82 memiliki area patahan yang tidak dapat diprediksi, sedangkan resin epoksi A dan B memiliki area patahan yang lebih kecil. DAFTAR PUSTAKA [1] Suwandi, & Hendrati, R. L. (214). Perbanyakan Vegetatif Dan Penanaman Waru (Hibiscus tiliaceus) Untuk Kerajinan Dan Obat. Jakarta: IPB Press. [2] Tambyrajah, D. (215). Indulge & Explore Natural Fiber Composites "An invitation to product designers". The Netherlands: NFCDesign Platform. [3] Nurudin, A., Sonief, A. A., & Atmodjo, W. Y. (211). Karakterisasi Kekuatan Mekanik Komposit Berpenguat Serat Kulit Waru (Hibiscus Tiliaceus) Kontinyu Laminat Dengan Perlakuan Alkali Bermatriks Polyester. Jurnal Rekayasa Mesin Vol.II, No. 3, 29-217. [4] Warkum. (213). Tesis : Pembuatan Dan Karakterisasi Papan Partikel Dari Serbuk Kalsium Karbonat (CaCO3) Serat Kulit Waru (Hibiscus Tiliaceus) Dengan Resin Polyester. Medan: Program Pasca Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. [5] Rianto, A., Soeparman, S., & Sugiarto. (211). Karakterisasi Kekuatan Bending dan Hidrofobisitas Komposit Serat Kulit Waru (Hibiscus tiliaceus) Kontinyu Bermatrik Pati Ubi Kayu. Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 2 - ISSN 216-468X, 13-136. [6] Prasetyo, A., Purwanto, H., Respati, S. M. B. (216). Pengaruh Waktu Perendaman Serat Kulit Pohon Waru (Hibiscus tiliaceus) Pada Air Laut Terhadap Struktur Mikro dan Kekuatan Tarik. Jurnal Momentum Vol. 12, No. 2, Oktober 216 - ISSN 216-7395, 42-47. [7] Book standard ASTM D638-3 Type I 18