TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pinang mempunyai sistematika tanaman sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

TINJAUAN PUSTAKA. kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sirsak (AnnonamuricataLinn) berasal dari wilayah Amerika tropis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom : Plantae; Subkingdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta;

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi dari tanaman Aren ( A. pinnata Merr ) adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Purwoceng

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera dan Kalimantan, itu pun dalam jumlah sedikit (Sinar Harapan, 2003).

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kenari merupakan Family dari Burseraceae. Famili ini terdiri dari 16

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketinggian m dpl, pada tempat-tempat yang bervariasi keadaan

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi

PENGERTIAN. tanaman atau bagian tanaman akibat adanya

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai banyak manfaat. Dalam taksonomi tumbuhan, Staples dan. Elevitch (2006) mengklasifikasikan trembesi sebagai berikut.

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan produk asli Indonesia, dengan

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

IV. PERKECAMBAHAN DAN DORMASI BENIH

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Aren ( Arenga pinnata Merr ) dimasukkan kedalam divisi

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pinang mempunyai sistematika tanaman sebagai berikut: kingdom: Plantae; divisi: Magnoliophyta; kelas: Liliopsida; ordo: Arecales; famili: Arecaceae; genus: Areca; spesies: Areca catechu L (Kristina dan Fatimah, 2007). Tanaman ini berakar serabut, putih kotor. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10 30 cm, diameter 15 20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas (Cahyana, 2005). Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1 1,8 meter, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi (Ferry, 1992). Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, diatasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu (Cahyana, 2005). Buah pinang disebut buah batu (buni), keras dan berbentuk bulat telur. Panjang buah antara 3 7 cm, diameter biji 1,9 cm, warna kuning kemerahan. Buah terdiri atas 3 lapisan, yaitu: lapisan luar (epicarp) yang tipis, lapisan tengah (mesocarp) berupa sabut dan lapisan dalam (endocarp) berupa biji yang agak lunak dimana di dalamnya terdapat endosperm (Ferry, 1992).

Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15 30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Kristina dan Fatimah, 2007). Penampang buah pinang (Gambar 1) terdiri dari bagian epicarp, mesocarp, endocarp yang bertekstur keras, endosperm, dan embrio. Epicarp Mesocarp Endocarp Endosperm Embrio Mikrofil Gambar 1. Penampang buah pinang Syarat Tumbuh Iklim Pinang dapat berproduksi optimal bila ditanam di lokasi dengan ketinggian 0 1.400 m dpl. Curah hujan yang dibutuhkan pinang antara 2.000 3.000 mm/tahun yang terbagi merata sepanjang tahun atau hari hujan

sekitar 100 150 hari. Suhu yang dikehendaki ᵒC 20-30ᵒC, dan kelembaban udara antara 50 90% (Cahyana, 2005). Tanah Pinang dapat tumbuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanah kapur dan tanah berbatu. Pinang juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan. Kemasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 4 8 (Cahyana, 2005). Perkecambahan Benih Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Proses perkecambahan terjadi dalam beberapa proses berurutan yaitu: tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air (imbibisi), melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahanbahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Sutopo, 1988).

Perkecambahan adalah proses tumbuhnya embrio dari benih yang hidup menjadi kecambah. Perkecambahan dapat ditinjau dari aspek morphologis dan fisiologis. Secara visual dan morphologis terjadinya perkecambahan ditandai oleh keluarnya radikula (bakal akar) dan plumula (bakal tunas) dan berakhir apabila kecambah telah mempunyai akar, batang dan daun. Tetapi secara phisiologis perkecambahan dimulai ketika benih yang hidup menyerap air dan berakhir ketika kecambah yang terbentuk telah mampu menghasilkan karbohidrat secara fotosintesis (Suginingsih, 1989). Proses perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang berpengaruh adalah susunan kimiawi benih yang berhubungan dengan daya hidup benih. Sifat ketahanan ini meliputi masalah kadar air benih, aktivitas enzim dalam benih dan sifat fisik atau biokimiawi dari kulit benih. Sedangkan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah air, gas, suhu (Bewley dan Black, 1983). Benih viabel yang dikondisikan pada lingkungan sesuai untuk perkecambahan, akan memulai enam tahap penting, yaitu imbibisi, aktivasi enzim, hidrolisa dan katabolisme cadangan makanan, inisiasi pertumbuhan embrio axis, anabolisme dan pembentukan struktur sel baru, disusul munculnya radikula menembus kulit benih (Parker, 2000). Radikula merupakan bagian pertama dari embrio yang keluar dari benih melalui celah sempit bagian bawah ujung mikrofil. Akar primer berkembang terus dan memacu pertumbuhan sistem perakaran. Segera setelah itu epikotil tumbuh memanjang membentuk posisi tegak lurus dengan kotiledon kemudian berkembang membentuk plumula selanjutnya menjadi daun (Adiguno, 2000).

Dormansi Benih Benih dikatakan dormansi apabila benih itu sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau tahunan tergantung tipe dormansinya. Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi di dalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-lahan atau di suatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi (Sahupala, 2007). Menurut Silvertown (1999), dormansi terbagi atas beberapa tipe yaitu tipe endogenus, berhubungan dengan keadaan embrio, dan tipe eksogenus, berhubungan dengan endosperm atau jaringan-jaringan lain pada benih atau buah. Tipe dormansi endogenus terbagi atas tiga bagian, yaitu 1) dormansi endogenus yang disebabkan oleh hambatan fisiologi embrio, 2) dormansi endogenus yang disebabkan oleh tidak berkembangnya embrio secara sempurna atau disebut juga morphological dormancy 3) dormansi endogenus yang disebabkan oleh gabungan kedua sebab di atas yang disebut juga morphophysiological dormancy. Tiga tipe dormansi eksogenus adalah 1) physical dormancy, yang disebabkan oleh impermiabilitas benih atau kulit benih terhadap air, 2) chemical dormancy yang disebabkan oleh senyawa penghambat perkecambahan, 3) mechanical dormancy yang disebabkan oleh struktur keras dari benih yang menghalangi pertumbuhan kecambah. Menurut Butterfield (1967), sebagian besar benih yang berasal dari daerah tropis dan sedang memiliki sifat bertekstur kulit keras dan mengandung minyak.

Beberapa metode yang umum dilakukan dalam usaha memecahkan dormansi tipe ini diantaranya skarifikasi, perlakuan dengan air panas, perendaman dalam senyawa asam dan skarifikasi atau gabungan dari beberapa cara tersebut, yang pada dasarnya mengacu pada usaha mengkondisikan benih sehingga mampu memperoleh faktor-faktor penting perkecambahan. Skarifikasi Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara sempurna, hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat pengatur tumbuh di dalam embrio (Villers, 1972). Hal ini terlihat dari benih yang diberi perlakuan skarifikasi dengan kertas amplas daya kecambahnya 46,95% sedangkan kontrol hanya 31,60%. Karena perlakuan ini memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya proses perkecambahan benih. Sutopo (2002) menjelaskan bahwa tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma (Saleh, 2004). Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani dengan manual, dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak (Schmidt, 2002).

Menurut Dennis (1995), perlakuan skarifikasi pada benih yang impermiabel terhadap oksigen dapat memudahkan masuknya oksigen ke dalam embrio sehingga proses perkecambahan segera terjadi, selanjutnya didukung dengan perlakuan perendaman dalam air, maka daya kecambah benih lebih meningkat. Hal ini dapat dilihat pada benih yang diberi perlakuan skarifikasi dengan kertas ampelas dan direndam dalam air daya kecambahnya berbeda nyata dengan kontrol dan juga berbeda nyata dengan tanpa perendaman. Selain itu skarifikasi juga dapat mempercepat proses penyerapan air oleh embrio untuk mengaktifkan enzimenzim dalam proses perkecambahan. Perlakuan ini memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya proses perkecambahan benih (Rinaldi, 2010). Adanya perbedaan pengaruh perlakuan skarifikasi benih terhadap persentase kecambah dan kecepatan berkecambah diduga disebabkan perbedaan respons kulit benih terhadap setiap perlakuan skarifikasi benih. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Baker (1950) bahwa perlakuan skarifikasi benih mempercepat perkecambahan dan meningkatkan persentase berkecambah pada dasarnya adalah dengan merusak lapisan kulit benih yang keras sehingga air dan oksigen dengan mudah masuk ke dalam benih (Suginingsih, 1989). Asam Giberelat (GA 3 ) Kucera dkk (2005) melaporkan bahwa ada dua fungsi giberelin selama perkecambahan benih, pertama giberelin diperlukan untuk meningkatkan potensi tumbuh dari embrio dan sebagai promotor perkecambahan, dan kedua diperlukan untuk mengatasi hambatan mekanik oleh lapisan penutup benih karena terdapatnya jaringan di sekeliling radikula (Rusmin dkk, 2011).

Giberelin dikenal sebagai zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk memecahkan beberapa tipe dormansi benih yaitu: (1) benih yang membutuhkan cahaya, seperti benih Latuca sativa; (2) benih yang dihambat oleh cahaya, seperti benih Phacelia tanacetifolia; (3) benih yang membutuhkan stratifikasi, seperti Corylus avellana L.; (4) benih yang membutuhkan after-ripening (penyimpanan pada temperatur ruang dalam kondisi kering), seperti benih Avena fatua L. (Chen dan Chang, 1972). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada fase perkecambahan embrio kelapa kopyor menunjukkan pertumbuhan yang berbeda-beda. Zat pengatur tumbuh GA 3 2 ppm dapat memacu perkecambahan embrio 6 hari lebih cepat dari pada tanpa zat pengatur tumbuh (Sukartiningrum dan Sukendah, 2008). Perlakuan skarifikasi dan perendaman dalam larutan giberellin 50 ppm memperlihatkan pertumbuhan bibit aren yang terbaik dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Perlakuan skarifikasi dapat meningkatkan perkecambahan benih aren dibandingkan tanpa skarifikasi. Perendaman dalam larutan giberellin dapat meningkatkan pertumbuhan bibit aren. Peningkatan pertumbuhan tertinggi pada perendaman dalam konsentrasi 50 ppm (Maryani dan Irfandri, 2008). Usaha untuk mematahkan dormansi biji aren dapat dilakukan secara mekanis dan secara kimia. Perlakuan biji secara mekanis dapat dilakukan dengan menggosok kulit biji dengan amplas/skarifikasi (Sutopo, 1984). Sementara itu pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti giberellin pada biji berfungsi untuk mengaktifkan reaksi-reaksi enzimatik dalam biji. Hasil penelitian Sugiharti dalam Maryani (1998) melaporkan bahwa pemberian giberellin dengan konsentrasi 50 ppm mampu memberikan daya kecambah benih rotan manau yang terbaik, yaitu

85,55% dan apabila konsentrasi giberellin ditingkatkan menjadi 75 ppm dan 95 ppm menyebabkan daya kecambah semakin menurun (Maryani dan Irfandri, 2008). Hasil pengamatan terhadap persentase perkecambahan benih kentang, menunjukkan bahwa semua perlakuan hormon (Hidrogen sianamida, GH 81 R dan GA 3 ) mempunyai nilai rata-rata persentase mata tunas yang pecah lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol pada pengamatan terakhir (50 HSP), masing-masing 70,90%, 64,45% dan 79,00%. Persentase perkecambahan pada perlakuan asam giberelin (GA 3 ) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini menunjukkan bahwa GA 3 memiliki kemampuan untuk memecahkan dormansi umbi kentang. Leopold dan Kriedeman (1977) mengemukakan bahwa aplikasi asam giberelin (GA 3 ) dari luar (exogenous giberelin) umumnya mengakhiri dormansi kentang dan meningkatkan endegenous giberelin, sehingga cadangan makanan (pati) dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi gula dalam waktu singkat yang menyebabkan pertumbuhan tunas berlangsung (Ningsih dkk, 2007).